550 likes | 1.91k Vues
ANALISIS SPERMA. Oleh ARNI AMIR. I. Pemeriksaan Semen. Prosedur Standar Penampungan dan pengiriman sampel Sebaiknya subyek dibekali dengan lembaran instruksi tertulis yang jelas berhubungan dengan cara koleksi dan transportasi semen.
E N D
ANALISIS SPERMA Oleh ARNI AMIR
I. Pemeriksaan Semen • Prosedur Standar • Penampungan dan pengiriman sampel • Sebaiknya subyek dibekali dengan lembaran instruksi tertulis yang jelas berhubungan dengan cara koleksi dan transportasi semen. • Sebaiknya sampel dikeluarkan dan ditampung setelah abstinensi seksual (puasa berhubungan suami istri) sedikitnya 48 jam dan paling lama 7 hari. • Untuk evaluasi awal sedikitnya diperlukan dua kali pemeriksaan • Sebaiknya sampel dikumpulkan diruang khusus didekat laboratorium • Sampel didapat dengan cara masturbasi
Lanjutan ……… • Kondom yang terdapat dipasaran tidak bole digunakan karena dapat menyebabkan kematian spermatozoa (berisi spermisid) • Sample harus dilindungi terhadap perubahan temperatur yang ekstrim (kurang dari 200C atau lebih dari 400C) • Botol harus diberi label nama, tanggal dan waktu p engeluaran, serta lama abstinensi • Keamanan dalam penanganan sampel • Teknisi laboratorium harus hati – hati terhadap sampel semen yang mungkin mengandung virus – virus yang berbahaya (HIV, Hepatitis dan Herpes)
Lanjutan ……… • Pemeriksaan Makroskopis • Pemeriksaan awal melalui pengamatan fisik sampel • Pengamatan dilakukan pada suhu kamar, dimana dinilai warna, bau, koagulasi dan likuefaksi, volume, konsistensi dan pH • Warna Sperma • Warna sperma yang “normal” (mengandung spermatozoa) adalah putih keabuan/ putih mutiara • Pada keadaan Azoospermia atau ekstrim olipozoospermia akan berwarna putih jernih • Bau Sperma • Khas, seperti bunga akasia. • Bau – bau lain seperti amis, busuk dapat dicurigai adanya lokosit (infeksi) atau sebab – sebab lain (parasit)
Lanjutan ……… • Koagulasi dan Likuefaksi • Setelah dikeluarkan, semen akan mengalami proses koagulasi (terbentuknya koagulum yang disebabkan oleh protein – protein yang dihasilkan oleh kelenjar vesika seminalis • Selanjutnya akan mengalami pencairan (likuefaksi), menjadi homogen dalam waktu 60 menit • Volume • Data diukur dengan gelas ukura atau dengan pipet khusus • Konsistensi • Dulu digunakan istilah Viskositas • Pengukuran konsistensi dikerjakan dengan menekan keluar sampel lewat Jarum 21G • Observasi bentuk yang keluar, berupa tetesan, atau benang yang keluar dari ujung jarum.
Lanjutan ……… • Cara pengukuran konsistensi : • Semen dihisap sampai tanda 0,1 ml, ujung B ditutup dengan jari telunju, dipegang tegak lurus. • Tangan kiri memegang stopwatch. Bersamaan dengan dibukanya tutup ujung jari, stopwatch ditekan. • HItung waktu jatuhnya tetesan pertama, normal 2 detik • Cara lain dengan menggunakan batang pengaduk gelas • Celupkan batang pengaduk kedalam semen, angkat dan perhatikan tetesan/ benang cairan yang terjadi • Normal tetesan/ benang yang terjadi tidak melebihi 2 cm
Lanjutan ……… • pH sperma • Teteskan 1 tetes semen keatas kertas pH ( 6,4 – 8,0). • Setelah 30 detik bandingkan dengan warna standar • pH harus diperiksa dalam waktu 1 jam setelah semen dikeluarkan • Nilai normal : >7.2 (WHO 92;7.2 -8.0) (WHO 87 :7.2 -7-8)
Lanjutan ……… • Pemeriksaan Mikroskopis • Pemeriksaan mikroskopis semen dilakukan dengan preparat basah dan preparat hapus. • Pada pemeriksaan preparat basah, penilaian meliputi : motilitas spermatozoa perkiraan konsentrasi (memperkirakan jumlah spermatozoa per lapang pandang besar (400 x), adanya sel – sel lain (epitel, sel bulat, parasit, bakteri, kristal dan sebagainya dan ada/ tidaknya aglutinasi • Perkiraan Konsentrasi Spermatozoa • Perkiraan konsentrasi spermatozoa secara kasar ini dilakukan dengan memperkirakan/ menghitung jumlah rata – rata spermatozoa pada beberapa lapang pandang (400x) danhasilnya dikalikan dengan 105 • Misalnya didapatkan jumlah rata – rata spermatozoa 40/LPB, maka perkiraan konsentrasi : 40 x 105 = 4.106/ml
Lanjutan ……… • Pemeriksaan Motilitas Spermatoza • Persiapan • Satu tetes semen (10 – 15 L) diteteskan dengan mikropipet atau melalui jarum 21G pada kaca objek dan ditutup dengan kaca penutup ukuran 22 c22 mm • Preparat diperiksadibawah mikroskop pada pembesaran 400 x • Penilaian • Pemeriksaan perlu dilakukan pada beberapa lapang pandang ( 4 -6 LPB). Pergerakan spermatozoa dapat diklasifikasikan dalam 4 golongan : a, b, c dan d a : gerak spermatozoa maju kedepan, cepat dan lurus b : gerak spermatozoa maju, lambat atau berkelok c : tidak ada gerak maju kedepan, bergetar ditempat, gerak melingkar d : tidak bergerak sama sekali
Lanjutan ……… • Perhitungan gerak spermatozoa dinyatakan dalam persentase a = …..% b = …..% c = …..% dan d = …..% • Pemeriksaan Mikroskopis Lanjutan • Pemeriksaan Vitalis Spermatozoa • Pewarnaan vital • Pada sel yang mati akan terjadi kerusakan membran plasma dan selanjtunya akan menyerap zat warna • Sedikit dihitung 100 spermatozoa yang menyerap zat warna (mati) dan yang tidak menyerap warna (hiduo) • Teknik ini dapat dibedakan berapa persen spermatozoa immotil yang hidup dan mati
Lanjutan ……… • Uji Pembengkakan hipoosmotik (UPHO) • Dasar dari UPHO ini adala membran yang semi permiabel pada sel akan menyerap air dan menyebabkan terjadinya pembengkakan sel (drevius & Eriksson, 1966) • UPHO pertama kali diperkenalkan oleh Jeyendran dkk (1984) • Spermatozoa yang utuh (hidup) dalam cairan hipoosmotik akan mengalami pembengakan dan ini jelas terlihat pada ekornya • Pembengkan ini menyebabkan ekor berbentuk koil • Penghitungan jumlah spermatozoa • Konsentrasi spermatozoa (jumlah spermatozoa (ml), ditentukan dengan menggunakan hemositometer. • Sampel harus trecampur merata sebelum dilakukan penghitungan. • Pengenceran dapat dilakukan 1/10, 1/20/, 1/100, 1/200 tergantung dari jumlah spermatozoa pada pemeriksaan awal
Lanjutan ……… • Pemeriksaan Morfologi Spermatozoa • Klasifikasi morfologi spermatozoa manusia • Kategori kelainan yang perlu dihitung • Kepala • Leher dan Midpiece • Kelainan ekor • Butir sitoplasma