1 / 19

Dampak Kegiatan pada Iklim

Dampak Kegiatan pada Iklim. PPLH UNHAS. Pencemaran Udara Dipengaruhi oleh:. Sumber pencemar: alami (aktivitas gunung api & kebakaran hutan) dan kegiatan manusia (transportasi, permukiman, industri & pengolahan limbah padat)

erelah
Télécharger la présentation

Dampak Kegiatan pada Iklim

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Dampak Kegiatan pada Iklim PPLH UNHAS

  2. Pencemaran Udara Dipengaruhi oleh: • Sumber pencemar: alami (aktivitas gunung api & kebakaran hutan) dan kegiatan manusia (transportasi, permukiman, industri & pengolahan limbah padat) • Mass Transport: penyebaran, pengenceran, difusi & transformasi fisik-kimia • Keadaan meteorologis: kecepatan & arah angin, kelembaban udara, suhu udara, tekanan udara • Morfologi daratan

  3. Uap air Proses dalam Awan Hujan

  4. GEJALA DIPOLE MODE (Saji, et al) Osilasi suhu permukaan laut di Samudera Hindia tropis berkaitan dengan curah hujan di negara-negara sekitarnya terutama Indonesia dan beberapa negara di Afrika. Penelitian selama beberapa dekade terakhir menunjukkan bahwa iklim di daerah tropis pada skala besar sangat dipengaruhi oleh perubahan SST (Sea Surface Temperature). Pola pengkutuban massa air di ekuator Samudera Hindia merupakan kejadian yang sangat kompleks yang melibatkan beberapa siklus baik di laut maupun atmosfer. Pola ini oleh peneliti laut dan iklim disebut sebagai Dipole Mode Event (DME), dimana wilayah Indonesia mengalami kekeringan dan kebakaran hutan, sementara terjadi curah hujan yang besar di Kenya dan negara-negara Afrika sekitarnya.

  5. GEJALA DIPOLE MODE (Saji, et al) Biasanya massa air hangat terakumulasi di bagian timur Samudera Hindia dekat Indonesia, sedangkan di bagian barat dekat Afrika relatif dingin. Pola ini (dua kutub massa air/dipole) pada tahun-tahun tertentu terjadi sebaliknya, yaitu kutub massa air hangat berada di pantai timur Afrika sedangkan kutub massa air dingin berada di pantai barat Sumatra. Pada saat Dipole Mode Event (DME), wilayah Indonesia mengalami kekeringan dan kebakaran hutan, sementara terjadi curah hujan yang besar di Kenya dan negara-negara Afrika sekitarnya, yang menyebabkan timbulnya banjir dan wabah penyakit di daerah tersebut. Penelitian selama beberapa dekade terakhir menunjukkan bahwa iklim di daerah tropis pada skala besar sangat dipengaruhi oleh perubahan SST (Goswami & Mohan, 2001).

  6. Gejala Angin Monsun • Monsoon terdiri dari southwest monsoon (SW) yang terjadi di bulan (Juni-September dan northeast monsoon (NE) yang terjadi di bulan (November-Februari) • Secara umum curah hujan di wilayah Indonesia didominasi oleh karena adanya pengaruh beberapa fenomena, antara lain; sistim monsun Asia-Australia, osilasi selatan, sirkulasi timur-barat (sirkulasi Walker) dan utara-selatan (sirkulasi Hadley) serta beberapa sirkulasi karena pengaruh lokal • Dampak adanya angin monsun di Indonesia adalah adanya angin baratan dan angin timuran. Angin baratan bertiup pada bulan Oktober-Maret, yang bertepatan dengan saat terjadinya monsun dingin Asia. Angin ini membawa masa udara dingin dan lembab, sehingga menimbulkan hujan di berbagai lokasi yang terkena pengaruhnya. Sedangkan angin timuran bertiup pada bulan April-September, bertepatan dengan monsun panas Asia. Angin ini membawa masa udara kering menyebabkan musim kemarau bagi lokasi yang terkena pengaruhnya (Nieuwolt, 1978)

  7. Twelve-month running mean of air pressure pa for Darwin (bottom) and of average rainfall R at a series of islands in the central equatorial Pacific Ocean between 160°E and 150°W (top). Arrows identify ENSO events for comparison with Fig. 19.4.

  8. Sumber : Saji et. all (1999) Sumber : Saji et. all (1999)

  9. Estimated sea level rise (m) by 2050 caused by thermal expansion, from the model of Church et al. (1991), assuming a global averaged temperature increase of 3°C by 2050.

  10. Analisis Wavelet Curah Hujan Makassar

  11. Temperatur Udara Rata-rata Kota Makassar (1983~2004)

  12. Kelembaban Rata-rata Kota Makassar (1983-2004)

  13. Windrose Kota Makassar (1980~2001)

  14. Kecenderungan Iklim Kota JakartaPERIODE 1931~ 1960 vs 1960~1990Suwondo Hardi, dkk (2001): Perbandingan kondisi unsur iklim Jakarta periode 1931-1960 & 1961-1990, Jurnal Meteorologi dan Geofisika, Vol. 2 No. 4 Okt-Des. 2001

  15. Perubahan Klimatologis karena pencemaran udara: • Perubahan temperatur permukaan: perubahan karakteristik pemanasan pada permukaan, perubahan penyinaran, • Urban heat island: kec. Kritis angin, awan & presipitasi, mixing layer • Perubahan kecepatan angin

  16. Kondisi iklim Kota Makassar dalam hubungannya dengan pencemaran udara • Belum ditemukan perubahan iklim lokal yang signifikan • Sirkulasi udara masih cukup baik, terutama karena terletak di pesisir pantai

More Related