1 / 1

benar-benar tulus. Penelitian Barkah (2002) menunjukkan bahwa ada korelasi

49. benar-benar tulus. Penelitian Barkah (2002) menunjukkan bahwa ada korelasi. antara orientasi religius dengan kohesivitas perkawinan pada istri yang berperan. ganda. Penelitian Nashori (1998) menunjukkan bahwa mahasiswi yang berjilbab.

Télécharger la présentation

benar-benar tulus. Penelitian Barkah (2002) menunjukkan bahwa ada korelasi

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. 49 benar-benar tulus. Penelitian Barkah (2002) menunjukkan bahwa ada korelasi antara orientasi religius dengan kohesivitas perkawinan pada istri yang berperan ganda. Penelitian Nashori (1998) menunjukkan bahwa mahasiswi yang berjilbab mencoba menghayati dan melaksanakan perintah agama dengan sungguh- sungguh. Mereka berjilbab semata-mata karena perintah agama yang mereka terima dengan penuh keikhlasan dan kerelaan sehingga dapat dikatakan bahwa mahasiswi yang berjilbab dapat disebut sebagai mahasiswi muslim yang memiliki orientasi keagamaan intrinsik. Penelitian Bergin, dkk (1987) menunjukkan bahwa orientasi religius ekstrinsik berkorelsi negatif dengan kemampuan sosial, sikap tenang dan spontan, bertanggung jawab, toleransi, perasaan senang, keberhasilan menyesuaikan diri, keberhasilan untuk mandiri, efisiensi intelektual dan kualitas yang mendasari munculnya status diri. Sedangkan orientasi intrinsik berkorelasi positif dengan kontrol diri dan fiingsi kepribadian menjadi lebih baik. Orientasi keberagamaan intrinsik, yang dianggap menunjang kesehatan jiwa dan kedamaian masyarakat, memandang agama sebagai comprehensive commilmen dan driving integrating motive, yang mengatur seluruh hidup seseorang. Agama diterima sebagai faktor pemadu ( unifying factor). Cara beragama seperti ini, terhunjam ke dalam diri penganutnya. Hanya dengan cara itu, individu mampu menciptakan lingkungan yang penuh kasih sayang. Penelitian Bergin (1987) membutuhkan bahwa orientasi religius instrinsik diasosiasikan dengan bebas dari keragu-raguan, minimasi kecemasan, kegigihan berusaha dan kesiapsiagaan.

More Related