1 / 101

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

SOSIOLOGI PENDIDIKAN. Oleh : Prof.Dr.Dr. Soetomo. WE, M.Pd. Bab I A. Pengantar. 1 Pengertian

peyton
Télécharger la présentation

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. SOSIOLOGI PENDIDIKAN Oleh : Prof.Dr.Dr. Soetomo.WE, M.Pd

  2. Bab I A. Pengantar 1 Pengertian Adalahmenjadikewajibansetiaporang yang akanmelakukanstudi, bahwaorangitudiwajibkanlebihdahulumemahamiapahakikatpokokbahasanmateri yang akandipelajari. Demikian pula bagikita yang akanstudisosiologipendidikan, langkahawal yang harusdilakukanadalahmemahamiapaartisosiologipendidikan. KataSosiologiPendidikanterdiriatas “ Sosiologi” dan “Pendidikan”. Sosiologiadalahilmu yang mempelajarihubunganantarmanusiabaiksecara individual maupunsecarasosialataukelompok.

  3. Tidarta ( 2000 : 3) menafsirkanbahwasosiologiituadalahbagaimanahubunganantarmanusiadengankelompokdan unit dalammasyarakatdisuatuwilayah. SementaraituGunawan (2003 : 5) Sosiologiitullmupengetahuan yang mempelajarimasyarakatsecarakeseluruhan. Yang dimaksudmempelajariadalahstudihubunganantarmanusia, manusiadankelompok, antarkelompok, baik formal, non formal maupun informal serta material baikstatismaupundinamis. SeloSumarjan ( DalamGunawan, 2003 hal 3), berpendapatbahwasosiologilebihmenekankanpadastudistruktursosial, prosessosialdan program sosial. Dan masihbanyaklagiartisosiologi yang dapatdipelajaritentanghakikatilmusosiologi.

  4. Sementaraitupendidikansifatsasaranpadamanusia yang ternyatamemilikiaspek yang komplek. Pendidikanadajuga yang mengartikanpewarisanbudayadarisatugenerasikegenerasi yang lain. Karenasituasi yang kompleks, itulahmengapatidakadasebuahbatasan yang memadai (UmarTirtaRaharja, 2005). Batasandibuatberagamtergantungorientasinya. Ada yang mengatakanbahwapendidikanadalahprosespendewasaan mental, moral, sikapdanperilaku. Adajuga yang menegaskanpendidikanadalahprosesbelajarmengajar yang mengantarmanusiamencapaiperkembangankognitif, konatif( psikomotor ),danafektif .

  5. Ada pula yang mengatakan pendidikan adalah proses belajar mengajar manusia untuk menatap masa depan bagi dirinya. Tegasnya pendidikan dapat disimpulkan sebagai proses belajar mengajar untuk pewarisan budaya generasi muda dalam mencapai perkembangan kognitif, afektif, konatif, moral, mental, sikap, dan perilaku manusia ( Soetomo WE, 2008).

  6. Jadisosiologipendidikanadalahprosesbelajarmengajar individual ataumasyarakatmanusiauntukmencapaiprosespewarisanbudayagunamengantargenerasimudamengalamiperkembangankognitif, konatif, afektif , sertaterbentuknya mental, moral, sikap, danperilakumanusiaatausebagaiindividuataumasyarakat ( Soetomo, 2008). Sementaraitu E. George Payne (1928:20) yang terkenalsebagaibapaksosiologipendidikanmemberikanbatasanbahwa : by educational sociology we mean the science which describe and explains the institution, social group and social processes that is the social resources relationship in which or through which the individual gains and organizes experiences.Sementaraitumenurut Charles A. Ellwood (1950:50) menegaskanbahwasosiologipendidikanadalahilmupengetahuan yang mempelajarihubunganpokokmasalahantarprosespendidikandanprosessosial.

  7. E. B. Reuter mengatakan bahwa sosiologi pendidikan berkewajiban menganalisis evolusi pendidikan dalam hubungannya dengan perkembangannya dengan manusia (T.Y. Brown 1961:40) 2. Educational Sociology dan Sociology of Education Pada awal perkembangan sosiologi pendidikan masuk ke Indonesia ada sementara perguruan tinggi yang memiliki jurusan pendidikan menggunakan istilah Educational Sociology . Dalam perkembangan lebih lanjut para ahli perkembangan Indonesia juga menggunakan istilah Sociology of Education.

  8. Denganadanyaduaistilahitu, makauntuksementaraahlipendidikan Indonesia telahmenggunakanpemahaman yang rancutentangsosiologipendidikandalamprosesnya yang harusdigunakanakibatkerancuantersebut Prof .W. Taylor memberikanjalantengahdenganmenyarankan : A. ke-2 istilahitu (educational sociology dan sociology of education) dapatdigunakan. B. Educational Sociology studipenekanannyapadapertanyaankependidikandanprosessosial.C. Sociology of Education studipenekanannyapadamasalahsosiologis

  9. Tegasnya: Educational Sociology adalahprinsipumumdanpenemuan sociology dalamprosespendidikan: sociology of education adalahanalisisterhadapprosessosiologis yang berlangsungdalamlembagapendidikan.Selaindaripadaitumunculistilahke 3 yaitu social foundation of education yang merupakanbidangpenelaahan yang mencakupsejarah, filsafat, sosiologipendidikan , dankomparasi (perbandingan) pendidikan.Dalamperkembanganlebihlanjutke 2 istilahdiatasyaitu : educational sosiologydansosiology of education sama-samadimanfaatkanolehdisiplinsosiologipendidikan. Adapunistilah yang disepakatiadalah educational of sociology. Lebihlanjut Dr. Banks menyarankansosiologipendidikanmenjadibagiandariilmusosiologibukanbagianilmupendidikan.

  10. Pertanyaanlebihlanjutmengapa guru harusbelajarsosiologipendidikan, karena: (1) masyarakatmengalamiperubahan yang cepat, progresif ,dandinamis.(2) perubahanitutelahmenumbuhkanbudayabaru yang ternyatamenimbulkanmasalahsosial(3) adatuntutan agar parapengelolapendidikanmemenuhikehendakmasyarakat(4) kepribadian guru dapatmempengaruhisuasanakelas yang berartijugamempengaruhisiswa-siswanyadanmasyarakatnya.(5) kebebasan guru sering kali dibatasiolehatasannyasehinggamempengaruhitingkatkeberhasilanpendidikan.

  11. 3. Latarbelakangtimbulnyasosiologipendidikan Kenyataanmenunjukkanbahwamasyarakatmengalamiperubahan yang cepat, dinamis, danmaju. AkibatperubahanitumasyarakatmenunjukkangejalaDisintegrasi (tidakterpadu) makamenujukkangejalaparsial. Perubahanitumenyangkutberbagaikehidupandanmerupakanmasalah yang menyentuhsendisenditatakehidupanmasalah. Misalnyaindustri agama, ekonomi, pemerintah, keluarga, perkumpulanpendidikan, dansebagainya.Masalah-masalahsosialsepertiinidirasakanolehduniapendidikan yang didalamnyaadaanggota-anggoatamasyarakat, siswa guru dansebagainya. Padahalsebagaimanakitaketahuimasalah yang timbulditengah-tengahmasyarakatternyatamerupakanrefleksikehidupandanrefleksikehidupanmasyarakat. Masalahpendidikan, keluarga, jugarefleksikondisimasyarakat yang ada, misalnyakitalihatgejalapendidikanmasyarakat, kegelisahansosial, agama, konflikmasyarakat. konflikadalahbentuk-bentukdistegrasi yang adadidalammasyarakat.

  12. Krisis yang menimpa bangsa dan negara Indonesia sekarang ini (2009) seperti banyaknya korupsi, banyaknya partai, otonomi daerah , keadaan biaya pendidikan yang tinggi.Korupsi adalah wujud krisis sosial dan krisis kepercayaan , krisis mental, krisis moral, serta krisis perilaku. Masyarakat pada hakekatnya adalah sistem dalam masyarakat terjadi akibat hubungan antara satu dengan yang lain. Masyarakat yang mengalami perubahan maka kelangsungan atau kontinuitas integrasinya juga berubah. Akibat lebih lanjut, dalam masyarakat itu muncul diskontinuitas atau disintegrasi sehingga menimbulkan konflik dalam masyarakat itu.

  13. Robert Linton mengatakanbahwadalammasyarakatitu ada2 nilaia. nilai universal sifatnyakuatintegritasstabil, dandapatditerimaolehsebagianmasyarakatbahkanbarangkalidapatmenjadidasarpranatadalammasyarakatitu. b. nilaialternatif, sifatnyatidakstabil, tidakintegritasdanhanyaditerimasebagiankecilmasyarakat. Nilaiinternatifadalahnilaikekhususan yang biasanyabersifat individual.Apabilamasyarakattidakberubahcepatmakanilai alternatif seringkalitumbuhdandapatmengaburkannilai universal. Isinilai alternatif biasanyabersifattemporer. Tendensimasyakakatsebagaiakibatbersifatdinamismemangsering “kaliadagerakan” meninggalkan nilai-nilai universal danmemunculkannilai-nilaiaternatif. Akibatlebihlanjut dengan hilangnya nilai universal dalammasyarakatmaka pranata sosialmengalami disintegrasi misalnya karenakemauan industri timbulgejalamasyarakatpedesaaan bergerak keperkotaan (dariRurar ke Urban) hubungan masyarakat pada awalnya sebenarnya tanpapamrihakibatperubahanmasyarakatmakahubungannyaberubahmenjadihubunganpamrih

  14. Sampaisekarangintitusipendidikantidakmampumengejarperubahansosial yang sangatcepat. Hal initerjadi, sebabperkembanganilmudantehnologi yang baikbelumsempatdipelajarididuniapendidikan . Pendidikansekolahmenimbulkan cultural shock olehkarenaitulahahliahlisosiologimengembangkanpemikiranbarugunaitusertamemecahkanmasalahpendidikan, makalahirlahapa yang disebutsosiologipendidikan.Laster F. Word adalahpencetuspertama. Sarjanainimenjadipeloporsosiologipendidikandalamartian formal. SementaaituJhon Dewey menerbitkan “school and society” tahun 1899. sarjanainimenekankanbahwasekolahadalahlembagasosial. Karya ke-2 yang berjudul “ Democracy and Educational” tahun 1916 telahmendoronglahirnyasosiologipendidikan. Tahun 1920 F. R. Clow David Suedden, Roos Finney, C.C. Peter, C.L. Robbind, E. R. Groves, meneruskanpemikiran-pemikirandiatas.

  15. Tahun 1910 SosiologiPendidikndikuliahkanpertamadiuniversitas Colombia, dan 1917 terbitteks book SosiologiPendidikankarya Walter R. Smith denganjudul “Introduction to Educational Sociology” . Tahun 1916 UniversitasNewyork, UniversitasKolombia, mendirikansosiologipendidikan. Tahun 1920 terbitjurnalsosiologipendidikanpimpinan E. George Payne 1936 terbitmajalahsosiologipendidikan. Tahun 1940 diadakan review educational research yang dimuatdalamberbagaiartikelmajalah. Di Indonesia tahun 1967 IKIP Jogjakarta memberikanmatakuliahsosiologipendidikanpadajurusandeduktifkurikulum. Dan sampaisaatinisosiologipendidikandi Indonesia berfungsimemantapkanPancasilasebagainilai universal integral bangsaindonesia.

  16. BAB II PENDEKATAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN Untuk membahas sesuatu, lebih-lebih membahas tata kehidupan manusia seringkali kita melakukan transformasi pemikiran. Artinya, bagaimana kita untuk dapat mengerti dan memahami “ bahasa tata kehidupan individu “ dalam masyarakat serta untuk mengerti kondisi masyarakat itu sendiri. Watak individu, mental individu, dan sebagainya apabila kita pahami pada gilirannya kita juga akan memahami kelompok individu itu.

  17. Tingkahlakukelompok, sebenarnyadapatdikategorikansebagaitingkahlakumasyarakatkeseluruhandarikelompokitu. Dan dapatdisimpulkansebagaitingkahlakumasyarakatnegarapemilikkelompokitu. Misalnyakepribadiannasionalterjadiakibatindividuitudipengaruhiolehfaktorinterendanfaktoreksteren. Faktorinterenbiasanyamenyangkutindikatorbiologidanindikatorpsikologi. Sementaraitufaktoreksterenmencakuppengaruhkondisilingkunganfisikdanlingkungansosial.

  18. dalam Sosiologi Pendidikan kita mengenal tiga pendekatan, yaitu : • Pendekatan individu. • Pendekatan sosial. • Pendekatan interaktif.

  19. Pendekatan Individu. Para ahli Sosiologi Pendidikan berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan individu adalah bagian dari kelompok manusia atau bagian dari suatu masyarakat manusia. Oleh sebab itu seringkali individu itu dianggap “ pembentuk kelompok “.

  20. Sosiologi Pendidikan mengajarkan kepada kita, apabila kita mampu memahami tingkahlaku individu satu-persatu, artinya bagaimana kita memahami seseorang individu dari cara berpikir, cara berperasaan, cara berkemauan, cara melakukan perbuatan, mentalitas orang itu dan sebagainya, maka pada gilirannya kita akan dapat mengerti bagaimana kondisi kelompoknya, misal : kita studi tentang si Karto seorang komunitas Samin tentang bagaimana si Karto berpikir, berbuat, bertingkahlaku, berkehendak, dsb. Maka akhirnya kita dapat menyimpulkan bagaimana sebenarnya kelompok Samin itu.

  21. Perubahan-perubahan yang terjadi pada seseorang individu banyak hal dipengaruhi faktor interen dan eksterennya. Faktor interen misalnya, seperti faktor biologis ( cacat tubuh : tuna daksa , tuna rungu, tuna netra, dsb ) maka biasanya juga mempengaruhi cara dia berpikir, berbuat, bertingkahlaku, dsb. Demikian juga dengan pengaruh-pengaruh psikologi ( rendah diri, merasa bodoh, debil-imbisil, “ dianggap gila “ ), juga akan mempengaruhi cara berpikir, cara berbuat, cara berperilaku dari si individu itu. Misalnya : Hitler, Napoleon, Tribhuwana Tunggadewi, Gajah Mada, dan Bung Karno.

  22. Pengaruheksterenadalahpengaruhlingkunganfisik, misalnyaorangkayadenganorangmiskin. Yang terjadibedacaraberfikir, bergerak, karenalingkunganfisiknyaseperti : fasilitas, berbedadengan yang lain. Faktorsosialterutamapadapergaulan ( desadankota, kelompok gen ) jugasangatmempengaruhiindividu. Dari hasilkajianternyatatinggirendahnyapenilaianseseorangkepadaindividutidakditentukanolehras. Misalnyaanggapanbahwarasputihmenganggapbahwarashitamlebihrendahternyatatidakbenar. Contoh : PresidenObama, beberapapemenang Nobel jugadarikulitberwarna. Pengaruhlingkunganbaiklingkunganfisik, kultural, sosialsangatbesarpengaruhnyakepadaperubahanindividu.

  23. Misal : hal kebebasan fasilitas ekonomi, kemajuan kebudayaan, kecanggihan teknologi, fundamentalis agama ternyata juga besar kontribusinya pada perubahan seseorang sebagai individu. Faktor psikologis, misalnya unsur kejiwaan sangat mempengaruhi perubahan individu seperti faktor pembawaan, bakat, harus diakui sebagai kekuatan potensial laten yang dapat memunculkan aktualisasi dan manifestasi, kalau faktor itu memungkinkan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa unsur kejiwaan juga perlu diperhatikan bagi studi Sosiologi Pendidikan. Karena pengaruhnya dapat besar, malah dapat sangat besar pada perubahan individu.

  24. Pendekatan sosial Pendekatan ini mengkaji kondisi masyarakat atau sosial akibat pengaruh geografi. Misalnya perbedaan masyarakat Indonesia dengan masyarakat Eskimo. Atau Jawa-Papua, Jawa-Sulawesi, dsb. Demikian juga masyarakat India, Tibet, Afrika, Asia, Eropa, dan Amerika, dsb. Akibat pengaruh geografi ( topografi, klimatologi, temperatur udara ) sangat mempengaruhi sikap berpikir, bertindak, berbuat, dsb.

  25. Di tengah masyarakat sebenarnya sering terjadi individu berhubungan dengan individu. Dan mereka saling menyesuaikan dengan lingkungannya. Misalnya ketika seseorang dari kawasan temperatur panas memasuki temperatur dingin / musim salju, mereka menyesuaikan dengan memakai pakaian seperti masyarakat yang hidup di udara dingin. Oleh sebab itu proses perjumpaan individu dengan masyarakat dan sebaliknya diawali dengan interaksi sosial ( saling ketergantungan ).

  26. Dari hasil kajian seringkali interaksi sosial itu didasari oleh faktor-faktor • Imitasi • Sugesti • Identifikasi • Simpati ( Tidarta , 2000 : 147n)

  27. Imitasi Adalah anak meniru seseorang ( guru, teman, tetangga, orangtua, dsb ). Imitasi ada yang positif ada yang negatif. • Sugesti Adalah anak tertarik pada pandangan atau sikap oranglain. Ketertarikannya tanpa kritik dan tanpa pertimbangan rasional. • Identifikasi Adalah anak ingin menyamakan dirinya dengan orang lain yang dianggap memiliki kelebihan atau keistimewaan. • Simpati Adalah tertariknya seseorang dari yang satu kepada yang lain. Simpati lahir karena pertimbangan perasaan , bukan pikiran.

  28. Pendekatan Interaksi. Dalam suatu proses sosial mesti terjadi interaksi sosial ( saling ketergantungan ),yaitu hubungan individu dengan individu, individu dengan masyarakat. Interaksi sosial hanya akan terjadi bila ada kontak sosial dan komunikasi ( Tidarta, 2001 : 9 ). Kontak sosial dapat berlangsung biasanya dalam tiga bentuk

  29. Kontak sosial dapat berlangsung biasanya dalam tiga bentuk : • Kontak antar individu. Misal anak dengan bapak, anak dengan anak atau anak dengan ibu. • Kontak individu dengan kelompok dan sebaliknya ( anak dengan kelompok Pramuka, team sepakbola, kelompok remaja gereja, masjid, dsb ) • Kontak antar kelompok ( BP3 dengan dewan guru, POM dengan dewan guru, komite sekolah dengan orangtua, dewan guru dengan OSIS ).

  30. Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain atau kelompok. Adapun wahana komunikasi dapat melalui pembicaraan, mimik, dan dengan lambang-lambang tertentu serta melalui alat cetak dan elektronik.

  31. BAB III TEORI MEDAN Sementara kita telah membahas tiga macam “ approach “ terhadap tingkah laku manusia, baik manusia sebagai makhluk individu dan sosial dengan aproach individual, sosial dan interaksional. Ada juga cara lain untuk meneliti tingkahlaku manusia, ialah dengan membahas “ medio sosiopsychis “ manusia dengan membahas medan sosial manusia. Cara pembahasan ini terkenal dengan nama teori medan atau “ field theory “ ( Dr. Kurt Lewin – Psikologi ) dan dikembangkan J.F Brown ( Psikologi Sosial )

  32. Inti daripada teori medan ini ialah meneliti struktur medan hidup ( life space ) beserta pribadinya, personnya, “ life space “ sosial atau medan sosial. Medan hidup ini merupakan kondisi-kondisi, syarat-syarat dan situasi konkret yang menyertai gerak pribadi, gerak person tadi. Obyek manusia dianggap sebagai organisme. Cara bekerjanya mempergunakan metode “ hypothetico deduktif “ ( hypothetic deductive method ). Dalam metode ini proses kerja ( berpikir ) mulai dengan aksioma-aksioma yang dianggap umum dengan mencari implikasi-implikasi. Jadi aksioma tadi kepada hal-hal yang khusus.

  33. Misal suatu aksioma : Semua logam dipanasi akan memuai, maka implikasinya membuktikan bahwa pada tiap-tiap jenis logam yang dipanasi muai atau tidak. Aksioma yang telah dipergunakan sebagai awal mula penyelidikan dianggap sebagai kebenaran pokok. Lawan dari metode deduktif adalah metode induktif yang bekerja dari kebenaran-kebenaran khusus menuju kebenaran umum. Lain halnya pada teori medan, metode “ hypothetico deduktif “ mulai dengan sekedar aksioma ( yang masih bersifat hypotesis ) , artinya kebenarannya masih harus dibuktikan; ialah dengan membuktikan kebenaran khusus dalam aksioma yang dikemukakan.

  34. Tanda lain dalam teori medan ialah memakai bahasa “ genotype “. Misalnya ketika Kurt Lewin menyelidiki watak bangsa Amerika dan Jerman dengan penyebutan atau melukiskan perbedaannya; dengan mengemukakan kenyataan atau dasar kondisi sosialnya. Misalnya : bagaimana pola kebudayaannya, bahasanya, dsb, yang berbeda dengan pelukisan bahasa “ phenotypis “, menyebutkan sifat-sifat dari kedua bangsa itu. Semua hal yang menjadi dasar kondisi medan hidupnya adalah medan sosialnya, sosio-psikisnya, dan lingkungan geraknya. Dalam teori medan dipakai konsepsi mathematis yang terkenal dengan psikologi tipologi. Tegasnya konsepsi dilukiskan dengan gambar-gambar bersifat mathematis.

  35. . P L Sebagai contoh untuk melukiskan person dengan “ life space “ nya secara tipologis ialah sebagai berikut: Gambar L merupakan bangun tertutup, misalnya lingkungan, elips, dan sebagainya. Di dalam bangun tertutup tadi terdapat titik P. Simbol L representasi daripada “ life space “ ( lingkungan, medan hidup ) dan P adalah representasi person atau orangnya. L bersama P adalah “ life space “ dengan daerah ( medan ) geraknya disebut “ locomotion “.

  36. Untuk melukiskan gerak manusia dipakailah gambar anak panah dengan titik tangkap yang secara teknis disebut vektor. .P (+) dari gambar ini diterangkan bahwa person P bergerak menuju (+)

  37. Kuat lemahnya gerak artinya kuat lemahnya tingkah laku manusia dinyatakan oleh panjang atau pendek vektor. Kalau vektornya panjang, berarti geraknya kuat dan vise dengan vektor pendek berarti geraknya dengan kemauan kecil. Obyek yang dituju atau ditolak oleh person ( subyek ) disebut valensi, yang dipresentasikan dengan tanda (+) artinya valensi positif-tujuan atau obyek yang disenangi. Sedang tanda (-) adalah valensi negatif artinya obyek yang ditolak atau tidak disenangi oleh person ( subyek ).

  38. Manusia itu hidup dapat bertingkahlaku riil dan bertingkahlaku khayal. Untuk melukiskan dunia khayali manusia dipakailah tanda-tanda dengan titik-titik. Misalnya seorang jejaka jatuh cinta terhadap seorang gadis yang manis tetapi sayang gadis tadi sudah mempunyai pacar dan tak mungkin dicapai lagi.

  39. Karena sangat tertariknya jejaka tadi, maka sering melintas di angan-angannya, suatu saat dapat hidup bersama gadis tadi; tetapi hanya di dalam angan. Representasi tingkah jejaka tersebut adalah sebagai berikut : P ---------------- (+) II P ___________(+) I Gambar I melukiskan keadaan senyatanya dari keinginan pemuda P yang terhalang, tetapi dalam lamunan dia dapat hidup bersama gadis pujaannya dalam gambar II.

  40. Teori medan selain memperhatikan masa kini yang mempengaruhi tingkah laku manusia, juga memperhatikan pengalaman masa lampau dan cita-cita masa datang. Dengan begitu tingkahlaku itu mempunyai rangkaian masa lampau dan masa sekarang juga masa mendatang. Faktor waktu memegang peranan yang sangat penting. Misalnya, seorang yang sekarang hidup hemat, bukan saja dipengaruhi keadaan sekarang yang serba sulit namun juga pengalaman waktu silam. Misal, karena contoh orangtuanya yang selalu berhemat namun hidup tenteram dan kecukupan. Atau karena menyadari bahwa di masa datang anaknya yang masih kecil bila dewasa nanti memerlukan biaya yang besar, jadi menabung umtuk persediaan hari mendatang.

  41. Kondisi dan situasi sekarang ( present time ) pun tidak dapat diabaikan. Misalnya, karena baru menderita sakit, walau kebiasaannya dia suka nonton film, mengapa waktu sekarang tidak mau diajak nonton film temannya? Kalau biasanya di rumah si Ningsih seorang pendiam, tenang, tidak senang bicara keras apalagin kasar. Tetapi ketika bersama-sama dengan teman-temannya dalam parade pawai, si Ningsih turut bersorak-sorak, bicara dengan keras seperti kawannya, dan ketika melihat peserta pawai salah langkah, spontan dia mencela dengan bahasa yang agak kasar “goblok itu”, dan sebagainya.

  42. Mengapa begitu tingkah laku Ningsih? Mari kita perhatikan rumus : B = f( PE ). Oleh karena E dirumah dan E di pawai itu berbeda walaupun P tetap, tetapi B pasti berubah. B=behavior ( tingkahlaku ); P=person, manusianya; E=environment, milieu; f=fungsi. Tingkahlaku manusia ( B ) bergantung kepada pribadi ( Person-P ), dan lingkungan sekitarnya ( milieu-E ). Jika P atau E berubah, B pasti berubah. Sebagai contoh dalam pembinaan kepribadian nasional dalam tingkahlaku anak sekolah, P harus diubah dulu dengan ceramah, dididik, diajar; atau E diubah dengan memberi contoh melalui orang lain bertingkahlaku yang baik, sopan berpakaian misalnya; akan menarik anak meniru perubahan situasi yang ada.

  43. Bila anak-anak diindoktrinasi dan milieu sekitar diubah sejajar dengan indoktrinasinya pastilah tingkahlaku akan berubah ke arah yang diharapkan. Secara prinsipiil teori medan ditujukan untuk mengubah pribadi ( yang manifestasinya terlihat pada B ). Untuk itu haruslah dapat mengubah medan sosialnya dan medan psikologisnya. Dengan kata lain kita harus menguasai medannya, sebab “kepribadian” tidak lain daripada produk medannya. Kalau kita dapat menguasai medannya maka kita dapat menciptakan apa yang kita kehendaki. Sebagai kesimpulan dalam bab ini, implikasi dari masalah yang telah dibahas dalam “ psikopaedagogik “ in actionnya, sedangkan implikasi “sosiopaedagogis”-nya dalam kehidupan masyarakat sekolah.

  44. kita, pendidik termasuk orangtua dan orang dewasa lainnya harus memahami individualitas anak-anak dan kita bina melalui interaksi sosial ke arah sosialisasi individualitas supaya terbentuk pribadi manusia Pancasila Indonesia. Dalam kegiatan “ paedagogis “ haruslah kita benar-benar memberikan konsepsi dan teladan yang bersifat nasional Indonesia, atau bertolak dari kepribadian dan kebudayaan Nasional Indonesia, sehingga anak-anak dapat mengidentifikasikan kepada pendidiknya. Tetapi perlu dijamin bahwa petugas pendidikannya banar-benar berpribadi Indonesia sejati. Sebab bila pendidik salah satunya ada yang menyeleweng, maka penyelewengan itu akan dengan mudah meluas.

  45. Kita harus dapat membina interaksi sosial yang sehat bagi anak-anak di sekolah maupun di rumah. Untuk bisa mengadakan interaksi yang sehat, kita harus dapat mengerti individualitas dan sosialitas anak-anak, dan kita harus dapat menciptakan iklim yang baik untuk interaksi sosial bagi anak-anak dan seluruh warga sekolah serta masyarakat yang lebih luas.

  46. Untuk menciptakan iklim interaksi kita harus dapat menguasai medan sosial anak-anak, yang mana kita manipulasikan menuju medan hidup masyarakat Pancasila Indonesia, supaya kita dapat membina tingkahlaku anak-anak ke arah pola tingkahlaku manusia Indonesia Baru yang berjiwa dan berwatak Pancasila.

  47. BAB IV WARISAN KEBUDAYAAN • Pengertian Kebudayaan. Kebudayaan : Cultuur ( bahasa Belanda ), Culture ( bahasa Inggris ), dari Colere ( Latin ), yang artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan. Utamanya mengolah tanah atau bertani. Berkaitan dengan itu culture berkembang sebagai “ segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam “

  48. dari sudut bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta “ buddhayah “, bentuk jamak dari “ buddhi ” yang berarti budi atau akal. Budaya juga berasal dari kata majemuk “ budi daya “, yang artinya “ daya dari budi “. Itulah yang membedakan budaya dan kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi ( cipta, karsa, rasa ), sedang kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa, rasa tersebut. Secara keseluruhan kebudayan adalah hasil usaha manusia untuk mencukupi semua kebutuhannya.

  49. E.B Taylor, anthropolog Inggris mendefinisikan : “ That complex whole which includes knowledge, bilief, art, moral, law, custom, and any other capabilities and habits acquired by man as member of society “. Jadi kebudayaan bersifat kompleks, banyak seluk beluknya, dan merupakan totalitas, merupakan keseluruhan meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, custom,dan kapabilitas serta kebijaksanaan yang diperoleh manusia dalam masyarakat. Pencipta kebudayaan adalah manusia, fokus kebudayaan adalah masyarakat.

  50. Sutherland and Woodward mengatakan bahwa : “ Culture include anything that can be communicated from one generation to another. The culture of a people is their social heritage, complex whole which include knowledge, bilief, art, morals, law techniques of food fabrication and used and modes of communication “. Artinya : kebudayaan dapat dikomunikasikan dapat ditundukkan sebab kebudayaan itu adalah “ social heritage “, warisan sosial, bersifat totalitas yang kompleks. Definisi Sutherland dan Woodward ini sejajar namun lebih luas dari definisi yang diberikan oleh Taylor.

More Related