1 / 21

PENGARUH KONVERSI HUTAN ALAM MENJADI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PADA TANAH

PENGARUH KONVERSI HUTAN ALAM MENJADI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PADA TANAH.

sondra
Télécharger la présentation

PENGARUH KONVERSI HUTAN ALAM MENJADI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PADA TANAH

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. PENGARUH KONVERSI HUTAN ALAM MENJADI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PADA TANAH

  2. Krisis energi minyak bumi, menyebabkan banyak negara mencari sumber energi alternatif. Salah satu yang dianggap prospektif adalah minyak sawit sebagai biodiesel. Oleh sebab itu banyak investor yang diberi keleluasaan oleh pemerintah dalam membuka areal perkebunan kelapa sawit. • Produk kelapa sawit dan turunannya merupakan komponen penting dalam produk makanan seperti biskuit dan kentang goreng, oleochemical, dan beberapa produk non-makanan. • Berkembang dari 106 ribu hektar (1960)  2,5 juta hektar (1997) • Saat ini, lebih dari 28 juta ton minyak sawit diproduksi secara global setiap tahunnya • Konversi lahan untuk perkebunan sawit skala besar pada dasarnya merupakan penyebab utama hilangnya sejumlah tutupan hutan Indonesia

  3. Gambar Areal perkebunan kelapa sawit menurut kepemilikan, 1985-1999 Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan dalam Casson (2000)

  4. terdapat banyak kasus penebangan hutan alam dengan kedok pembukaan kebun kelapa sawit (Kendari Pos, 21 Februari 2006) • Dari 15,9 juta hektar hutan yang telah dilepaskan untuk perkebunan sawit pada tahun 2004, hanya 5,5 juta hektar yang ditanami . Pada tahun 2006 WALHI memperkirakan 16,8 juta hektar hutan telah dilepaskan untuk perkebunan kelapa sawit dan hanya 6,7 juta hektar yang ditanami. Meninggalkan sisa kawasan hutan lainnya dalam kondisi rusak setelah diambil kayunya.

  5. Metode Pembukaan Lahan • Perkebunan kelapa sawit dapat dibangun di daerah yang memiliki topografi yang berbeda-beda • bekas hutan • daerah bekas alang-alang, atau • bekas perkebunan • Yang perlu diperhatikan • tetap terjaganya lapisan olah tanah • urutan pekerjaan, alat, dan teknik pelaksanaannya • identifikasi vegetasi • ditentukan apakah pembukaan lahan dilakukan secara manual, manual – mekanis atau secara mekanis

  6. Metode Pembukaan Lahan (2) • pada daerah alang-alang: • mekanis membajak dan menggaru • khemis  menyemprot alang-alang dengan racun antara lain Dalapon atau Glyphospate • konversi : membuka areal perkebunan dari bekas perkebunan lain • pembukaan lahan tanpa bakar  cara membakar hutan dilarang oleh pemerintah dengan dikeluarkannya SK Dirjen Perkebunan No. 38 tahun 1995, tentang pelarangan membakar hutan

  7. METODE PEMBAKARAN LAHAN • Sejarah perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia  sejarah deforestasi. • Praktek pembersihan lahan : • Jutaan hektar hutan di buka dan diambil kayunya. • Pohon-pohon yang kecil beserta ilalang kemudian dibakar sehingga menimbulkan kebakaran  api sarana yang paling cepat & murah. • Penegakan hukum lemah puluhan perusahaan menggunakan api untuk melakukan pembersihan lahan termasuk peningkatan pH tanah • Pada tahun 2001, Manager PT Adei Plantation berkebangsaan Malaysia dihukum 2 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Kampar tahun 2001 karena terbukti memerintahkan pembakaran lahan untuk menaikkan ph tanah menjadi 5- 6 agar dapat ditanami kelapa sawit

  8. alasanmenggunakan metode pembukaan lahan tanpa bakar : • mempertahankan kesuburan tanah, • menjamin pengembalian unsur hara, • mencegah erosi permukaan tanah, dan • membantu pelestarian lingkungan.

  9. Dampak konversi hutan alam menjadi kebun kelapa sawit • Sebelum konversi • tingginya intensitas hujan di wilayah tropis diimbangi dengan penutupan hutan alam yang begitu luas  mengendalikan terjadinya banjir, erosi, sedimentasi dan tanah longsor • gudang sumberdaya genetik dan pendukung ekosistem kehidupan • pepohonan pada hutan alam menghasilkan serasah yang cukup tinggi  meningkatkan kandungan bahan organik lantai hutan  lantai hutan memiliki kapasitas peresapan air (infiltrasi) yang jauh lebih tinggi dibandingkan penutupan lahan non-hutan. • tebalnya lapisan serasah  meningkatkan aktifitas biologi tanah

  10. Dampak konversi hutan alam menjadi kebun kelapa sawit (2) • siklus hidup/pergantian perakaran pohon (tree root turnover) yang amat dinamis dalam jangka waktu yang lama  tanah hutan memiliki banyak poripori berukuran besar (macroporosity)  tanah hutan memiliki laju penyerapan air/pengisian air tanah (perkolasi) yang jauh lebih tinggi • stratifikasi hutan alam (bervariasinya umur dan ketinggian tajuk hutan), tingginya serasah dan tumbuhan bawah pada hutan alam  penutupan lahan secara ganda  efektif mengendalikan erosivitas hujan (daya rusak hujan), aliran permukaan dan erosi • sisi bentang lahan (landscape)  penggunaan lahan yang paling aman secara ekologis

  11. Dampak konversi hutan alam menjadi kebun kelapa sawit (3) • sangat sedikit sekali ditemukan jalan-jalan setapak, tidak ada saluran Irigasi & jalan berukuran besar yang diperkeras  pada saat hujan besar berperan sebagai saluran drainase. • biomasa hutan yang tidak beraturan  filter pergerakan air dan sedimen. • dalam hutan alam tidak dilakukan pengolahan tanah yang membuat lahan lebih peka terhadap erosi. • hutan dalam kondisi yang tidak terganggu lebih tahan terhadap kekeringan  tidak mudah terbakar.

  12. Dampak konversi hutan alam menjadi kebun kelapa sawit (4) • Sesudah konversi • merusak habitat hutan alam  menghancurkan seluruh kekayaan hayati hutan yang tidak ternilai harga dan manfaatnya  mengubah landscape hutan alam secara total. • kerusakan seluruh ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) jika tidak dilakukan dengan baik • meningkatnya aliran permukaan (surface runoff), tanah longsor,erosi dan sedimentasi • semakin parah, apabila pembersihan lahan (setelah kayunya ditebang) dilakukan dengan cara pembakaran

  13. Dampak konversi hutan alam menjadi kebun kelapa sawit (5) • Rumput dan tumbuhan bawah secara menerus akan dibersihkan, karena akan berperan sebagai gulma tanaman pokok. Dilain pihak, rumput dan tumbuhan bawah ini justru berperan sangat penting untuk mengendalikan laju erosi dan aliran permukaan. • Keberadaan pepohonan yang tanpa diimbangi oleh pembentukan serasah dan tumbuhan bawah  meningkatkan laju erosi permukaan • Pembangunan perkebunan memerlukan pembangunan jalan, dari jalan utama hingga jalan inspeksi, serta pembangunan infrastruktur (perkantoran, perumahan), termasuk saluran drainase. Kondisi ini apabila tidak dilakukan dengan baik (biasanya memang demikian)  semakin cepatnya air hujan mengalir menuju ke hilir peresapan air menjadi terbatas dan peluang terjadinya banjir dan tanah longsor akan meningkat

  14. Dampak konversi hutan alam menjadi kebun kelapa sawit (6) • pohon kelapa sawit sebagai pohon yang cepat tumbuh (fast growing species) dikenal sebagai pohon yang rakus air, artinya pohon ini memiliki laju evapotranspirasi (penguap-keringatan) yang tinggi. Setiap pohon sawit memerlukan 20 – 30 liter air setiap harinya  mengurangi ketersediaan air khususnya di musim kemarau

  15. Dampak negatif terhadap lingkungan menjadi bertambah serius karena dalam prakteknya pembangunan perkebunan kelapa sawit tidak hanya terjadi pada kawasan hutan konversi, melainkan juga dibangun pada kawasan hutan produksi, hutan lindung, dan bahkan di kawasan konservasi yang memiliki ekosistem yang unik dan mempunyai nilai keanekaragaman hayati yang tinggi (Manurung, 2000; Potter and Lee, 1998).

  16. SOLUSI • pemerintah daerah perlu ekstra hati-hati dalam menerbitkan ijin konversi hutan alam menjadi perkebunan kelapa sawit  rujukan utama dalam pengambilan keputusan:Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. S.599/Menhut-VII/2005 tertanggal 12 Oktober 2005 tentang Penghentian/Penangguhan Pelepasan Kawasan • pemerintah perlu memberikan sanksi yang tegas dan jelas terhadap pihak pelaku kegiatan konversi hutan yang tidak bertanggung jawab • menghentikan konversi hutan alam menjadi perkebunan kelapa sawit  mengganti hutan alam dengan lahan kritis/terlantar • perencanaan tata ruang yang tepat dan perencanaan praktik-praktik perkebunan yang lestari dan bertanggung jawab

  17. Sumber-Sumber • Internet • Sinar Harapan • Buletin Lambusango Lestari • http--www_fahutan_s5_com-sept-Image73_gif.mht • http--www_mongabay_com-images-rainforests-borneo-borneo-1985_2005_jpg.mht • http--www_sekala_net-images-forestconversion_jpg.mht • oilpalm_profilsingkat

  18. Presented by : • Isabella Maharani • Prastuti Dwi Aryani • Rambai Destadani • Finalia Retno • Dyah Setyowati A. • Aditya Herri . • Nurul Banad Afifah • Ika Puspitasari • Tutik Handayani tHanKz…. • Nurina Y.

More Related