1 / 25

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA PASIEN DENGAN STATUS ASMATIKUS

Kelompok 2. ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA PASIEN DENGAN STATUS ASMATIKUS. Tujuan Pembelajaran. Tujuan umum Setelah dilakukan pembelajaran diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan kembali tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan status asmatikus. Tujuan Khusus:

starr
Télécharger la présentation

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA PASIEN DENGAN STATUS ASMATIKUS

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Kelompok 2 ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA PASIEN DENGAN STATUS ASMATIKUS

  2. Tujuan Pembelajaran • Tujuan umum Setelah dilakukan pembelajaran diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan kembali tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan status asmatikus. • Tujuan Khusus: • Mahasiswa dapat menjelaskan kembali tentang pengertian status asmatikus • Mahasiswa dapat menjelaskan kembali tentang etiologi status asmatikus • Mahasiswa dapat menjelaskan kembali tentang patofisiologi status asmatikus • Mahasiswa dapat menjelaskan kembali tentang menifestasi klinik status asmatikus • Mahasiswa dapat menjelaskan kembali tentang penatalaksanaan status asmatikus • Mahasiswa dapat menjelaskan kembali tentang komplikasi status asmatikus • Mahasiswa dapat menjelaskan kembali tentang asuhan keperawatan pada status asmatikus

  3. Pengertian status asmatikus • Asthma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne. 2001).

  4. Etiologi • Faktor eksrena • Alergen • Olah raga/ kegiatan jasmani yang berat • Obat – obatan • Polusi udara • Lingkungan Kerja • Fakror Interna • Infeksi Saluran Nafas • Stress

  5. Patofisiologi • Asma adalah obstruksi jalan nafas difus revesible yang disebabkan oleh satu atau lebih dari faktor berikut ini. • Kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronkhi yang menyempitkan jalan nafas. • Pembengkakan membran yang melapisi bronchi. • Pengisian bronchi dengan mukus yang kental. • alveoli menjadi hiperinflamasi dengan udara terperangkap di dalam paru.

  6. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru. • Pelepasan mediator ini mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas menyebabkan broncho spasme, • Sistem syaraf otonom mempengaruhi paru, tonus otot bronchial diatur oleh impuls syaraf pagal melalui sistem para simpatis • Pelepasan astilkolin ini secara langsung menyebabkan bronchikonstriksi juga merangsang pembentukan mediator kimiawi.

  7. Pada serangan asma berat yang sudah disertai toxemia, tubuh akan mengadakan hiperventilasi untuk mencukupi kebutuhan O2. Hiperventilasi ini akan menyebabkan pengeluaran CO2 berlebihan dan selanjutnya mengakibatkan tekanan CO2 darah arteri (pa CO2) menurun sehingga terjadi alkalosis respiratorik (pH darah meningkat). • Hipotermi yang berlangsung lama akan menyebabkan asidosis metabolik dan konstruksi jaringan pembuluh darah paru.

  8. Hiperaktivitas Broncus Edema mukosadinding bronchus • Faktorpencetusseranganasma: allergen, infeksisaluranpernafasan, Tekananjiwa,olahraga/kegiatanjasmani yang berat, obat-obatan, polusiudara, lingkungankerja. Hipersekresi mucus Peningkatanusaha-usaha & frekuensipernafasanpenggunaanotot bantu pernafasan KetidakefektifanBersihanJalannafas Keluhansistemikmualintake nutrisitidakadekuat Malaise, kelemahandankeletihanfisik Keluhanpsikososialkecemasanketidaktahuan prognosis Peningkatankerjapernafasan, hipoksemiasecara reversible Perubahanpemenuhannutrisikurangdarikebutuhan. Gangguanpemenuhan ADL Resikotinggiketidakefektifanpolanafas Status asmatikus Gangguanpertukaran gas Kematian Gagalnafas WOC Muttaqin Arif.2012

  9. Menifestasi klinis • Sukar bernafas. • Wheezing pada malam hari. • Batuk-batuk dengan lendir yang lengket • Gelisah, usaha bernafas dengan keras. • Bernafas melalui sela-sela bibir • Sianosis • Takipnea • Nadi cepat

  10. Penatalaksanaan • Oksigen • Bronkodilator • Inhalasi agonis β2 dosis tinggi • Ijeksi agonis β2 atau simpatomimetik • Aminofilin injeksi • Antikolinergik • Kortikosteroid

  11. hidrasi dan keseimbangan elektrolit • Mukolitik dan ekspektorans • Fisioterapi dada • Antibotik • Sedasi dan anthistamin • Obat – obatan sedatif merupakan indikasi kontra, kecuali di ruang perawatan intensif

  12. Komplikasi • Manifestasi klinik status asmatikus adalah sama dengan manifestasi yang terdapat pada asma hebat – pernapasan labored, perpanjangan ekshalasi, perbesaran vena leher, mengi, Namun, lamanya mengi tidak mengindikasikan keparahan serangan. Dengan makin besarnya obstruksi, mengi dapat hilang, yang sering kali menjadi pertanda bahaya gagal pernapasan.

  13. Pemeriksaan penunjang • Pemeriksaan Penunjang • Analisis Gas Darah Arteri • Arus Puncak Ekspirasi • Pemeriksaan Foto Thorak • Elektrokardiografi

  14. Konsep dasar asuhan keperaawatan. • Pengkajian • Keluhan : • Sesak nafas tiba-tiba, biasanya ada faktor pencetus • Terjadi kesulitan ekspirasi / ekspirasi diperpanjang • Batuk dengan sekret lengket • Berkeringat dingin • Terdengar suara mengi / wheezing keras • Terjadi berulang, setiap ada pencetus • Sering ada faktor genetik/familier

  15. Pemeriksaan penunjang • JDL menunjukkan peningkatan sel darah putih, pada pneumonia karena pneumokokus, legionella, klebsiella, stafilokokus dan hemophylus influenza dan akan normal pada pasien dengan pneumonia viral dan pneumonia mikoplasma. • Sinar X menunjukkan konsolidasi lobar pada psien dnegan pneumonia pneumokokus, legionella, klebsiella dan pneumonia hemophylus influenza. Pada pneumonia mikoplasma, viral dan stafilokokus akan terlihat infiltrat kemerahan. • Kultur spuutm menunjukkan adanya bakteri tapi pada pneumonia viral negatif. • Kultur darah akan positif jika pneumonia didapat dari penularan hematogen (staphylokokus aureus).

  16. Pewarnaan gram positif jika infeksi disebabkan oleh bakteri gram negatif atau gram positif. • Aglutinin dingin dan fiksasi komplemen dilakukan untuk pemeriksaan viral. • Analisa gas darah arteri menunjukkan hipoksemia (PaO2 kurang dari 80 mmHg) dan kemungkinan hipokapnia (PaCO2 kurang dari 35 mmHg). • Pemeriksaan fungsi paru-paru menunjukkan penurunan kapasitas vital kuat (KVK). • Bronkoskopi.

  17. AIRWAY • Pengkajian:Pada pasien dengan status asmatikus ditemukan adanya penumpukan sputum pada jalan nafas. Hal ini menyebabkan penyumbatan jalan napas sehingga status asmatikus ini memperlihatkan kondisi pasien yang sesak karena kebutuhan akan oksigen semakin sedikit yang dapat diperoleh.

  18. BREATHING • Pengkajian : • Adanya sumbatan pada jalan napas pasien menyebabkan bertambahnya usaha napas pasien untuk memperoleh oksigen yang diperlukan oleh tubuh. Namun pada status asmatikus pasien mengalami nafas lemah hingga adanya henti napas. Sehingga ini memungkinkan bahwa usaha ventilasi pasien tidak efektif. Disamping itu adanya bising mengi dan sesak napas berat sehingga pasien tidak mampu menyelesaikan satu kalimat dengan sekali napas, atau kesulitan dalam bergerak. Pada pengkajian ini dapat diperoleh frekuensi napas lebih dari 25 x / menit. Pantau adanya mengi.

  19. CIRCULATION • Pengkajian : • Pada kasus status asmatikus ini adanya usaha yang kuat untuk memperoleh oksgien maka jantung berkontraksi kuat untuk memenuhi kebutuhan tersebut hal ini ditandai dengan adanya peningkatan denyut nadi lebih dari 110 x/menit. Terjadi pula penurunan tekanan darah sistolik pada waktu inspirasi, arus puncak ekspirasi ( APE ) kurang dari 50 % nilai dugaan atau nilai tertinggi yang pernah dicapai atau kurang dari 120 lt/menit. Adanya kekurangan oksigen ini dapat menyebabkan sianosis yang dikaji pada tahap circulation ini.

  20. Diagnosa keperawatan • Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan adanya bronkhokonstriksi, bronkhospasme, edema mukosa dan dinding bronkus, serta sekresi mucus yang kental. • Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan penignkatan kerja pernapasan, hipoksemia, dan ancaman gagal napas.

  21. Perubahan perfusi jaringan perifer b/d kekurangan oksigen, serangan asma menetap.

  22. Intervensi 1 Intervensi : • Amankan pasien ke tempat yang aman R/ lokasi yang luas memungkinkan sirkulasi udara yang lebih banyak untuk pasien • Kaji tingkat kesadaran pasien R/  dengan melihat, mendengar, dan merasakan dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat kesadaran pasien • Segera minta pertolongan R/ bantuan segera dari rumah sakit memungkinkan pertolongan yang lebih intensif • Auskultasi bunyi napas dengan mendekatkan telinga ke mulut pasien R/ mengetahui tingkat pernapasan pasien dan mengetahui adanya penumpukan sekret • Berikan teknik membuka jalan napas dengan cara memiringkan pasien setengah telungkup dan membuka mulutnya R/ memudahkan untuk mengeluarkan sputum pada jalan napas

  23. 2 Intervensi : • Kaji usaha dan frekuensi napas pasien R/ mengetahui tingkat usaha napas pasien • Auskultasi bunyi napas dengan mendekatkan telinga pada hidung pasien serta pipi ke mulut pasien R/ mengetahui masih adanya usaha napas pasien • Pantau ekspansi dada pasien R/ mengetahui masih adanya pengembangan dada pasien

  24. 3 Intervensi : • pantau tanda – tanda vital ( nadi, warna kulit ) dengan menyentuh nadi jugularis • R/ mengetahui masih adanya denyut nadi yang teraba

  25. Daftar pustaka • Hudak & Gallo. 2001.Keperawatan Kritis.Edisi VI.Vol I. Jakarta:EGC. • Halim Danukusantoso.2000.Buku Saku Ilmu Penyakit Paru, Jakarta: Penerbit Hipokrates. • I made bakta. I ketut sustika.1999.Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta:EGC • Muttaqin Arif.2012..Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem pernapasan.Jakarta:Salemba Medika • Krisanty Paula, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Cetakan Pertama. Jakarta:Trans Info Media • Smeltzer,  C . Suzanne,dkk. 2001.Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Vol 1. Jakarta :EGC. • Sundaru.1991.Ilmu Penyakit Dalam.jilid 2. Jakarta:Balai pustaka FKUI

More Related