1 / 42

KONSEP DASAR FILSAFAT

KONSEP DASAR FILSAFAT. Pengantar Filsafat. Apakah mungkin manusia berhenti berpikir? Tak ada yang dipikirkan dalam hidupnya? Tentu jawabannya tidak, karena manusia itu makhluk yang gemar bertanya dan selalu mencari terus menerus jawaban yang benar atau yang dianggap benar.

zed
Télécharger la présentation

KONSEP DASAR FILSAFAT

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. KONSEP DASAR FILSAFAT

  2. Pengantar Filsafat Apakah mungkin manusia berhenti berpikir? Tak ada yang dipikirkan dalam hidupnya? Tentu jawabannya tidak, karena manusia itu makhluk yang gemar bertanya dan selalu mencari terus menerus jawaban yang benar atau yang dianggap benar. Manusia itu makhluk yang cenderung dan mencintai kebenaran itulah awal dari arti filsafat atau Philoshopia yang merupakan rangkaian dari asal kata “Philos atau philein” dan “Shopia atau sofein” yang memiliki arti “mencintai kebijaksanaan/ kebenaran”

  3. PENGERTIAN FILSAFAT Filsafat dapat diartikan sebagai kegiatan dan hasil berpikir dengan perenungan mendalam, radikal, kritikal dan sistematik untuk memperoleh pengetahuan yang hakiki dari segala sesuatu Secara etimologi (philein = cinta, sofia=kebijaksanaan) 3

  4. Arti praktis filsafat Filsafat adalah alam berfikir atau alam pikiran, berfilsafat adalah berfikir. Langeveld berpendapat bahwa filsafat adalah suatu perbincangan mengenai segala hal, sarwa sekalian alam secara sistematis sampai ke akar-akarnya. Sebuah wacana atau perbincangan mengenai segala hal secara sistematis sampai konsekwensi terakhir bertujuan menemukan hakekatnya (kebenaran, kebaikan dan keindahan).

  5. Penjelasan Definisi Filsafat Bahwa filsafat memiliki ciri kegiatan berupa pembicaraan yang mengandalkan pada pemikiran, tanpa verifikasi uji empiris. “Perbincangan dengan menutup mata” kata MAW Brouwer, artinya keputusan atau pendapat filsafat tidak perlu didasari bukti kebenaran, baik melalui ekperimentasi maupun pencarian data lapangan.

  6. Bahwa apa yang dibicarakan (meteri) filsafat adalah segala hal yang menyangkut keseluruhan sarwa yang ada sehingga disebut perbincangan universal. Tidak ada yang tidak dibicarakan oleh filsafat. Ada atau tidak ada permasalahan, semua diperbincangkan oleh filsafat.

  7. Perbincangan filsafat dilakukan secara teratur menurut sistem yang berlaku sehingga tahapan-tahapannya mudah diikuti. Perbincangan tersebut tepat atau tidak dapat diikuti dan diuji oleh orang lain. Perbincangan sampai ke akar-akarnya permasalahan, sampai pada konsekwensinya yang terakhir, yang merupakan ciri khas berfikir filsafat. Kalau ilmu bertitik tolak dari asumsi (keyakinan filsafati) maka filsafat membangun atau memperbincangkan asumsi tersebut.

  8. Pythagoras menyebut dirinya philosophos “lover of wisdom” Encyclopedia Britannica “ philosophy is derived from the composite greek noun philosophia means the love of pursuit wisdom” Clarence I. Lewis, filsafat merupakan suatu proses refleksi dari bekerjanya akal yang bersifat kontemplatif, yang tidak dibarengi dengan observasi empirik maupun pengujian empirik

  9. DEFINISI-DEFINISI (1) Sokrates dan Plato (427 – 347 SM), filsafat adalah pengetahuan tentang segala sesuatu yang ada. Aristoteles (384 – 322 SM), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, di dalamnya terkandung ilmu: matematika, logika, retorika, etika, politik, ekonomi, estetika. Dalam hal ini filsafat menyelidiki sebab dan azas segala sesuatu Marcus T. Cicero (106 – 43 SM), filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk mencapainya.

  10. DEFINISI-DEFINISI (2) • Al Farabi (950 M), filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakekat yang sebenarnya. • Imanuel Kant (1724 – 1804 M), filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup (misalnya): • apakah yang dapat kita ketahui?  dijawab oleh metafisika, • apakah yang dapat kita kerjakan?  dijawab oleh etika, • sampai dimanakah pengaharapan kita?  dijawab oleh antropologi.

  11. TUGAS DAN DEFINISI UMUM FILSAFAT Tugas filsafat bukanlah menjawab pertanyaan kita, namun mempersoalkan jawaban yang diberi oleh kita (Socrates). Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.

  12. Ciri pemikiran filsafat: Universal (manusia, keadilan, kebebasan dsb) Tidak faktual, membuat dugaan yang masuk akal (spekulatif) mengenai sesuatu dengan tidak berdasarkan bukti Bersangkutan dengan nilai Berkaitan dengan arti, penggunaan kalimat yang logis dan bahasa yang tepat

  13. Ciri-ciri Berpikir Filsafat Radikal; sampai ke akar persoalan Kritis; tanggap thd persoalan yg berkembang Rasional; sejauh dpt dijangkau akal mns Reflektif; mencerminkan pengalaman pribadi. Konseptual; hasil konstruksi pemikiran Koheren; runtut, berurutan. Konsisten; berpikir lurus/tdk berlawanan. Sistematis; saling berkaitan. Metodis; ada cara utk memperoleh kebenaran. Komprehensif; menyeluruh Bebas & bertanggungjawab

  14. Tujuan Filsafat Tujuan filsafat adalah mencari, menggali dan mengumpulkan pengetahuan sebanyak mungkin, mengajukan kritik dan menilai pengetahuan ini, menemukan hakekatnya dan mengaturnya dalam bentuk yang sistematis

  15. Obyek Filsafat Obyek filsafat adalah segala sesuatu yang ada, baik yang secara kongkrit dapat diamati, maupun yang hanya dapat ditangkap atau diketahui dengan berpikir secara abstrak

  16. OBYEK MATERIAL FILSAFAT Mengungkapkan pengembangan manusia sebagai materi (bahan) yang dikupas/dipelajari. Obyek material ini dipelajari juga oleh berbagai sudut (ilmu), misal: fisika, sejarah, agama dan sastra. Obyek material filsafat ilmu: manusia, dunia, dan akhirat 16

  17. OBYEK FORMAL FILSAFAT mempelajari “berbagai sudut (ilmu)”  obyek formal ialah cara pendekatan pada suatu obyek material yang khas/unik, sehingga mengkhususkan bidang bersangkutan seperti fisika, sejarah, sastra (pengetahuan). Obyek formal filsafat ilmu: cara pendekatan tentang manusia (filsafat manusia), dunia, dan akhirat (filsafat ketuhanan) 17

  18. BIDANG KAJIAN/SISTIMATIKA FILSAFAT SISTIMATIKA FILSAFAT BIDANG KAJIAN/SISTIMATIKA FILSAFAT

  19. CABANG-CABANG FILSAFAT (1) * Tugas Filsafat Pengetahuan adalah menyoroti gejala pengetahuan manusia berdasarkan sudut sebab musabab pertama. Filsafat etika (menyoroti tingkah laku manusia agar ia hidup dan berperilaku baik) Filsafat pengetahuan (menyoroti/membahas atas manusia, alam, ketuahanan dan patokan-patokan: yang benar) menurut faktanya/kenyataannya disadari dengan tepat.

  20. CABANG-CABANG FILSAFAT (2) Fokusnya pada (a) apakah suatu pengetahuan itu benar, tepat, terpercaya, tidak berubah? (b) atau apakah suatu pengetahuan itu berubah-ubah terus, bergerak, berkembang? (c) jika berkembang kemana arahnya?

  21. CABANG-CABANG FILSAFAT (3) Gejala pengetahuan dilihat sebagai obyek material Filsafat Pengetahuan; sedangkan Filsafat Ilmu pengetahuan mempelajari gejala ilmu-ilmu pengetahuan

  22. ALIRAN FILSAFAT Hedonisme, menurut kodratnya manusia mengusahakan kenikmatan. Kenikmatan merupakan sesuatu yang paling tinggi nilainya bagi manusia. Utilisme, sesuatu itudikatakan baik/benar bila bermanfaat atau berguna. Deontologi, sesuatu itu baik karena orang bersedia melakukan apa yang menjadi kewajibannya, ia berkehendak baik. Ia bertindak sesuai dengan kewajibannya – saya bertindak, karena saya berkehendak untuk bertindak, karena bertindak itu menjadi kewajiban moral (baik)

  23. PENDEKATAN DALAM MEMPELAJARI FILSAFAT • Menurut Dony Gahral Adian (2002) terdapat empat pendekatan dalam memahami filsafat: • Pendekatan Definisi • Pendekatan Sistimatika • Pendekatan Tokoh • Pendekatan Sejarah

  24. Pendekatan filsafat yg bersifat argumentatif Metode kritis reflektif Metode dialogis Metode interpretatif Metode dialektis Pengalaman Pandangan teoritis

  25. Metode dialektis Metode Dialektika Hegel Metode yg melihat kemajuan (progress) pengetahuan atas dasar solusi di mana di dalamnya terdapat perubahan krn adanya kontradiksi Dasar metode Hegel: tesis – antitesis – sintesis ( tesa-antitesa-sintesa)

  26. Metode – Segitiga Hegel bagan tesa antitesa sintesa

  27. Sudut pandang Terhadap Filsafat • Terdapat tiga sudut pandang dalam melihat filsafat, yaitu: • Filsafat sebagai metode berfikir (Philosophy as a method of thought) • Filafat sebagai pandangan hidup (Philosophy as a way of life) • Filsafat sebagai ilmu (Philosophy as a science)

  28. Sudut pandang Terhadap Filsafat Filsafat sebagai metode berfikir berarti filsafat dipandang sebagai suatu cara manusia dalam memikirkan tentang segala sesuatu secara radikal dan menyeluruh.

  29. Sudut pandang Terhadap Filsafat Filsafat sebagai Pandangan Hidup, Mengacu pada suatu keyakinan yang menjadi dasar dalam kehidupan, baik intelektual, emosional, maupun praktikal.

  30. Sudut pandang Terhadap Filsafat Filsafat sebagai Ilmu, Artinya melihat filsafat sebagai suatu disiplin ilmu yang mempunyai karakteristik yang khas sesuai dengan sifat suatu ilmu.

  31. Kebenaran Filsafat Setiap manusia bertanya, mesti membutuhkan jawaban yang benar, permasalahannya adalah apakah kebenaran itu? Ini merupakan masalah penting dalam filsafat pada umumnya, khususnya dalam filsafat ilmu. Kebenaran merupakan hasil penilaian, lalu apa yang menjadi dasar penilaian itu?. Boleh jadi subyektif, yaitu berdasarkan norma, nilai dan keyakinan orang. Boleh jadi juga obyektif, yaitu berdasarkan ukuran-ukuran, manfaat, dan lain-lain terhadap obyeknya sendiri. Ada dua kemungkinan dasar pengukuran kebenaran, yaitu kebenaran apriori atau hipotesis, yaitu kebenaran berdasarkan akal semata, secara logika tanpa memerlukan bukti empiris, dan kebenaran aposteriori atau empiris yaitu, kebenaran yang ditemukan dilapangan melalui suatu abstraksi berupa ukuran-ukuran dari wujud apa yang ingin diketahui

  32. Immanuel Kant berpendapat bahwa ilmu pengetahuan harus berdasar sintetis apriori dan analitis aposteriori. Maksudnya, bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu harus berdasarkan penggunaan akal atau pemikitan teoritis yang disebut hipotesis dan teruji oleh bukti faktual yang menguatkan berupa hasil pengukuran obyektif. Jika hipotesis telah terbukti didukung fakta dilapangan maka kebenaran ilmiyah dinilai telah sah. Kebenaran filsafat tidak demikian, karena wacana filsafat berdasar penggunaan atau pengembaraan akal semata, yaitu sebuah kebanaran yang hakiki bersifat subyektif, hasil pandangan pemikiran dari berbagai sudut pandang pemikiran. Oleh karena itu tak bisa dibandingkan dalam arti baik, buruk dan benar-salahnya.

  33. Suatu pemikiran yang mendalam dan jernih sangat mungkin mencapai kebenaran tertinggi, lebih tinggi daripada hasil pengukuran dilapangan. Pengukuran dilapanganpun boleh jadi kurang baik nilainya karena alat ukur yang tidak canggih dan pengkurannya sendiri yang tidak akurat. Adapun yang dimaksud dengan subyektif adalah suatu pendapat berdasarkan kemampuan atau keadaan dan sudut pandang subyek, sedangkan obyektif adalah sesuai dengan keadaan obyek atau wujudnya.

  34. RINGKASAN SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT Masa Yunani Kuno (Abad 6 SM – Akhir Abad 3 SM) Masa Abad Pertengahan (Akhir Abad 3 SM – Awal Abad 15) Masa Modern (Akhir Abad 15 – Abad 19) Masa Kontemporer (Abad 20)

  35. Masa Yunani Kuno (Abad 6 SM- Akhir Abad 3 SM) Filsafat = pengetahuan tahyul, dongeng, mitos = mitologi : Mitos -> Logos (mitos mengurang, ratio tumbuh) Thales / air Pythagoras / bilangan Demokritos / atom Filsafat = Logos Sokrates : (469-399 SM) Dialektika Salah Sokratik -> kesimpulan Benar Plato : (427-347 SM) penyair, inspirasi tinggi (Aristokles) – Melawan sofis -> Mencari kebenaran Sokrates dengan tulisan Filsafat : Apologia (pembelaan Sokrates). - Model abstrak dan matematik = apriori dengan ratio menemukan episteme (ingatan yang benar atau ide abadi) Kebenaran adalah : relatif, subyektif, ide dalam diri obyektif : kenyataan / fakta diluar yang benar

  36. Lanjutan Masa Yunani Kuno (Abad 6 SM- Akhir Abad 3 SM) Tulisannya : 1. Apologia, Kriton, Politea : negara 2. Simposium : diskusi tentang cinta 3. Phaedo : diskusi tentang jiwa yang tak mati 4. Phaidros : diskusi tentang ide 5. Parmenides : kritik terhadap ide ajarannya 6. Timaios : susunan alam semesta 7. Nomoi : Hukum-hukum Mendirikan Akademi yang menjadi dasar Perguruan Tinggi jaman Pertengahan Ajarannya = Platonisme yaitu kebenaran jasmani yang tak kekal dan kebenaran rohani / ide yang kekal. Lima abad kemudian = Neo Platonisme yang menggabungkan Platonisme dengan ajaran Gereja Kristen

  37. 3. Aristoteles (384 – 322 SM) Murid terpandai Akademi, guru Alexander Agung Mendirikan Lyceum dengan ajaran model kongkrit Ajaran Aristotelesanisme yaitu pengenalan inderawi atau empiris-aposteriori (terikat pada waktu dan tempat) ; lalu pengenalan rasional yaitu episteme = pengetahuan benar yang diperoleh dari sebab musabab. Tujuh karya : Logika / organon (analisis apriori- aposteriori), Ilmu eksakta, Biologi, Psikologi, Metafisika, Etika & Politik, Sastra/Retorika Ia membagi 3 ilmu pengetahuan (IP) :  I.P. Produktif = Pedomen bidang kesenian  I.P. Praktis = Etika & Moral atau pedoman tingkahlaku  I.P. Teoritis = Tak memihak Fisika, Matematika, Filsafat Pertama (metafisika = ontologi)

  38. Masa Abad Pertengahan (akhir abad 3 SM – awal abad 15) Filsafat Yunani Kuno diambil alih Mesir (Cleopatra 69-30 SM) Filsafat dilarang -> kembali ke Dogma Gereja = Theologi (Kaisar Justianus ± 529 M) Filsuf Islam Bagdad -> Cordoba Ibnu Sina (980 -1037) Filsafat : kembali ke mitos = mistik Plotinus -> Neo Platonisme ( abad ke 13) yaitu Platonisme manunggal dengan Dogma Gereja. Thomas Aquines (1225 – 1274) Filsafat Yunani kuno tak dilarang malah untuk justifikasi Dogma Gereja.

  39. Masa Modern (Akhir abad 15 – 19) Gerakan Renaissance (kelahiran kembali) mentalitas individual – kebebasan, persamaan, emansipasi, otonomi diri. 2. Revolusi Copernicus (1473 – 1543) Matahari : pusat alam semesta Metode induktif – experimental Zaman Aufklarung (pencerahan / abad 18) Menggunakan akal budi dengan inti : Ajaran Rasionalisme (Descartes, 1596-1650) Ajaran Empirisme (Francis Bacon, 1561-1626) Pengetahuan inderawi Ajaran Kritisisme (Immanuel Kant, 1724-1804)gabungan a + b Filsafat Pragmatisme (William James, 1842-1910) Kebenaran konsep/ide harus dilihat konsekuensi praktisnya / kegunaannya.

  40. Lanjutan Masa Modern(Akhir abad 15 – 19) Filsafat Fenomenologi (Edmund Husserl, 1839-1939) kebenaran = kenyataan benda itu sendiri Tiga tahap dalam metode fenomenologis yaitu :  Reduksi Fenomenologis  Reduksi Eidetis  Reduksi Transendental Filsafat Eksistensialisme (S. Kierkegaard, 1813-1855)

  41. Masa Kontemporer (abad 20) Filsafat Analitik (Ludwig Wittgenstein, 1889-1951). 2. Filsafat Ekstensialisme (lanjutan Jean Paul Sarte, 1905 – 1980)  Ia menganggap manusia bebas memilih moralitas yang diinginkan hingga menciptakan eksistensi dirinya. Manusia melakukan kebaikan, pendidikan bagi keturunannya dan hidup bermasyarakat.  Menganggap Tuhan tidak ada dan manusia dapat memerankan peranan Tuhan (Vincent Martin)  Ada 2 kelompok : anti agama & kelompok agama (percaya pada Tuhan) 3. Ethics and Limits of Philosophy (Bernard Williams)

  42. TERIMA KASIH

More Related