1 / 31

Periode Prasejarah : Neolithikum, Megalithikum dan Jaman Perunggu Pertemuan 2

Periode Prasejarah : Neolithikum, Megalithikum dan Jaman Perunggu Pertemuan 2. Matakuliah : U0022 | SEJARAH SENI RUPA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA 1 Tahun : 2009/2010. NEOLITIKUM. Menetap dan memiliki tempat tinggal Bercocok tanam Alat-alat kebudayaan sudah halus dan sempurna

halil
Télécharger la présentation

Periode Prasejarah : Neolithikum, Megalithikum dan Jaman Perunggu Pertemuan 2

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Periode Prasejarah : Neolithikum, Megalithikum dan Jaman Perunggu Pertemuan 2 Matakuliah : U0022 | SEJARAH SENI RUPA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA 1 Tahun : 2009/2010

  2. NEOLITIKUM • Menetap dan memiliki tempat tinggal • Bercocok tanam • Alat-alat kebudayaan sudah halus dan sempurna Kebudayaan yang berasal dari masa Neolitikum berhasil ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa tengah, Jawa Timur, dan sepanjang sungai Bengawan Solo. Kebudayaan neolitikum merupakan transisi dari kebudayaan food gathering menjadi food producing. Katalog Museum Nasional Kapak Lonjong Batu Hitam | ditemukan di Bogor |alat pemotong dan penggali

  3. NEOLITIKUM | alat batu Kapak Lonjong Kapak Persegi

  4. NEOLITIKUM Kapak Lonjong Batu Kalsedon, polished Ditemukan di Bekasi Untuk upacara, penguburan & barter Kapak Persegi Ditemukan di Sukabumi Terbuat dari Batu Chalcedon, polished | Diperkirakan untuk upacara ritual, penguburan dan barter Katalog Museum Nasional Katalog Museum Nasional

  5. Zaman Megalitikum biasa disebut dengan zaman batu besar, karena zaman ini manusia sudah dapat membuat dan meninggalkan kebudayaan yang terbuat dari batu-batu besar. Kebudayaan ini berkembang paralel dengan zaman Neolitikum sampai zaman Perunggu. MEGALITIKUM http://www.indobackpacker.com/content/view/157/80/ Patung di Bukit Bada, Sulawesi Tengah

  6. MEGALITIKUM Pada zaman ini manusia sudah mengenal kepercayaan, walaupun kepercayaan tingkat awal, yaitu kepercayaan terhadap roh nenek moyang yang mendiami obyek-obyek tertentu (animisme) serta kepercayaan bahwa obyek-obyek tertentu, seperti pohon, batu, senjata memiliki kekuatan gaib (dinamisme) Kepercayaan ini muncul karena pengetahuan manusia mulai meningkat. Manusia mulai percaya bahwa orang yang meninggal, rohnya akan pergi ke suatu tempat dan sewaktu-waktu roh itu dapat dipanggil untuk memberikan pertolongan.

  7. MEGALITIKUM | patung Manusia mulai membuat patung-patung raksasa untuk menyembah roh nenek moyang mereka. Patung yang menggambarkan secara jelas laki-laki dan perempuan ini mengandung makna kesuburan. Patung di Bukit Bada, Sulawesi Tengah

  8. MEGALITIKUM | kubur batu http://www.chronobuilding.co.id/services/cv_permata_jeram/index.htm Peninggalan Pasemah yaitu sebuah kubur batu yang ditemukan di dataran tinggi Pasemah, Sumatera Selatan.

  9. MEGALITIKUM | pepunden berundak Tempat pemujaan Dipahami sebagai tempat tinggal arwah

  10. MEGALITIKUM | dolmen Ditemukan di Bondowoso Ditemukan di Sumbawa Dolmen | altar batu (di bawahnya sering digunakan sebagai kubur)

  11. MEGALITIKUM | ukiran batu Batu Gajah Pasemah Sulawesi Selatan

  12. MEGALITIKUM | sarcophagus Keranda Batu | Bali Waruga | Minahasa (Waruga juga ditemukan di Sumatera Utara)

  13. MEGALITIKUM | menhir Menhir| Minahasa Menhir | Sumatera Barat Menhir selain merupakan alat upacara ritual, juga menyimbolkan kesuburan dan kejantanan

  14. MEGALITIKUM | ornamen Pada masa ini mulai berkembang pula pemakaian ragam hias yang ditempatkan di beberapa peralatan sehari-hari. Beberapa motif sederhana yang dikenal dengan motif ulir atau ukelan

  15. ZAMAN LOGAM Disebut zaman logam karena alat-alat penunjang kehidupan manusia sebagian besar terbuat dari logam. Pada zaman logam, masyarakat mulai mempergunakan alat-alat atau peralatan yang terbuat dari logam. Pembuatan benda-benda dari logam menggunakan teknik: cire perdue.

  16. ZAMAN LOGAM METODE CIRE PERDUE Benda yang dikehendaki dibuat dulu dari lilin lengkap dengan bagian detailnya (gbr. 1). Lilin tersebut kemudian dibungkus dengan tanah dan selanjutnya di panaskan sehingga lilin menjadi cair (gbr.2-3). Selanjutnya, logam cair dituangkan ke dalam tanah yang telah terbentuk dan setelah dingin, tanah dipecahkan. Sehingga terbentuklah peralatan yang dikehendaki. (gbr. 4-6)

  17. ZAMAN LOGAM Di Indonesia yang lebih banyak digunakan adalah perunggu, yaitu logam campuran antara timah dan tembaga. Oleh karena itu zaman logam di Indonesia lebih dikenal sebagai Zaman Perunggu. Peralatan yang terkenal luas adalah kapak perunggu, bejana, tombak besar bermata lebar dan Nekara. Benda-benda tersebut selain bernilai fungsional juga ada yang bernilai magis karena digunakan sebagai alat upacara, terutama nekara. Patung perunggu | Bogor

  18. ZAMAN PERUNGGU Pengolahan perunggu di Asia Tenggara diperkirakan merupakan bagian dari kebudayaan Dongson, Vietnam, karena di daerah itu ditemukan berbagai benda-benda perunggu seperti nekara, corong, bejana, dan perhiasan dari perunggu, yang mirip dengan yang ditemukan di Indonesia. Oleh karena itu para ahli menafsirkan bahwa kebudayaan perunggu di Indonesia dan juga di wilayah Asia Tenggara lainnya dipengaruhi oleh kebudayaan Dongson tersebut. Jimat | Bangkinang, Sumatera

  19. ZAMAN PERUNGGU | nekara Nekara digunakan untuk barter, ritual upacara, Misalnya memanggil hujan. Pada beberapa tempat juga digunakan sebagai peti mati, dan persembahan untuk arwah. Katalog Museum Nasional Nekara – Semarang

  20. ZAMAN PERUNGGU | nekara Nekara – P. Selayar Dihiasi bentuk kodok simbol hujan dan kemakmuran Detail ornamen Nekara

  21. ZAMAN PERUNGGU | nekara Samardjo, Jakob, Arkeologi Budaya Indonesia, Qalam, Yogyakarta Nekara Bulan Pejeng dari Bali.

  22. ZAMAN PERUNGGU | moko Benda ini disebut Moko. Moko merupakan hasil budaya pada zaman perunggu dan berbentuk menyerupai nekara namun bentuknya lebih kecil. Moko umumnya digunakan untuk upacara. Salah satu moko ditemukan di daerah Alor, Nusa Tenggara Timur.

  23. ZAMAN PERUNGGU | kapak perunggu Kapak Upacara dari Perunggu | ditemukan di Bandung Meskipun kapak perunggu ini menyerupai sebuah senjata namun kapak ini tidak begitu kuat dan kokoh untuk digunakan sebagai alat perang atau untuk kerperluan pertanian. Para ahli memperkirakan digunakan untuk keperluan upacara.

  24. ZAMAN PERUNGGU | kapak perunggu Katalog Museum Nasional Kapak Corong untuk upacara Irian/ Papua, P. Selayar , dll Kapak Upacara (Candrasa)

  25. ZAMAN PERUNGGU | bejana Bejana Perunggu Kerinci, Sumatera Untuk upacara Katalog Museum Nasional

  26. ZAMAN PERUNGGU | ragam hias bejana Motif Segi tiga (Tumpal) Motif Titik Motif Segi empat Motif Ulir (kelak menginspirasi motif parang

  27. ZAMAN PERUNGGU | ragam hias nekara Motif Pilin Motif Garis Motif figuratif Hewan, manusia, perahu Motif Meander

  28. ZAMAN PERUNGGU | ragam hias Kapak Upacara dengan detail ornamen stilasi figur manusia dan motif garis ditemukan di Landau, pulau Roti, Timor

  29. ORNAMENyang terinspirasi dari Masa Prasejarah Motif Segi 4 Motif Meander Motif Pilin Motif Tumpal

  30. DAFTAR PUSTAKA • Soekmono, R. (1981). Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1, 2 dan 3. Kanisius. Yogyakarta. • Miksic, John (ed) (1998). Indonesian Heritage vol. 1 - Ancient History. Didier Millet. Singapore • Reid, Anthony (ed) (1998). Indonesian Heritage vol. 3 - Early Modern History. Didier Millet. Singapore • Tjahjono, G. (ed) (1998). Indonesian Heritage vol. 6 - Architecture. Didier Millet. Singapore • Soemantri, H. (ed) (1998). Indonesian Heritage vol. 7 - Visual Art. Didier Millet. Singapore. • Fox, James (ed) (1998). Indonesian Heritage vol. 9 – Religion and Ritual. Didier Millet. Singapore • McGlynn, J.H. (ed)(1998). Indonesian Heritage vol. 10 - Language and literature. Didier Millet, Singapore

More Related