1 / 27

KONSTRUKSI SOSIAL SEKSUALITAS MANUSIA

KONSTRUKSI SOSIAL SEKSUALITAS MANUSIA. PATRIARCHALIS Vs MATRIARCHALIS. Pertentanga tentang persoalan ‘ alami ’ dari hubungan heteroseksual laki-laki dan perempuan. PATRIARCHALIS. Pola Hewan menunjuk pada sesuatu yang bersifat jasmaniah

mrinal
Télécharger la présentation

KONSTRUKSI SOSIAL SEKSUALITAS MANUSIA

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. KONSTRUKSI SOSIAL SEKSUALITAS MANUSIA

  2. PATRIARCHALIS Vs MATRIARCHALIS • Pertentanga tentang persoalan ‘alami’ dari hubungan heteroseksual laki-laki dan perempuan

  3. PATRIARCHALIS • Pola Hewan menunjuk pada sesuatu yang bersifat jasmaniah • Seksualitas dikonsepsikan sebagai kekuatan instinktif (naluriah) yang menggerakkan dan menguasai individu dalam kehidupan pribadi maupun sosial. Jika kekuatan ini tidak disalurkan ke dalam ekspresi seksual yang langsung, maka ia akan muncul sebagai kelainan jiwa atau neurosis

  4. MATRIARCHALIS • Seksualitas manusia sifatnya normatif karena mereka adalah makhluk bio-sosial • Matriarchy lebih unggul karena proses historisnya

  5. Kategori pertentangan yang saling berlawanan ini menurut Suryakusuma (1991) digolongkan atas kategori esensialis dan non esensialis.

  6. PATRIARCHALIS: Sigmund Freud • Konsep libido manusia berpijak pada skema hidrolik: libido meningkat, tekanan darah meningkat, keresahan meningkat. • Tindakan seksual akan menurunkan ketegangan dan keresahan untuk beberapa saat sampai ketegangan itu kembali muncul. Pengekangan seksual dapat menimbulkan gangguan mental.

  7. PATRIARCHALIS • Havelock Ellis dalam bukunya “Studies in the Psychology of Sex”— menyatakan keprihatinannya atas kecenderungan perempuan yang semakin meningkat untuk menolak fungsi ‘keibuan’ mereka dan menuduh penganut matriarchalis telah membelokkan perempuan jauh dari ‘hukum alam mereka sendiri’

  8. PATRIARCHALIS • Desakan laki-laki adalah desakan yang ‘menaklukkan’ dan desakan perempuan adalah desakan untuk ‘ditaklukkan’. • Apabila terjadi penolakan oleh perempuan, maka penolakan itu sebenarnya tidaklah nyata (pura-pura) tetapi itu semua adalah bagian dari permainan yang dirancang untuk meningkatkan bangkitnya nafsu seksual laki-laki’

  9. PATRIARCHALIS • Margareth Sanger : “laki-laki harus menjadi perayu, pengejar dan pemburu. Laki-laki adalah agressor….”. • Leonora Eyles : ‘Setiap perempuan sebenarnya menyukai laki-laki, segala sesuatunya seperti orang-orang gua, dia menyukai kejutan, dia menyukai berlari jauh dan ditangkap dan diberi permainan cinta’

  10. PATRIARCHALIS • ….”untuk mendesakkan kekuasaan ….adalah satu dari dorongan hari kita yang paling primer dan senantiasa hal itu berkecenderungan untuk dimanifestasikan dalam sikap seorang laki-laki terhadap perempuan yang ia cintai”’

  11. PATRIARCHALIS • Fungsipenolakanperempuanadalahuntukmeningkatkanbangkitnyanafsulaki-lakidanakhirnyamenjamin —menuruthukumseleksialam— bahwahanyapria yang terbaikdan paling gigihlah yang berhasilmembuahkanketurunanmereka, • Maka harusadaperpaduan yang sama-samaeratantarakesenanganseksualperempuandankesakitannya’

  12. PATRIARCHALIS • Laki-laki adalah korban dari desakan-desakan seksual yang untuk desakan itu mereka tidak mampu mengendalikan; • Kebutuhan seksualitas adalah sama mendasarnya seperti kebutuhan makan dan minum sehingga apabila tidak terpenuhi akan menyebabkan sakit jiwa atau neurosis; • Desakan seksual laki-laki jauh lebih kuat daripada perempuan.

  13. MATRIARCHALIS • Matriarchalis umumnya menganggap bahwa kepercayaan-kepercayaan di atas hanyalah mitos-mitos dan itu digunakan sebagai senjata bagi kaum laki-laki sebagai sarana untuk mengendalikan perempuan dan mempertahankan kedudukan mereka.

  14. MATRIARCHALIS • Bias jender dalam seksualitas lebih banyak disebabkan faktor kekuasaan dan dominasi laki-laki daripada faktor biologis.

  15. MATRIARCHALIS • Feminis yang ‘radikal’merasapastibahwauntukmemerangiaspekkekuasaandandominasilaki-lakiinimerekamembelaapa yang dinamakan “mogokseks” sebagaicarapenolakan. • Lucy Re-Bertlett (Jackson, 1986) menulis: “Dalamhatibanyakperempuanhariinimencuatjeritansepertiini: Sayatidakakanmengenallaki-lakidantidakpernahmelahirkananakhingga rasa apatisinihilang. Itulahpemogokandingindanakanberlangsungdiseluruhdunia".

  16. PATRIARCHALIS • Membuat ‘konstruksisosial’ barutentangmogokseks. • Walter Gallichandalambukunya‘Sexual Apathy and Coldnes in Women’ yang intinyamengatakanbahwaadahubungan yang sangateratantara ‘frigiditas’ dan ‘feminisme’: • “...Perempuan yang mempunyaisifatdinginseringmenjadipendukungaktiforganisasi-organisasireformasi, pejuang-pejuangsuciemansipasiperempuan, kampanye-kampanyekesuciandanmasyarakatuntukpenindasanperempuan…(dia) kurangfahamakanfakta-faktakehidupan yang fundamental”.

  17. PATRIARCHALIS • William Stekelberagumentasibahwa “Perempuan yang dinginakanmengalamipenderitaan yang menghambat, yang tersembunyidanmenyatakandirinyasebagai “sayatidakakan” danbahwapeningkatandalamfrigiditaspadazaman-zaman modern nantinyadiinterpretasikansebagaimanifestasisosial yang sifatnyaterbuka, secarakhusussebagaisuatufasedalamperjuanganperempuanuntukhak-hak yang sama

  18. PATRIARCHALIS • KataGallichan, perempuan yang dinginhisterisharusdiajariuntukmenghadapirealitas-realitasalam, danuntukmeninggalkanpersepsi-persepsipalsutentang ‘kengerianakanseksualitas”. Sayangnyaperempuan-perempuan yang demikian ‘sangatlahresistan’. • Penolakanmerekauntukmenerimakenyataanpercintaandariduajeniskelaminseringkalidemikiansusahdihilangkanhinggasegalamacampengajarantampaknyatakmungkindalamkasusmereka

  19. MATRIARCHALIS • Penganut feminisi menentang hal tersebut dan mempertanyakan mengapa seksualitas perempuan secara pasti perlu dibangunkan oleh laki-laki ternyata tidak pernah dijelaskan dan terjawab dan nyatanya tidak dipandang sebagai problema yang membutuhkan penjelasan

  20. MATRIARCHALIS • Penganut feminisi menuntut otonomi seksual perempuan, hak untuk merumuskan dan mengendalikan seksualitas mereka sendiri, bebas dari eksploitasi seksual laki-laki dan pemaksaan. • Otonomi ini tentu saja tidak bisa diringkas sebagai ‘cinta bebas’.

  21. MATRIARCHALIS • Seksualitas manusia ditentukan oleh masyarakat, mengikuti konstruksi sosial yang dibuat oleh masyarakat. • Manusia adalah makhluk bio-sosial, dengan demikian seksualitas manusia adalah normatif. • Seksualitas bukan hanya biologik fisik, tapi selalu merupakan suatu bentuk interaksi sosial

  22. MATRIARCHALIS • Menghadapi tuduhan ‘frigid’ terhadap feminis, ditegaskan bahwa persoalan ‘frigid atau tidak’ akan sangat tergantung dari perlakuan laki-laki terhadap partner mereka. Paksaan atau tidak !

  23. MATRIARCHALIS • Manusia sejak awal mempunyai cara-cara untuk mementukan berbagai aturan yang menyangkut perihal kegiatan seksual. • Kegiatan seksual dipandang tidak hanya sebagai prokreasi (=melanggengkan keturunan), tapi mengandung juga dimensi rekreasi (kenikmatan), relasi (hubungan) dan juga institusi (kelembagaaan)

  24. MATRIARCHALIS • Setiapkehidupanberkelompok, sekssebagaiaktifitasbiologis yang menyangkuthubungankekerabatandanberhubunganeratdengannorma-normasosial yang berlakudikelompoktersebut. • Berlakuberbagaiketentuan yang menyangkutapa yang diperbolehkandanapa yang dilarang yang berhubungandengankegiatanseksualparaanggotanya. • Itulah yang membedakanmanusiadengan ‘hewan’.

  25. MATRIARCHALIS • Manusia sejak awal mempunyai cara-cara untuk mementukan berbagai aturan yang menyangkut perihal kegiatan seksual. • Kegiatan seksual dipandang tidak hanya sebagai prokreasi (=melanggengkan keturunan), tapi mengandung juga dimensi rekreasi (kenikmatan), relasi (hubungan) dan juga institusi (kelembagaaan)

  26. DISKUSI KASUS

  27. WASS. WR. WB Sekian . . . Terima Kasih

More Related