1 / 50

LESSON STUDY

LESSON STUDY. APA, MENGAPA, DAN BAGAIMANA LESSON STUDY. Pengantar Lesson Study (LS) dipilih & diterapkan karena: meningkatkan keprofesionalan guru meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Yang Dibahas : (1) apa Lesson Study, (2) mengapa Lesson Study, dan

umeko
Télécharger la présentation

LESSON STUDY

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. LESSON STUDY

  2. APA, MENGAPA, DAN BAGAIMANA LESSON STUDY

  3. Pengantar Lesson Study (LS) dipilih & diterapkan karena: • meningkatkan keprofesionalan guru • meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran.

  4. Yang Dibahas: (1) apa Lesson Study, (2) mengapa Lesson Study, dan (3) bagaimana Lesson Study.

  5. Tahap implementasi LS (Lewis, 2002:51-52): (1) membentuk grup LS, (2) memfokuskan LS, (3) merenc research lesson-RL (study lesson/ pelajaran yg diteliti), (4) mengajar & mengamati RL, (5) mendiskusikan & menganalisis RL, dan (6) merefleksikan LS & merenc tahap berikutnya.

  6. Apa Lesson Study? Fernandez dan Yoshida (2004:7) mengemukakan bahwa: Lesson study is a direct translation for the Japanese term jugyokenkyu, which is composed of two words: jugyo, which means lesson, and kenkyu, which means studyorresearch. As denoted by this term, lesson study consists of the study or examination of teaching practice. How do Japanese teachers examine their teaching through lesson study? They engage in a well-defined process that involves discussing lessons that they have first planned and observed together. These lessons are called kenkyujugyo, which is simply a reversal of the term jugyokenkyu and thus literally means study or research lessons, or more specifically lessons that are the object of one’s study. Study lessons are “studied” by carrying out the steps described next in an attempt to explore a research goal that the teachers have chosen to work on (e.g., understanding how to encourage students to be autonomous learners).

  7. Selanjutnya Fernandez dan Yoshida (2004:7-9) mengemukakan 6 (enam) langkah dalam proses melaksanakan suatu lesson study, yaitu: (1) Collaboratively Planning the Study Lesson, (2) Seeing the Study Lesson in Action, (3) Discussing the Study Lesson, (4) Revising the Lesson (Optional), (5) Teaching the New Version of the Lesson (Optional), dan (6) Sharing Reflections About the New Version of the Lesson.

  8. Lewis (2002:1) mendefinisikan LS sbb. As we will see, lesson study is a cycle in which teachers work together to consider their long-term goals for students, bring those goals to life in actual “research lessons,” and collaboratively observe, discuss, and refine the lessons.

  9. Wang-Iverson & Yoshida, pd Appendix A ttg Glossary of Lesson Study Terms, (2005:151-154) mendefinisikan RL sbb:A research lesson (kenkyujugyo), also commonly referred to as a “study lesson,” is the lesson that is team-written, taught in the presence of observing colleagues, discussed during the discussion session, revised, re-taught, and reported.

  10. Selanjutnya, Lewis (2002:1-2) menyatakan hal-hal sbb. Lesson study is a simple idea. If you want to improve instruction, what could be more obvious than collaborating with fellow teachers to plan, observe, and reflect on lessons? While it may be a simple idea, lesson study is a complex process, supported by collaborative goal-setting, careful data collection on student learning, and protocols that enable productive discussion of difficult issues.

  11. Wang-Iverson dan Yoshida (2005:5) mendef LS: Lesson study is: • teacher-led, ongoing professional learning • conducted with a common overarching goal • focused on subject content in the context of student thinking • informed by outside expertise (through knowledgeable others) Lesson study is not: • teacher training • about creating a perfect lesson • done in isolation • doing just one lesson study cycle

  12. Wang-Iverson dan Yoshida (2005:23) juga mengemukakan definisi & hal-hal yang terkait dgn LS sbb. Lesson study (jugyokenkyu) is a form of long-term teacher-led professional learning, developed in Japan, in which teachers systematically and collaboratively conduct research on teaching and learning in classroom in order to enrich students’ learning experiences and improve their own teaching.

  13. Research lessons are the centerpiece of “lesson study,” a teacher-led instructional improvement cycle pictured in Figure 1.

  14. In lesson study, teachers work together to: • Formulate goals for student learning and long-term development. • Collaboratively plan a “research lesson” designed to bring to life these goals. • Conduct the lesson, with one team member teaching and others gathering evidence on student learning and development. • Discuss the evidence gathered during the lesson, using it to improve the lesson, the unit, and instruction more generally. • Teach the revised lesson in another classroom, if desired, and study and improve it again.

  15. Hendayana dkk (2006:10) mengemukakan pengertian LS sbb. • … Lesson Study yaitu suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berdasarkan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. • Lesson Study dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu Plan (merencanakan), Do (melaksanakan), dan See (merefleksi) yang berkelanjutan. Dengan kata lain Lesson Study merupakan suatu cara peningkatan mutu pendidikan yang tak pernah berakhir (continuous improvement).

  16. BENTUK LESSON STUDY • Konaikenshu (in-house study workshps) • Subject matter associations. • Teachers’ unions. • School-based leson study atau entire school lesson study. • District-sponsored lesson study. • University-attached laboratory schools (including “national schools”-attached to public universities).

  17. Mengapa Lesson Study? • Pertama, LS merup. suatu cara efektif yg dpt meningkatkan kualitas mengajar & belajar serta pelajaran di kelas. Hal ini benar, karena: (1) pengemb LSdilakukan & didasarkan pd hasil “sharing” pengetahuan profesional yg berlandaskan pada praktek & hasil pengajaran yg dilaksanakan para guru, (2) penekanan mendasar suatu LS adalah para siswa memiliki kualitas belajar, (3) tujuan pelajaran dijadikan fokus dan titik perhatian utama dalam pembelajaran di kelas, (4) berdasarkan pengalaman real di kelas, LS mampu menjadi landasan bagi pengemb pembelaj, dan (5) LS akan menempatkan peran para guru sebagai peneliti pembelajaran (Lewis, 2002:7).

  18. Kedua, LS yg didesain dengan baik akan menghasilkan guru yang professional dan inovatif. Dengan melaksanakan LS para guru dapat: (1) menentukan tujuan, pelajaran (lesson), satuan (unit) pelajaran, dan mata pelajaran yang efektif; (2) mengkaji dan meningkatkan pelajaran yang bermanfaat bagi siswa; (3) memperdalam pengetahuan tentang mata pelajaran yang disajikan para guru; (4) menentukan tujuan jangka panjang yang akan dicapai para siswa; (5) merencanakan pelajaran secara kolaboratif; (6) mengkaji secara teliti belajar dan perilaku siswa; (7) mengembangkan pengetahuan pembelajaran yang dapat diandalkan; dan (8) melakukan refleksi terhadap pengajaran yang dilaksanakannya berdasarkan pandangan siswa dan koleganya (Lewis, 2002:27).

  19. Wang-Iverson & Yoshida (2005:13) Manfaat LS: • reduces teacher isolation • helps teachers learn to observe and critique • deepens teachers’ understanding of content and curricular scope and sequence • allows teachers to focus on helping all students learn • creates shared expectations for and understanding of student thinking and learning • increases collaboration and respect for each other

  20. Wang-Iverson & Yoshida (2005:16) Keistimewaan LS: • It is teacher-led, long-term professional learning • It is plan collaboratively over a period of time through intensive study of materials, standards, and students (in a practical called kyozaikenkyu) • It supports a collaborative focus on student thinking through observation of classroom practice in real time with outside guests • It offers a process that makes concrete in an actual lesson a good for learning (e.g., enhancing student motivation for learning) • It provides new and outsiders’ perspectives of teaching and learning • It fosters shared reflection based on classroom evidence • It makes concrete what reflection means, what problem solving looks like, and what thinking entails • It involves long-term participation of knowledgeable others

  21. Bagaimana LS Tahap Implementasi LS (Lewis, 2002:51-52): (1) Membentuk grup LS, (2) Memfokuskan LS, (3) Merencanakan RL, (4) Mengajar & mengamati RL, (5) Mendiskusikan & menganalisis RL, dan (6) Merefleksikan LS & merencanakan tahap berikutnya.

  22. 1. Membentuk Grup LS Ada empat kegiatan: (1) merekrut anggota kelompok, (2) menyusun komitmen waktu khusus, (3) menyusun jadwal pertemuan, dan (4) menyetujui aturan kelompok.

  23. 2. Memfokuskan LS Ada tiga kegiatan: • menyepakati tema penelitian (research theme), fokus penelitian, atau tujuan utama penelitian; • memilih mata pelajaran; serta • memilih topik (unit) & pelajaran (lesson)

  24. Terkait tema penelitian suatu LS, kita perlu memperhatikan tiga pertanyaan berikut: • bagaimana kualitas aktual para siswa saat sekarang? • apa kualitas ideal para siswa yang diinginkan di masa mendatang? • adakah kesenjangan antara kualitas ideal & kualitas aktual para siswa yg menjadi sasaran LS?. Kesenjangan inilah yg dapat diangkat menjadi bahan tema penelitian.

  25. Mata pelajaran (mapel) yg digunakan untuk LS ditentukan oleh anggota kelompok LS. Anggota bisa memilih misalnya mapel Kim, Fis, Bhs, atau Mat. Panduan memilih mapel, gunakan tiga pertanyaan berikut: (1) mapel apa yg paling sulit bagi siswa? (2) mapel apa yg paling sulit diajarkan oleh guru? (3) mapel apa yg ada pada kurikulum baru yg ingin dikuasai & dipahami oleh guru?

  26. Topik yg dipilih sebaiknya adalah yg: (1) menjadi dasar bagi topik belajar berikutnya, (2) sulit bagi siswa atau tidak disukai siswa, (3) sulit diajarkan atau tidak disukai oleh guru, atau (4) baru dalam kurikulum. Setelah topik dipilih, kita menetapkan tujuan topik tersebut. Berdasarkan tujuan topik ini kita menetapkan beberapa pelajaran yg akan menunjang tercapainya tujuan topik tersebut.

  27. 3. Merencanakan Research Lesson Di dalam merencanakan suatu RL (a teacher-led instructional improvement), di samping mengkaji pelajaran-pelajaran yg sedang berlangsung, kita perlu mengembangkan suatu rencana untuk memandu belajar (plan to guide learning). Rencana itu akan memandu pengajaran, pengamatan, & diskusi ttg RL serta mengungkap temuan yg muncul selama LS berlangsung.

  28. Format rencana untuk memandu belajar dapat dilihat pada Appendix 5(Lewis, 2002:127-130). Rencana untuk memandu belajar memuat: • rencana RL yg terletak pada daerah pusat lingkaran, • rencana unit/satuan (unit plan) yg berada pada daerah ring lingkaran yang lebih luar, dan • rencana pembelajaran menyeluruh yg berlokasi di daerah ring lingkaran paling luar.

  29. Suatu rencana RL menjawab pertanyaan sangat penting yaitu “perubahan-perubahan apa yg akan terjadi pada siswa selama pelajaran berlangsung & apa yg akan memotivasi mereka?

  30. Rencana RL ini biasa ditulis dalam suatu tabel yg memuat tiga atau empat kolom. Kolom-kolom tsb memuat: • pertanyaan, masalah, dan aktivitas yang harus dikemukakan oleh guru • jawaban-jawaban siswa yang diantisipasi • jawaban-jawaban yang direncanakan guru untuk siswa • butir-butir yang perlu dicatat selama pelajaran (atau “evaluasi”)

  31. Pertanyaan berikut dapat membantu untuk memandu perencanaan RL (Lewis, 2002:64): 1. Apa yg saat ini dipahami oleh siswa ttg topik ini? 2. Apa yg kita inginkan dari siswa utk dipahami pada akhir pelajaran? 3. Apa “drama” atau rentetan pertanyaan dan pengalaman yang akan mendorong para siswa untuk berpindah dari pemahaman awal menuju pemahaman yang diinginkan?

  32. 4. Bagaimana para siswa akan menjawab pertanyaan dan aktivitas pada pelajaran tersebut? Apa masalah dan miskonsepsi yang akan muncul? Bagaimana guru akan menggunakan idea dan miskonsepsi untuk meningkatkan pelajaran tersebut? 5. Apa yang akan membuat pelajaran ini mampu memotivasi dan bermakna bagi siswa? 6. Apa bukti tentang belajar siswa, motivasi siswa, perilaku siswa yang harus dikumpulkan agar dapat mendiskusikan pelajaran itu dan tema penelitian yang lebih luas? Apa sajakah format pengumpulan data yang diperlukan?

  33. Elemen berikutnya dari daerah lingkaran sepusat tadi adalah rencana unit/satuan pelajaran. Unit ini lebih luas dari RL. Rencana unit menunjukkan bagaimana RL yg diamati sesuai dgn serangkaian pelajaran. Bagian terakhir dari rencana utk memandu belajar adalah tema penelitian. Tema penelitian ini telah dikemukakan di depan. Tema penelitian dan pelajaran mempunyai hubungan yang erat.

  34. Pembuatan rencana untuk pengumpulan data juga merupakan suatu elemen penting dalam menyusun rencana utk memandu belajar. Seperti telah dikemukakan di depan, salah satu kolom rencana RL memuat “point to notice” atau “evaluation”.

  35. Data yg dikumpulkan selama LS biasanya memuat bukti tentang: • belajar, • motivasi, • iklim sosial, • ucapan atau ceramah guru, dan • waktu yg digunakan guru pd • setiap elemen pelajaran.

  36. Satu bgn penting lagi & patut dipertimbangkan dalam merencanakan RL adalah ahli dari luar: • guru atau • peneliti yg memiliki penget ttg bidang studi yg dipelajari dan/atau bagaimana mengajar bidang studi tersebut. • keterlibatan ahli dari luar ini akan lebih efektif jika sudah berlangsung sejak awal. • ahli tersebut mempunyai kesempatan dalam membantu merancang pelajaran, memberi saran tentang sumber-sumber kurikulum, dan bertindak sebagai komentator terhadap RL.

  37. 4. Mengajar dan Mengamati RL • Guru yg ditunjuk mengajar lesson yg sudah ditetapkan, • Anggota kelompok yang lain mengamati lesson tersebut. • Pengamat akan mengumpulkan data yg diperlukan selama pelajaran berlangsung.

  38. Untuk mendokumentasikan RL biasanya dapat dilakukan • dgn menggunakan: • audiotape, • videotape, • handycam, • kamera, • karya siswa, dan • catatan observasi naratif. • Peranan pengamat selama lesson study adalah mengumpulkan data dan bukan membantu siswa. Para siswa harus diberitahu lebih dahulu bahwa pengamat atau guru lain di kelas mereka itu hanya bertugas untuk mempelajari pelajaran yang berlangsung dan bukan untuk membantu mereka.

  39. 5. Mendiskusikan & Menganalisis RL RL yg sudah diimplementasikan perlu didiskusikan & dianalisis. Hal ini dilakukan, karena hasil diskusi & analisis tsb dpt dijadikan sbg bahan masukan utk perbaikan atau revisi RL. Dgn demikian RL diharapkan akan menjadi lebih sempurna, efektif, & efisien.

  40. Diskusi dan analisis ttg RL memuat butir-butir: (1) Refleksi instruktur, (2) Latar belakang anggota kelompok LS, (3) Presentasi & diskusi ttg data dari RL, (4) Diskusi umum, (5) Komentator dari luar (optional), dan (6) Ucapan terimakasih (Lewis, 2002:69).

  41. Beberapa bgn penting & berguna dari panduan diskusi pelajaran adalah sbb. 1. guru yg mengajar RL diberi kesempatan menjadi pembicara pertama & memp kesempatan utk mengemukakan semua kesulitan dalam pelajarannya sebelum kesulitan tersebut dikemukakan oleh yg lain. 2. sbg suatu aturan main, pelajaran yg disampaikan merup milik semua anggota klpk LS. Ini adalah pelajaran “kita”, bukan pelajaran “saya”, & hal ini direfleksikan dlm setiap keterangan setiap orang. Anggota klpk berasumsi bhw mereka bertanggungjawab utk menjelaskan pemikiran & perencanaan yg ada pada pelajaran tsb.

  42. 3. instruktur atau para guru yg merencanakan pelajaran itu sebaiknya menceritakan mengapa mereka merencanakan itu, perbedaan antara apa yg mereka rencanakan dan apa yg sesungguhnya terjadi, serta aspek-aspek pelajaran yg mereka inginkan agar para pengamat mengevaluasinya. 4. diskusi berfokus pada data yg dikumpulkan oleh para pengamat. Para pengamat membicarakan secara spesifik ttg percakapan & karya siswa yg mereka catat. Pengamat tidak membicarakan ttg kualitas pelajaran berdasarkan kesan mereka tetapi mereka membicarakan fakta yg ditemukan. 5. waktu diskusi bebas terbatas; oleh sebab itu terdapat kesempatan yg terbatas utk “grandstanding” dan penyimpangan (Lewis, 2002:69).

  43. Diskusi & analisis RL ini dilaksanakan segera, pada hari yg sama, setelah RL diimplementasikan. Hal ini perlu, sbb seperti yg telah dikemukakan sebelumnya bhw hasil diskusi & analisis ini dapat digunakan & dipertimbangkan sbg bahan utk merevisi pelajaran/unit/pendekatan pembelajaran.

  44. 6. Merefleksikan LS & Merencanakan Tahap • Berikutnya • Yang perlu dilakukan adalah: • memikirkan ttg apa yg sudah berlangsung dgn baik sesuai rencana dan • apa yang masih perlu diperbaiki. • apa yang harus dikerjakan selanjutnya oleh kelompok LS. • apakah anggota kelompok berkeinginan untuk membuat peningkatan agar pelajaran ini menjadi lebih baik? • apakah anggota yang lain dari kelompok LS ini berkeinginan untuk mengujicobakan pelajaran ini pada kelasnya sendiri? • apakah anggota kelompok LS puas dengan tujuan-tujuan LS dan metode operasi kelompok? (Lewis, 2002:71).

  45. Pertanyaan-pertanyaan berikut juga dapat membantu kita dlm melakukan refleksi terhdp siklus LS maupun memikirkan langkah yg akan dilakukan berikutnya: 1. apa yg berguna atau bernilai tentang LS yg dikerjakan bersama?, 2. apakah LS membimbing kita utk berpikir dgn cara baru ttg praktek pembelajaran sehari-hari?, 3. apakah LS membantu mengembangkan penget. kita ttg mata pelajaran serta penget. ttg belajar & perkembangan siswa?,

  46. 4. apakah tujuan LS menarik bagi kita semua?, 5. apakah kita bekerja bersama-sama dlm suatu cara yg bersifat produktif & suportif?, 6. sudahkah kita membuat kemajuan terhdp tujuan LS kita secara menyeluruh?, 7. apakah semua anggota kelompok kita merasa terlibat & berguna?, dan 8. apakah pihak yg bukan peserta merasa terinformasikan & terundang dlm kegiatan LS kita? (Lewis, 2002:71).

  47. FREKUENSI LS • Satu atau dua kali sebulan • Dua atau tiga kali satu semester • Alternatif lain sesuai kebutuhan dan kesepakatan

  48. IMPLEMENTASI LS Kita dapat memilih dan menerapkan: • metoda, • teknik, • pendekatan, • strategi, • media, • trend pembelajaran, dan • alat asesmen kelas Metoda atau teknik asesmen mana yang diterapkan sangat tergantung pada hakikat materi ajar serta pilihan dan kesepakatan anggota kelompok.

  49. Penutup Apa, mengapa, dan bagaimana suatu LS perlu dipahami oleh para guru. Kita perlu berupaya dan memikirkan bagaimana agar pendekatan ini dapat diimplementasikan di kelas masing-masing. Pengimplementasian suatu LS akan lebih efektif, jika kita memahami dgn baik apa & mengapa LS serta menerapkan langkah-langkah yg telah dikemukakan di atas secara benar dan seksama. Dgn demikian, tujuan pengimplementasian suatu LS yg berfokus pada peningkatan kualitas pembelajaran, peningkatan belajar, peningkatan profesional guru dapat diwujudkan dgn baik.

  50. DAFTAR RUJUKAN • Fernandez, Clea and Yoshida, Makoto. 2004. Lesson Study: A Japanese Approach to Improving Mathematics Teaching and Learning. Mahmah, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers. • Hendayana, Sumar; Suryadi, Didi; Abdul Karim, Muchtar; Sukirman; Ariswan; Sutopo; Supriatna, Asep; Sutiman; Santosa; Imansyah, Harun; Paidi; Ibrohim; Sriyati, Siti; Permanasari, Anna; Hikmat; Nurjanah; dan Joharmawan, Ridwan. 2006. Lesson Study: Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidikan (Pengalaman IMSTEP-JICA). Bandung: UPI Press. • Lewis, Catherine C. 2002. Lesson Study: A Handbook of Teacher-Led Instructional Change. Philadelphia, PA: Research for Better Schools, Inc. • Wang-Iverson, Patsy and Yoshida, Makoto (Editors). 2005. Building Our Understanding of Lesson Study. Philadelphia, PA: Research for Better Schools.

More Related