1 / 36

SAP 14 ETIKA ORGANISASI, BUDAYA ORGANISASI TANGGUNG JAWAB SOSIAL ORGANISASI

SAP 14 ETIKA ORGANISASI, BUDAYA ORGANISASI TANGGUNG JAWAB SOSIAL ORGANISASI. PENGANTAR. Suatu kode etik dalam organisasi dapat mempengaruhi orang-orang berperilaku Sementara kita bertanya, mengapa ada orang-orang yang berperilaku ‘unethically’ ?

russ
Télécharger la présentation

SAP 14 ETIKA ORGANISASI, BUDAYA ORGANISASI TANGGUNG JAWAB SOSIAL ORGANISASI

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. SAP 14 ETIKA ORGANISASI,BUDAYA ORGANISASITANGGUNG JAWAB SOSIAL ORGANISASI

  2. PENGANTAR • Suatu kode etik dalam organisasi dapat mempengaruhi orang-orang berperilaku • Sementara kita bertanya, mengapa ada orang-orang yang berperilaku ‘unethically’ ? • Bagaimana para manajer dan para pegawai menetapkan mana yang etis dan mana yang bukan ? Sumber : www.tbs-sct.gc.ca diakses 21 November 2007 jam 08.00

  3. PENGERTIAN ETHIC The inner guiding moral principles, values and beliefs that people use to analyze or interpret a situation and then decide what is the ‘right’ or appropriate why to behave Practical strategies for promoting ethical behaviorOffering a highly realistic, down-to-earth look at ethics in the workplace, Linda Treviño and Kate Nelson's Managing Business Ethics will help you identify and solve ethical dilemmas, understand why people behave the way they do, and help you design a culture that will promote ethical behavior in your organization.Throughout, the emphasis is on common, real-life work situations, including hiring, managing, assessing performance, disciplining, firing, and providing incentives for staff, as well as producing quality products and services, and dealing effectively and fairly with customers, vendors, and other stakeholders.Highlights of the Fourth Edition* Updated information relates content to current events such as the U.S. Sentencing Guidelines for Corporations.* Describes the link between ethical culture and employee engagement.* Covers new research, including the role of emotions in ethical decision making.* Presents new profiles of organizations such as McWane, Enron, Citigroup, and Marsh & McLennan.* International references reflect the realities of the increasingly global business environment Sumber : www.media.wiley.com diakses 21 November 2007 jam 08.00

  4. PENTINGNYA ETHIC DALAM ORGANISASI • Mengatur perilaku orang-orang dalam organisasi agar sesuai dengan budaya organisasi • Menjadi pedoman hubungan kerja dalam organisasi • Bila dalam bentuk kode etik, maka berguna untuk membatasi tindakan-tindakan mana yang dianggap ‘benar’ dan mana yang ‘tidak benar’ • Dengan kode etik, orang-orang menjadi lebih produktif • Mengurangi konflik dalam organisasi. Sumber : www.media.gallup.com diakses 21 November 2007 jam 08.00

  5. EFEK PERILAKU ETIS DAN NON-ETIS Perilaku Non Etis Perilaku Etis Meningkatkan Efisiensi dan Efektifitas Produksi Menurunkan Efisiensi Dan Efektifitas Produksi Menurunkan Kinerja Perusahaan Meningkatkan Kinerja Perusahaan Meningkatkan Standar Hidup Nasional Menurunkan Standar Hidup Nasional Sumber : Jones & George, 2007: 103

  6. Sumber : www.crossculturalunderstanding.com diakses 21 November 2007 jam 08.00

  7. ATURAN-ATURAN BAGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS Para manajer sering kesulitan dalam membuat keputusan yang dapat memuaskan seluruh pihak atau stakeholder. Untuk itu para manajer dapat menggunakan empat prinsip tentang etik pengambilan keputusan : • Utilitarian rule • Moral right rule • Justice rule • Practical rule

  8. UTILITARIAN RULE Suatu keputusan yang etis adalah suatu keputusan yang menghasilkan yang terbaik bagi sejumlah orang-orang yang terbaik. • People have adapted Utilitarianism in the following ways: • Hare – preferences: the morally right • action is the one that maximizes that • satisfaction of the preferences of all • those involved. • Sidgwick – motives: it is the motive • (intending to bring about the greatest good) • rather than the outcome that is good • Singer – interests: you need to look at what is • in the best interests of those affected (some • people call Singer a 'welfare utilitarian') Berikan contohnya Sumber : www.rsrevision.com diakses 21 November 2007 jam 08.00

  9. MORAL RIGHTS RULE • Suatu keputusan yang etis adalah suatu keputusan yang memelihara dan melindungi nilai-nilai moral kebenaran sebagai bagian yang paling mendasar/fundamental Analisis Kasus Lapindo, Kasus Tanah Meruya. Sumber : www.greenpeace.org, www.newsimg.bbc.co.uk, www.bpmigas.com, www.terradaily, dan www.elementlist.com diakses 21 November 2007 jam 11.00 Sumber : www.barat.jakarta.go.id , www.beritajakarta.com diakses 21 November 2007 jam 11.00

  10. JUSTICE RULE • Suatu keputusan yang etis adalah keputusan yang menebarkan manfaat diantara orang-orang maupun kelompok-kelompok secara fair, adil dan bijaksana. Contoh : jika karyawan ingin gaji yang memadai dan layak, maka mereka tidak boleh keberatan bila kinerja mereka menjadi tolak ukurnya.

  11. PRACTICAL RULE • Suatu keputusan etis adalah keputusan yang mencerminkan bahwa para manajer tidak memiliki hambatan dalam berkomunikasi dengan orang-orang di luar organisasi. • Aturan praktis sebenarnya mengacu pada bagaimana nilai-nilai ditetapkan untuk di komunikasikan dengan pihak luar. Berikan contohnya Sumber : deprazz.files.wordpress.com diakses 21 November 2007 jam 08.00

  12. SUMBER KODE ETIK ORGANISASI • Kode etik adalah peraturan-peraturan dan standar formal yang didasarkan atas nilai-nilai atau kepercayaan tentang mana yang benar dan yang salah. • Kode etik organisasi diturunkan dari 3 sumber utama yang terdapat dilingkungan organisasi, yakni : • masyarakat, • profesional, dan • individual

  13. SOCIETAL ETHICS • Suatu standar yang mengatur bagaimana para anggota masyarakat sepakat satu sama lain untuk menghargai kejujuran, kebenaran, keadilan, kebersamaan, kebebasan dan hak-hak individual • Contoh : pada masyarakat jawa, terdapat kode etik ‘gotong royong’ di mana maknanya adalah kebersamaan. Sumber : www.scholar.lib.vt.edu dan www.cihr-irsc.gc.ca diakses 21 November 2007 jam 11.00

  14. PROFFESIONAL ETHICS • Standar yang mengarahkan bagaimana para anggota profesi membuat keputusan yang terkait dengan cara mereka berperilaku dan hubungannya dengan profesi mereka. • Contoh : kode etik dokter dalam melayani pasien, kode etik pegawai negeri, kode etik hukum, dsb. Sumber : www.offiepromosi.com , www.kpk.go.id , www.bankpapua.com diakses 21 November 2007 jam 11.00

  15. INDIVIDUAL ETHICS • Nilai-nilai personal dan perilaku yang mengarahkan bagaimana individu-individu berinteraksi satu sama lain. • Contoh : bagaimana sikap anda bila bertemu orang tua, teman, atau dosen anda ? Sumber : www.joeham.com dan www.edi-indonesia.co.id diakses 21 November 2007 jam 11.00

  16. TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN • Etika mempengaruhi prilaku pribadi di lingkungan kerja. • Tanggung jawab sosial (social responsibility) berkaitan dengan cara suatu bisnis bertindak terhadap kelompok dan pribadi lainnya dalam lingkungan sosialnya. Sumber : www.csr-in-smes.eu dan www.panasonic.net diakses 21 November 2007 jam 11.00

  17. Multinationals and Corporate Social ResponsibilityLimitations and Opportunities in International Law • The ‘corporate social responsibility’ (‘CSR’) movement has been described as one of the most important social movements of our time. • This book looks at what the CSR movement means for multinationals, for states and for international law. International law is often criticised for being too ‘state-centred’, and ill-equipped to deal with the challenges of globalisation. • However, drawing from many and varied examples of state, NGO and corporate practice, this book argues that, while international law has its limitations, it presents more opportunities for the CSR regulation of multinationals than many people assume. • The main obstacles to better regulation are, therefore, not legal, but political. Essential reading for anyone who wants to understand how international law works and how it can be used to further international CSR objectives. Source : Series: Cambridge Studies in International and Comparative Law (No. 48) Jennifer A. Zerk CSR Vision, Cambridge Adobe eBook Reader  (ISBN-13: 9780511247699 | ISBN-10: 0511247699)

  18. TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN • Kelompok dan individu itu seringkali disebut sebagai pihak pemercaya dalam organisasi (organizational stakeholders), yaitu kelompok, orang dan atau organisasi yang dipengaruhi langsung oleh praktek-praktek suatu organisasi dan, dengan demikian, berkepentingan terhadap kinerja organisasi itu. Sumber : www.panasonic.net diakses 21 November 2007 jam 11.00

  19. MODEL TANGGUNG JAWAB TERHADAP STAKEHOLDERS • Lima kelompok utama : 1. pelanggan, 2. karyawan, 3. investor, 4. pemasok, dan 5. komunitas lokal Sumber : www.energyinst.org.uk diakses 21 November 2007 jam 11.00 Perusahaan akan memilih pihak yang berkepentingan lainnya yang terutama relevan atau penting bagi organisasinya dan mencoba memenuhi kebutuhan dan pengharapan mereka.

  20. 1. Pelanggan • Bisnis yang bertanggung jawab terhadap pelanggan, maka bisnis akan melakukan upaya-upaya diantaranya : • melayani pelanggan secara wajar dan jujur • menetapkan harga secara wajar • menghargai garansi • memenuhi komitmen penyampaian pesanan • mempertahankan kualitas produk yang mereka jual, dsb

  21. 2. Karyawan Aktivitas-aktivitas sumberdaya manusia – proses perekrutan, penerimaan, pelatihan, promosi, dan pemberian kompensasi – merupakan dasar bagi tanggung jawab sosial terhadap karyawan : • Komitmen Hukum dan Sosial • Komitmen Etis : Kasus Khusus Para pengungkap praktek tidak etis (wistle-bowersi) Tindakan yang dilakukan oleh Khairiansyah Salman - salah seorang staf Komisi Pemberantasan Korupsi dari Badan Pemeriksa Keuangan, terhadap salah seorang Anggota Komisi Pemilihan Umum Mulyana W. Kusumah, dikatakan Todung Mulya Lubis sebagai tindakan pengungkap praktek tidak etis (wistle-bowersi)

  22. 3. INVESTOR • Bisnis yang bertanggung jawab terhadap investor, maka bisnis akan melakukan upaya-upaya diantaranya : • mengikuti prosedur akutansi yang pantas • memberikan informasi ayng tepat kepeda pihak pemercaya mengenai kinerja keuangan • mengelola organsiasi untuk melindungi hak-hak dan investasi para pemegang saham • akurat dan transparan dalam menilai pertumbuhan dan profitabilitas masa depan • menghindari ketidaklayakan tindaqkan dalam bidang-bidang yang peka seperti insider traiding, manipulasi harga saham, dan menyembunyikan data keuangan, dsb

  23. 4. Pemasok • Bisnis yang bertanggung jawab terhadap pemasok, maka bisnis akan melakukan upaya-upaya diantaranya : • membuat perjanjian persekutuan yang saling menguntungkan • penentuan jadwal pengantaran yang realistis • penentuan harga yang dapat diterima kedua belah pihak, dsb

  24. 5.Komunitas Lokal Bisnis yang bertanggung jawab terhadap komunitas lokal, maka bisnis akan melakukan upaya-upaya diantaranya : • memberikan sumbangan-sumbangan yang tidak mengikat dan etis ke program-program lokal • meminimalkan dampak negatif terhadap komunitas, dsb Sumber : www.capplc.com dan www.prudential.co.id diakses 21 November 2007 jam 11.00

  25. PENDEKATAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL • Sikap Obstruktif (obstructionist stance), sikap obstruktif pada tanggung jawab sosial diterapkan suatu perusahaan yang seminimal mungkin terlibat dalam usaha mengatasi masalah-masalah sosial atau lingkungan dan yang menolak atau mencoba menutupi masalah yang mungkin ditimbulkannya.

  26. PENDEKATAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL • Sikap Defensif (defensive stance), sikap defensif lebih menekankan pada pemenuhan persyaratan minimun yang sesuai dengan hukum yang berlaku. Pendekatan itu merupakan yang paling konsisten dengan tanggung jawab sosial korporasi. • Para manajer yang mengambil sikap defensif itu merasa bahwa pekerjaan mereka adalah untuk menghasilkan laba. • Perusahaan seperti itu, misalnya, akan memasang peralatan pengontrolan polusi sesuai dengan yang disyaratan oleh undang-undang, tetapi tidak akan memasang peralatan yang berkualitas lebih tinggi walaupun alat tersebut dapat lebih membatasi polusi.

  27. PENDEKATAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL • Sikap Akomodatif (accomodative stance), sikap akomodatif memenuhi persyaratan hukum dan etisnya tetapi juga mau bertindak lebih jauh pada saat-saat tertentu (melebihi persyaratan minimum, apabila diminta). • Perusahaan seperti itu secara sukarela setuju untuk berpartisipasi pada program-program sosial, tetapi pencari sumbangan harus terlebih dahulu meyakinkan mereka bahwa program tersebut bermanfaat bagi mareka (tidak secara proaktif mencari kesempatan untuk menyumbang).

  28. PENDEKATAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL • Sikap Proaktif (proactive stance), sikap proaktif menyebabkan suatu perusahaan berusaha secara proaktif menyumbang ke proyek-proyek sosial. • Perusahaan melihat dirinya sebagai warga masyarakat dan secara proaktif mencari kesempatan untuk menyumbang. • Cara yang paling umum – dan langsung – untuk melaksanakan sikap itu adalah dengan cara mendirikan yayasan (fondation), yang dapat menyalurkan dukungan finansial langsung bagi berbagai program sosial.

  29. MENGELOLA TANGGUNG JAWAB SOSIAL Agar suatu perusahaan bertanggung jawab sosial yang sesuai dengan pendekatan tanggung jawsab sosial seutuhnya, maka manager harus melangkah tahap demi tahap untuk mengembangkan rasa tanggung jawab sosial secara keseluruhan : • membuat garis besar pernyataan kebijakan dengan dukungan manajemen puncak • mengembangkan rencana terinci • menunjuk seorang eksekutif/direksi untuk menjalankan rencana tersebut • melaksanakan audit sosial untuk memonitor hasilnya (:analisis sistematis mengenai keberhasilan perusahaan menggunakan dana untuk memenuhi tujuan tanggung jawab sosialnya).

  30. SELESAI

More Related