1 / 13

Kenangan Tempo Doeloe Stasiun Tawang Semarang  

Kenangan Tempo DoeloeHotel Du Pavillon ( Hotel Dibyapuri ) dari seberang Jl.Pemuda tahun 1972, di mukanya masih nampak berjajar pohon asam jawa. Kenangan Tempo Doeloe Stasiun Tawang Semarang  . TOKO OEN JL PEMUDA.

tilly
Télécharger la présentation

Kenangan Tempo Doeloe Stasiun Tawang Semarang  

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Kenangan Tempo DoeloeHotel Du Pavillon ( Hotel Dibyapuri ) dari seberang Jl.Pemuda tahun 1972, di mukanya masih nampak berjajar pohon asam jawa

  2. Kenangan Tempo Doeloe Stasiun Tawang Semarang  

  3. TOKO OEN JL PEMUDA

  4. Kantor Papak ( Kantor Residen Semarang ) diambil dari seberang kali Semarang tampak depan Jembatan Berok, sekarang menjadi Gedung Keuangan Negara.

  5. Station Tawang 1940an Tentu saja stasiun ini termasuk "tetenger" Kota Semarang. Bangunan ini selesai dibangun pada bulan Mei 1914. Arsitek gedung ini adalah Kapten J.P. de Bordes (1817-1899). Arsitekturnya unik, dengan ciri arsitektur gaya "Indisch" (Hindia Belanda) yang bahan untuk elemen dinding yang bermotif dan berwarna menjadikan bangunan ini sangat estetis.

  6. Kampong Arab 1900an Sekarang Jln Harun Tohir. Menaranya dibangun pada tahun 1825 dulu merupakan menara api. Kemudian pada tahun 1884 menara api yang baru didirikan lalu menara ini menjadi menara mesjid.

  7. Pecinan - China Town 1910an Pekojan adalah salah satu jalan yang berada di kawasan Pecinan atau China Town. Pecinan meliputi perkampungan atau wilayah amat padat, serta menjadi pusat segala jenis komoditi seperti kertas, tekstil, alat rumah tangga dan bahan bangunan. Salah satu ciri daerah Pecinan adalah banyaknya kelenteng dengan ornamen khusus juga.

  8. To add a facebox click on the face of someone you want to identify.Done Geredja Blendoek 1910an Gereja Blenduk adalah gereja kristen protestan yang tertua di Jawa Tengah. Nama Blenduk adalah julukan dari masyarakat yang berarti kubah. Nama resmi dalam bahasa belanda adalah “Protestantsche Kerk”. Gedungnya dibangun oleh masyarakat Belanda yang tinggal di kota itu pada 1753, dengan bentuk heksagonal (persegi delapan). Kubahnya besar dan di dalamnya terdapat sebuah orgel barok. Gereja ini direnovasi pada 1894 oleh arsitek W. Westmaas dan H.P.A. de Wilde, yang menambahkan kedua menara di depan gedung ini. Gereja ini masih dipergunakan setiap hari minggu. Sekarang gereja ini sesungguhnya bernama Gereja GPIB Immanuel. Letaknya di Jl. Letjen Suprapto 32. Di sekitar gereja ini juga terdapat banyak bangunan lain dari masa kolonial Belanda. Dengan dimikian daerah itu dikenal dengan sebutan “Belanda kecil”.

  9. Menara pengawasan "Uitkijk" 1910an Menara pengawasan "Uitkijk" di daerah Sleko dibangun pada tahun 1825

  10. Menara Api 1910an Menara api di Semarang didirikan pada tahun 1884.

  11. Djembatan Angkat Kali Baroe 1940an • Ini dua jembatan kereta api khusus kereta barang dan tangki minyak dari pelabuhan ke Pengapon. Jembatan ini sudah diganti jembatan beton

  12. Mesdjit Besar Aloon-aloon 1890an Semarang merupakan satu-satunya kota di Jawa yang tidak memiliki Alun-alun. Daerah yang sekarang ditempati kompleks Pasar Johar sebelum tahun 1960an merupakan Alun-alun yang merupakan lapangan untuk pawai militer juga. Di foto ini kita melihat pawai kavalari dan infanteri KNIL. Tuan-tuan besar sedang melihat pawai nya dari tribun kehormatan yang di podium. Antara mereka pasti terdapat G.I.Blume, Asisten Residen Semarang pada waktu itu dan Bupati Semarang Raden Toemenggoeng Tjokrodipoero. Tuan-tuan yang kurang besar berdiri di latar depan. Mereka pakai topi tinggi dan tongkat. Rakyat Semarang sedang melihat pawai dari belakang pakar di latar kanan. Alun-alun ada beberapa tiang lampu. Jaman itu belum ada listrik. Lampu nya memakai gas. Sepur kereta trem melewati Alun-alun juga. Di depan ada tempat perhentian trem yaitu “Halte Aloon-aloon”.

More Related