160 likes | 532 Vues
ABIGAIL, ABITAL, ADAH KELAS ALKITAB MALAM GPIB JEMAAT IMMANUEL DI BEKASI. Abigail. Abstrak:
E N D
ABIGAIL, ABITAL, ADAHKELAS ALKITAB MALAMGPIB JEMAAT IMMANUEL DI BEKASI
Abigail. • Abstrak: • Abigail mewakili karakteristik seorang perempuan yang bijak. Perempuan yang bijak adalah perempuan yang berpikir sebelum bertindak, dia adalah orang yang objektif, berani mengatakan salah terhadap yang salah dan benar terhadap yang benar, dan juga seorang perempuan yang membawa orang atau mengarahkan mata orang kepada Tuhan. • Abigail adalah seorang wanita yang bersahaja, seorang wanita yang kemungkinan sekali berasal dari keluarga yang tidak punya, itu sebabnya dia harus menikah dengan seorang pria kaya namun bertabiat atau berperangai buruk, namanya adalah Nabal. Abigail membuktikan dirinya sebagai seorang yang bijak dalam suatu peristiwa yang sangat-sangat krusial.
I Samuel 25 mencatat sekurang-kurangnya ada 3 tindakan Abigail yang mewakili karakteristik orang yang bijak atau dalam kasus ini wanita yang bijak. • Abigail berpikir sebelum bertindak • Dia adalah seorang yang objektif. Pasal 25 Abigail berkata : "Aku sajalah ya tuanku yang menanggung kesalahan itu, izinkanlah hambamu ini berbicara kepadamu dan dengarkanlah perkataan hambamu ini. Janganlah kiranya tuanku mengindahkan Nabal orang yang dursila itu, sebab seperti namanya demikianlah ia Nabal namanya dan bebal orangnya. Tapi aku hambamu ini tidak melihat orang-orang yang tuanku suruh." Dengan kata lain dia adalah orang yang objektif, dia mengakui bahwa suaminya itu memang orang yang bebal, jadi dengan kata lain yang salah adalah salah buat dia, yang benar adalah benar.
Abigail mengerti bahwa situasi saat itu sangat kritis, dia harus bertindak dan dia pikirkan masak-masak apa yang dia harus lakukan: • Dia tahu dia harus berhubungan dengan Daud untuk minta maaf • Dia tahu dia harus jujur kepada suaminya, maka waktu dia pulang, keesokan harinya dia beritahukan suaminya akan tindakannya itu. • Ini juga yang harus kita miliki sebagai seorang istri atau pun suami yaitu sifat objektif, yang salah tetap salah, yang benar tetap benar, jangan kita langsung berkata ini suamiku, ini istriku salah benar pokoknya pasti benar dan saya akan bela, tidak. Yang salah tetap salah, yang benar tetap benar kita harus berdiri di atas rel kebenaran bukan di atas rel dia adalah suamiku atau istriku. Penting dalam hubungan suami-istri ada yang bisa dan sebaiknya dua-duanya bisa berfungsi sebagai pengawas, sebagai penegur, sehingga hubungan suami-istri bisa bertambah kuat, bisa menjadi lebih dewasa.
Abigail mengarahkan orang kepada Tuhan, seperti yang dikatakannya kepada Daud sewaktu dia menghadap Daud. "Oleh sebab itu tuanku demi Tuhan yang hidup dan demi hidupmu yang dicegah Tuhan dari pada melakukan hutang darah dan dari pada bertindak sendiri dalam mencari keadilan. Ampunilah keceroboan hambamu ini, sebab pastilah Tuhan akan membangun bagi tuanku keturunan yang teguh karena tuanku ini melakukan peran Tuhan dan tidak ada yang jahat terdapat padamu selama hidupmu." Dari sini kita bisa melihat Abigail menggunakan kata Tuhan dengan kata lain dia mencoba mengingatkan Daud untuk tidak berdosa, untuk tidak berbuat jahat, untuk tidak mencari keadilan dengan caranya sendiri. Saya kira ini adalah potret wanita bijak yang kita juga harus miliki sekarang. Istri yang membawa, mendorong anggota keluarganya serta suaminya untuk melihat kepada Tuhan.
Dalam kehidupan sehari-hari, bagi seorang istri yang hidup berdampingan dengan suami yang tidak seiman tetap ada yang harus dilakukannya untuk mengarahkannya kepada Tuhan. • Mengarahkan suami atau keluarganya kepada Tuhan melalui perbuatannya. Seperti yang dinasihatkan dalam 1Petrus 3:1. Perbuatan yang saleh, perbuatan yang sungguh mencerminkan kasih Kristus di dalam kehidupannya. Dengan cara itu si suami akan melihat bahwa istrinya berbeda dari wanita lain. Dan apa yang membuat istrinya berbeda karena dia adalah orang yang sudah ditebus oleh Tuhan Yesus dan hidup sesuai dengan perintah Tuhan.
Abigail adalah seorang perempuan yang terdapat dalam Alkitab Perjanjian Lama terkait dengan kisah Raja Daud di Israel.[1] Kisah tersebut terdapat dalam 1 Samuel 25:23-31. Abigail adalah istri dari seorang pengusaha kaya, namanya Nabal, yang dikisahkan pula bebal hatinya. Abigail sangat disorot karena dia memintakan pengampunan dari Raja Daud ketika Nabal tidak mengindahkan permintaan Raja Daud untuk meminta upeti karena merasa telah berjasa menjaga kambing domba Nabal di Gunung Paran dalam pelariannya dari Raja Saul (Raja Israel yang masih berkuasa dan tidak menerima Daud merebut kekuasaannya). Daud sendiri akhirnya marah karena hinaan Nabal yang menolak memberikan upah kepada utusan Daud itu. • [sunting]Keturunan • Putra Abigail dari Daud bernama Daniel.
Namun Abigail tahu persis bahwa jika Daud marah maka suaminya akan bernasib buruk, sehingga Abigail memohonkan ampun. Dalam peristiwa itu, Abigail membawakan makanan bagi pasukan Daud, dan dari situ pula akhirnya Daud tampak bersimpati pada kebijaksanaan Abigail.[2] Daud mengabulkan permohonan Abigail dan tidak menyerang Nabal. Namun setelah 10 hari, Tuhan sendiri yang memukul Nabal dan akhirnya Nabal mati. Setelah itu Daud menyuruh pasukannya untuk menjemput Abigail dan mengambilnya sebagai istri. Diceritakan bahwa memang Abigail cantik dan bijaksana, sehingga Daud mengambilnya sebagai istri.
Batsyeba • Batsyeba (Ibrani: בַּת־שֶׁבַע - BAT-SYEVA). Dan dalaM 1 Tawarikh 3:5 menyebutnya 'Batsyua binti Amiel', Ibrani: בַּת־שֶׁוּעַ - BAT-SYUA). Ia adalah putri Eliam (2 Samuel 11:3), jadi kalau Eliam adalah 'orang kuasa' dari 2 Samuel 23:34, maka Batsyeba adalah cucu dari Ahitofel. • Raja Daud menggauli dia pada saat suaminya, Uria orang Het, bertugas di garis depan mengepung Raba, ibukota Amon. Perbuatan Daud itu disusuli dengan pembunuhan Uria, masuknya Batsyeba ke dalam harem Daud, dan hardikan oleh nabi Natan (2 Samuel 12). • Pada usia tua Daud, Batsyeba bersekutu dengan Natan agar Salomo dapat naik takhta, dan ia menjadi ibu suri. Ia mengajukan permohonan atas nama Salomo demi Adonia, agar Abisag, selir Daud, diberikan kepada Adonia (1 Raja 2:19-21). Ini ditafsirkan sebagai tuntutan akan takhta dan mengakibatkan kematian Adonia.
Pada suatu pergantian tahun, Daud menyuruh Yoab maju beserta orang-orangnya dan seluruh orang Israel untuk menyerang bani Amon dan mengepung kota Raba, sedang Daud sendiri tinggal di Yerusalem. Suatu petang, ketika Daud berjalan-jalan di atas sotoh istananya, tampak kepadanya dari atas sotoh itu seorang perempuan sedang mandi; perempuan itu sangat elok rupanya. Daud menanyakan identitas perempuan itu ("Batsyeba binti Eliam"), kemudian menyuruh orang memanggilnya datang. Perempuan itu datang kepadanya, lalu Daud tidur dengan dia. Selesai membersihkan diri dari kenajisannya, pulanglah perempuan itu ke rumahnya. Lalu mengandunglah perempuan itu dan disuruhnya orang memberitahukan kepada Daud, demikian: "Aku mengandung." [6] • Daud menyuruh Yoab, panglimanya, mengirim Uria kepadanya. Setelah menanyai kabar perang, Daud menyuruh Uria pulang ke rumah. Ketika Uria keluar dari istana, maka orang menyusul dia dengan membawa hadiah raja. Tetapi Uria memilih tidur di depan pintu istana bersama-sama hamba yang lain dan tidak pulang ke rumahnya. Ketika Daud diberitahu, pagi harinya ia menanyai Uria mengapa tidak pulang. Uria berkata kepada Daud: "Tabut serta orang Israel dan orang Yehuda diam dalam pondok, juga tuanku Yoab dan hamba-hamba tuanku sendiri berkemah di padang; masakan aku pulang ke rumahku untuk makan minum dan tidur dengan isteriku? Demi hidupmu dan demi nyawamu, aku takkan melakukan hal itu!"[7]
Daud menyuruh Uria tinggal semalam lagi di istananya dan membuatnya mabuk. Tapi malam itu Uria tetap tinggal di istana dan tidak pulang ke rumahnya. Maka esok harinya, Daud mengirim Uria kembali ke panglima Yoab dengan membawa surat dari Daud. Isi surat itu: "Tempatkanlah Uria di barisan depan dalam pertempuran yang paling hebat, kemudian kamu mengundurkan diri dari padanya, supaya ia terbunuh mati."[8] • Pada waktu Yoab mengepung kota Raba, ia menyuruh Uria pergi ke tempat yang diketahuinya ada lawan yang gagah perkasa, maka gugurlah beberapa orang dari tentara, dari anak buah Daud; juga Uria, orang Het itu, mati. Kemudian Yoab menyuruh orang memberitahukan kepada Daud jalannya pertempuran itu, sambil mengatakan: "Juga hambamu Uria, orang Het itu, sudah mati."[9] • Ketika didengar isteri Uria, bahwa Uria, suaminya, sudah mati, maka merataplah ia karena kematian suaminya itu. Setelah lewat waktu berkabung, maka Daud menyuruh membawa perempuan itu ke rumahnya. Perempuan itu menjadi isterinya dan melahirkan seorang anak laki-laki baginya. Tetapi hal yang telah dilakukan Daud itu adalah jahat di mata TUHAN.[10]
Pertanyaan Refleksi ialah : • A. Bagaimana peran Tuhan dipahami dalam konteks ini? • B. Apakah sikap gereja dalam konteks ini ?