1 / 31

ETIKA PROFESI

ETIKA PROFESI. Oleh D. Hedin Purnama B. Materi Perkuliahan (Silabus). Beberapa Pengertian dalam Etika Profesi; Profesi, Kode Etik dan Profesionalisme; Etika Pemanfaatan TI; Implikasi Etis dari TI; Kompetensi di Bidang TI; Spesifikasi dan Klasifikasi Pekerjaan Bidang TI;

Télécharger la présentation

ETIKA PROFESI

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. ETIKA PROFESI Oleh D. Hedin Purnama B

  2. Materi Perkuliahan (Silabus) • Beberapa Pengertian dalam Etika Profesi; • Profesi, Kode Etik dan Profesionalisme; • Etika Pemanfaatan TI; • Implikasi Etis dari TI; • Kompetensi di Bidang TI; • Spesifikasi dan Klasifikasi Pekerjaan Bidang TI; • Status Standarisasi Profesi; • Presentasi (Tugas Mhs).

  3. Pengertian Etika & Moralitas Moralitas adalah sistem nilai tentang bagaimana kita harus hidup secara baik sebagai manusia. Sistem nilai ini terkandung dalam nasehat, petuah, wejangan, peraturan, perintah dan sejenisnya yang diwariskan secara turun temurun melalui agama atau kebudayaan tertentu. Moralitas adalah tradisi kepercayaan dalam agama atau kebudayaan tentang perilaku yang baik dan buruk. Moralitas memberi manusia aturan atau petunjuk konkret ttg bgm ia harus hidup.

  4. Lanjutan • Etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran, yang melakukan refleksi kritis atas norma atau moral, dengan kata lain etika adalah perwujudan dan pengejawantahan/implementasi secara kritis dan rasional ajaran moral yang siap pakai. • Keduanya memiliki fungsi yang sama yaitu memberi orientasi bgm dan kemana harus melangkah dalam hidup. Moral mengatakan “ Inilah caranya anda hrs melangkah”, sedangkan etika mempersoalkan “apakah saya harus melangkah dengan cara itu?” dan mengapa harus dengan cara itu?”. • Jadi moralitas bisa saja sama, tetapi etika bisa berbeda antara satu orang dengan yang lainnya dalam masyarakat yang sama, atau antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya.

  5. Klasifikasi Etika Berdasarkan nilai dan norma, etika dibedakan menjadi : • Etika deskriptif. Yaitu fakta/realita tentang etika yang terkait dengan situasi dan kondisi/realitas konkret yang membudaya. Etika ini berbicara tentang kenyataan penghayatan nilai (tanpa menilai) tentang sikap seseorang dalam hidup dan tentang kondisi-kondisi yang memungkinkan manusia bertindak secara etis. • Etika Normatif. Yaitu etika yang menetapkan berbagai sikap dan pola perilaku yang seharusnya dimiliki manusia, apa yg seharusnya dijalankan oleh manusia, dan tindakan apa yg seharusnya diambil untuk mencapai yang bernilai. Etika ini berbicara mengenai norma-norma yang menuntun tingkah laku manusia, serta memberi penilaian dan himbauan kpd manusia untuk bertindak sbgm seharusnya berdasarkan norma-norma. Perbedaannya : etika deskriptif memberi fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan ttg perilaku atau sikap yang mau diambil, sedangkan normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sbg dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.

  6. Jenis norma : • Norma khusus, aturan yang berlaku dalam bidang kegiatan atau kehidupan khusus, misal aturan dalam bermain dalam olah raga, aturan kunjungan pasien dsb • Norma umum, memiliki sifat yang berlaku untuk umum dan universal. Norma ini ada tiga (3) jenis, yaitu :

  7. Klasifikasi Norma Umum • Norma sopan santun, yakni norma yang mengatur pola perilaku dan sikap lahiriah, misalnya tata cara bertamu, duduk, makan dsb. Norma ini lebih bersifat lahiriah dalam pergaulan sehari-hari. • Norma Hukum, yaitu norma yang dituntut dengan tegas oleh masyarakat karena dianggap perlu demi keselamatan dan kesejahteraan masyarakat. Keberlakuan norma ini lebih tegas dan pasti, karena dijamin oleh hukuman terhadap pelanggarnya. Walaupun pelaksanaan norma hukum mencerminkan sikap hati dan pribadi pelakunya, tetapi norma hukum tidak sama dengan norma moral. Karena bisa saja terjadi, seseorang melanggar norma hukum karena menurut pertimbangan dan alasan yang rasional itulah yang terbaik baginya dan bagi masyarakat, namun secara hukum ia tetap dihukum.

  8. Norma Moral, yaitu aturan mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai manusia. Norma moral mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia. Norma moral menjadi tolak ukur yg dipakai oleh masyarakat untuk menentukan baik buruknya manusia sbg manusia dan bukan dalam kaitannya dengan status sosial dan lainnya. Misal dokter menjalankan tugasnya dengan baik, terlepas dari penilaian tepat tidaknya dokter memberikan obat kepada pasennya.

  9. Teori Etika • Etika Deontologis. Istilah “doentologi” berasal dari kata Yunani yang berarti “kewajiban” (duty). Menurut etika ini suatu tindakan itu baik, bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibat atau tujuan baik dari tindakan itu, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai baik pada dirinya sendiri. Maka tindakan itu bernilai moral karena tindakan itu dilaksanakan berdasarkan kewajiban. Misal memberikan pelayanan prima kepada pelanggan sebagai kewajiban bukan karena akibat yang ditimbulkannya, mengembalikan utang sesuai dengan janji, dsb. Etika ini menekankan pentingnya motivasi, kemauan yang baik dan watak yang kuat dari pelaku, terlepas dari akibat yang timbul.

  10. Etika Teleologi, yaitu etika yang mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkannya. Suatu tindakan dinilai baik kalau bertujuan mencapai sesuatu yang baik/akibatnya baik. Misalnya mencuri bagi teori etika ini tidak ditentukan oleh tindakannya tetapi ditentukan oleh tujuan dan akibat dari tindakan itu. Teori ini cenderung bersifat situasional (etika situasi). Untuk mengukur/menilai tujuan atau akibat suatu tindakan sebagai baik atau buruk munculah dua aliran etika teleologis yang berbeda, yaitu egosime dan utilitarianisme. • Egoisme, inti dari egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar kepentingan pribadi dan memajukan dirinya sendiri. Egoisme dibedakan lagi menjadi egoismeetis dan egoisme psikologis.

  11. a.1. Egoisme etis mengukur baik buruknya suatu tindakan, adalah kewajiban untuk mengusahakan kebahagiaan dan kepentingannya di atas kepentingan orang lain. Egoisme ini cenderung menjadi hedonistis, karena menekankan pada kesenangan. Setiap tindakan yang mengenakkan dan mendatangkan kebahagiaan bagi dirinya akan dinilai sebagai tindakan yang baik. a.2. Sedangkan egoisme psikologis berpandangan bahwa semua orang selalu dimotivasi oleh tindakan, demi kepentingan dirinya belaka. Egoisme ini disebut psikologis karena motivasi satu-satunya dari manusia melakukan tindakan apa saja adalah untuk mengejar kepentingannya sendiri. Teori ini berbicara mengenai motivasi manusia dan sekedar menjelaskan tindakan manusia yang dimotivasi oleh keinginan yaitu mengejar kepentingan sendiri. Teori ini agak sinis terhadap segala macam pandangan bahwa manusia punya cita-cita luhur dalam tindakannya sehari-hari.

  12. b. Utilitarianisme, menilai baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan dan akibat dari tindakan itu bagi sebanyak mungkin orang. Karena itu disebut juga sebagai universalisme etis, universalisme karena menekankan akibat baik yang berguna bagi banyak orang, etis karena menekankan akibat yang baik.

  13. Relativisme Etis, menunjukkan kenyataan bahwa norma-norma moral yang berlaku dalam pelbagai kebudayaan dan masyarakat tidak sama atau berbeda dengan satu dengan yang lainnya. Dasar pemikirannya adalah bahwa karena nilai-nilai budaya berbeda antara masyarakat dan kebudayaan yang satu dengan masyarakat dan kebudayaan lainnya, maka norma-norma moralnya pun berbeda-beda. Inilah yang disebut relativisme kultural atau relativisme deskriptif. Para penganut relativisme moral yang kultural mengatakan bahwa semua kepercayaan dan prinsip moral bersifat relatif bagi setiap kebudayaan dan pribadi. Walaupun norma dasarnya sama tetapi dalam penerapannya mungkin berbeda-beda

  14. Sistematika Etika Etika secara umum dapat dibagi menjadi : a. Etika umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat dianalogikan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.

  15. b.Etika khusus adalah penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Etika ini dibagi menjadi dua, yaitu, etika individual dan etika sosial. Etika individual menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri. Etika sosial berbicara mengenai kewajiban, sikap, pola dan perilaku manusia sebagai anggota umat manusia. Sedangkan dalam kamus besar Bahasa Indonesia Depdikbud (1998) etika memiliki pengertian : - Ilmu tentng apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral. - kumpulan asa dan nilai yang berkenaan dengan ahlak - nilai mengenai benar dan salah yang dianut masyarakat.

  16. Etika sosial dibagi menjadi: • Etika terhadap sesama; • Etika keluarga; • Etika profesi, misalnya etika untuk dokumentalis, pialang informasi; • Etika politik; • Etika lingkungan hidup

  17. Etika dan Moralitas Etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan merupakan filsafat yang mereflesikan ajaran moral. Pemikiran filsafat mempunyai lima ciri khas yaitu rasional, kritis, mendasar, sistematik dan normatif. • Rasional berarti mendasarkan diri pada rasio atau nalar, pada argumentasi yang bersedia untuk dipersoalkan tanpa perkecualian. • Kritis berarti ingin mengerti sebuah masalah sampai ke akar-akarnya, tidak puas dengan pengertian dangkal. • Sistematis artinya membahas langkah demi langkah. • Normatif menyelidiki bagaimana pandangan moral yang seharusnya

  18. Lawrence Konhberg menyebutkan enam orientasi tahap perkembangan moral yang dekat hubungannya dengan etika, yaitu: • Orientasi hukuman, ganjaran,kekuatan fisik dan material Nilai-nilai yang bersifat kemanusiaan tidak dipersoalkan pada orientasi ini. Orang cenderung takut pada hukuman dibandingkan sekedar menjalankan mana yang baik atau yang buruk 2. Orientasi hedonistis hubungan antar manusia Orientasi ini melihat bahwa perbuatan baik adalah perbuatan yang memuaskan individu. Orientasi ini tidak mempersoalkan kesetiaan, rasa terima kasih dan keadilan sebagai latar belakang pelaksanaan etika.

  19. 3. Orientasi konformitas Orientasi ini cenderung mempertahankan harapan kelompoknya, serta memperoleh persetujuan kelompoknya. 4. Orientasi pada otoritas Orientasi ini cenderung melihat hukum, kewajiban untuk mempertahankan tata tertib sosial, religius dan hal yang dianggap sebagai nilai utama dalam kehidupan.

  20. 5. Orientasi kontrak sosial Orientasi ini dilatar belakangi adanya tekanan pada persamaan derajat dan hak kewajiban timbal balik atas tatanan bersifat demokratis. 6. Orientasi moralitas suara hati,individual , komprehensif dan universal Orientasi ini memberi nilai tertinggi pada hidup manusia, dimana persamaan derajat dan martabat menjadi suatu hal pokok yang dipertimbangkan.

  21. Pelanggaran etika dalam perusahaan Jan Hoesada (2002) mencatat beberapa faktor yang berpengaruh pada keputusan atau tindakan tidak etis dalam sebuah perusahaan, antara lain : • Kebutuhan individu • Tidak ada pedoman • Perilaku dan kebiasaan individu • Lingkungan tidak etis • Perilaku atasan Sanksi-sanksi atas pelanggaran etika : • Sanksi sosial • Sanksi hukum

  22. Etika dan Agama Etika tidak dapat menggantikan agama. Agama merupakan hal yang tepat untuk memberikan orientasi moral. Pemeluk agama menemukan orientasi dasar kehidupan dalam agamanya. Akan tetapi agama itu memerlukan ketrampilan etika agar dapat memberikan orientasi, bukan sekadar indoktrinasi. Hal ini disebabkan empat alasan sebagai berikut: 1. Orang agama mengharapkan agar ajaran agamanya rasional. Ia tidak puas mendengar bahwa Tuhan memerintahkan sesuatu, tetapi ia juga ingin mengerti mengapa Tuhan memerintahkannya. Etika dapat membantu menggali rasionalitas agama. 2. Seringkali ajaran moral yang termuat dalam wahyu mengizinkan interpretasi yang saling berbeda dan bahkan bertentangan.

  23. 3. Karena perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan masyarakat maka agama menghadapi masalah moral yang secara langsung tidak disinggung-singgung dalam wahyu. Misalnya bayi tabung, reproduksi manusia dengan gen yang sama. 4. Adanya perbedaan antara etika dan ajaran moral. Etika mendasarkan diri pada argumentasi rasional semata-mata sedangkan agama pada wahyunya sendiri. Oleh karena itu ajaran agama hanya terbuka pada mereka yang mengakuinya sedangkan etika terbuka bagi setiap orang dari semua agama dan pandangan dunia.

  24. Istilah berkaitan/berhubungan • Kata etika sering dirancukan dengan istilah etiket, etis, ethos, iktikad dan kode etik atau kode etika. Etika adalah ilmu yang mempelajari apa yang baik dan buruk. Etiket adalah ajaran sopan santun yang berlaku bila manusia bergaul atau berkelompok dengan manusia lain. Etiket tidak berlaku bila seorang manusia hidup sendiri misalnya hidup di sebuah pulau terpencil atau di tengah hutan. • Etis artinya sesuai dengan ajaran moral, misalnya tidak etis menanyakan usia pada seorang wanita.

  25. Ethos artinya sikap dasar seseorang dalam bidang tertentu. Ethos kerja artinya sikap dasar seseorang dalam pekerjaannya, misalnya ada ungkapan ethos kerja yang tinggi artinya dia menaruh sikap dasar yang tinggi terhadap pekerjaannya. • Kode atika atau kode etik artinya daftar kewajiban dalam menjalankan tugas sebuah profesi yang disusun oleh anggota profesi dan mengikat anggota dalam menjalankan tugasnya.

  26. Etika Profesi • Pengertian profesi: kecenderungan yang semakin kuat ke arah spesialisasi dalam segala bidang pekerjaan, semakin banyak timbul kelompok yang mengidentifikasikan dirinya sebagai sebuah profesi. Menurut Goerge dalam Frans (1995) profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. Sedangkan profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menuntut keahlian, bukan sekedar hobi, untuk senang-senang atau untuk mengisi waktu luang.

  27. b. Profesi luhur adalah penekanan pengabdian atau pelayanan kepada masyarakat pada umumnya. Dalam profesi luhur suatu kegiatan dijalankan dengan mengandalkan suatu keahlian atau keterampilan khusus secara purna waktu, tetapi dengan mengutamakan pengabdian dan pelayanan kepada masyarakat. Sasaran utama profesi ini selain memperoleh nafkah hidup adalah pengabdian kepada masyarakat sebagai panggilan hidupnya. Contoh dokter, lawyer, ahli agama dll. Apakah masih relevan saat ini?

  28. b. Ciri-ciri profesi, secara umum antara lain : Pertama, adanya pengetahuan khusus. Profesi selalu mengandalkan adanya suatu pengetahuan atau jeterampilan khusus yang dimiliki sekelompok orang yang profesional untuk dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Keahlian atau keterampilan ini biasanya didapatkan melalui pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang cukup lama. Kedua, adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Pada umumnya profesi selalu ada aturan permainan dalammenjalankan tugasnya, yang biasa disebut sebagai kode etik. Kode etik ini harus dipatuhi oleh semua profesi yang bersangkutan.

  29. Ketiga, pengabdian kepada kepentingan masyarakat. Sebuah profesi teruatama profesi luhur selalu meletakkan kepentingan pribadinya di bawah kepentingan masyarakat Keempat, biasanya ada ijin khusus untuk bisa menjalankan suatu profesi. Karena setiap profesi terutama profesi luhur menyangkut menyangkut nilai-nilai kemanusiaan berupa keselamatan, keamanan,kelangsungan hidup dsb, maka untuk menjalankan profesi harus terlebih dahulu ada ijin khusus.. Wujud ijin dalam kerangka luas bisa berbentuk sumpah, atau pengukuhan resmi didepan umum. Yang berhak memberi ijin adalah negara abg penjamin tertinggi dari kepentingabn masyarakat.

  30. Kelima, kaum profesi biasanya menjadi anggota dari suatu organisasi. Tujuan organisasi terutama adalah menjaga keluhuran profesi. Tugas pokoknya adalah menjaga agar standar keahlian dan keterampilan tidak dilanggar, kode etik tidak dilanggar, pengabdian kpd masyarakat tidak luntur. Organisasi profesi menjadi semacam “polisi moral” bagi para anggota profesi.

  31. SEKIAN

More Related