1 / 63

PENJELASAN KETENTUAN LARANGAN / PEMBATASAN IMPOR

PENJELASAN KETENTUAN LARANGAN / PEMBATASAN IMPOR. DASAR HUKUM LARANGAN DAN PEMBATASAN. Pasal 53 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 jo Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006

caitlin
Télécharger la présentation

PENJELASAN KETENTUAN LARANGAN / PEMBATASAN IMPOR

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. PENJELASAN KETENTUANLARANGAN / PEMBATASAN IMPOR

  2. DASAR HUKUM LARANGAN DAN PEMBATASAN • Pasal 53 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 jo Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 • Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 161/PMK.04/2007 tentangPengawasanTerhadapImpordanEksporBarangLarangandan/atauPembatasan

  3. BAGAIMANA MENYIKAPI KETENTUAN LARTAS IMPOR ? INFO P2 LARANGAN ADA SURAT IJIN PROSES CEK KETENTUAN LARTAS IMPOR DOKUMEN PIB PEMBATASAN TDK ADA SURAT IJIN REJECT TIDAK KENA LARTAS PROSES

  4. BAGAIMANA MENCARI INFORMASI TENTANG KETENTUAN LARTAS IMPOR? DATABASE LARTAS IMPOR STATUS TERKINITELAH DIPUBLIKASIKAN MELALUI WEBSITE INSW : www.insw.go.id

  5. DATABASE LARTAS IMPOR • Merupakan database yang memuat komoditi yang terkena ketentuan larangan/pembatasan impor beserta keterangan yang meliputi antara lain : jenis perijinan, instansi penerbit ijin, nomor skep ketentuan lartas, jenis komoditi dan penjelasan atas setiap jenis komoditi • Updating database dilakukan berdasarkanreview atas ketentuan lartas yang berlaku sekarang yang dilakukan bersama dengan masing-masing instansi penerbit ijin sesuai dengan perubahan peraturan / ketentuan yang mengatur larangan/pembatasan impor • Komoditi yang terkena lartas dalam satu nomor hs: • seluruh komoditi; • sebagian komoditi/hanya komoditi tertentu saja

  6. STRUKTUR TABEL LARTAS IMPOR

  7. STRUKTUR DATABASE LARTAS IMPOR Database lartas impor terdiridari2 tabel yaitu Tabel Master/Induk dan Tabel Detil • TabelMaster berisi keterangan umum mengenai suatu HS yang terkenaketentuanlarangan/pembatasan, meliputi • Uraian master barang (deskripsi umum uraian_barang) • GA/Instansi penerbit ijin • Jenis komoditas • UraianIjin (Jenis perijinan) • Nomor Skep dan tanggalnya • Lartas (larangan/pembatasan) • TabelDetil berisi daftar komoditi yang merupakan RINCIAN KOMODITI DARI TABELMASTER.

  8. FITUR YANG DISEDIAKAN • Pencarian semua : menampilkan semua data lartas • Filter by GA : menampilkan komoditi yang terkena lartas berdasarkan Instansi Penerbit Ijin • Filter by Commodity : menampilkan komoditi yang terkena lartas berdasarkan Jenis Komoditi

  9. BAGAIMANA MEMBACA DATABASE LARTAS?

  10. CARA MELAKUKAN PENCARIAN • Pencarian : dapat dilakukan dengan parameter di bawah ini dengan menghasilkan 25 row lartas. • Kode HS • Uraian Ijin • Uraian Barang • Keterangan Barang • Paging data : Jika user ingin membrowse data lartas urut dari halaman 1 sampai terakhir • Download file penjelasan : Pada setiap jenis komoditas, disertakan file penjelasan dalam bentuk pdf yang dapat didownload oleh user

  11. SEARCH BY “HS CODE”

  12. SEARCH BY“URAIAN BARANG”

  13. SEARCH BY “GA”

  14. SEARCH BY “COMMODITY”

  15. GA & KOMODITI YANG DIATUR

  16. BPOM KOMODITI: • OBAT & BAHAN BAKU OBAT • PANGAN & SUPLEMEN MAKANAN • KOSMETIK & BAHAN BAKU KOSMETIK • OBAT TRADISIONAL & BB OBAT TRADISIONAL PERIZINAN : SURAT KETERANGAN IMPOR (SKI) UNTUK SETIAP KALI IMPOR

  17. OBAT & BAHAN BAKU OBAT • Dasar hukum: Peraturan Kepala BPOM Nomor: HK.00.05.3.1950 jo HK.00.05.1.3459 tentang Pengawasan Obat Impor Peraturan Kepala BPOM Nomor: HK.00.05.1.3460 tentang Pengawasan Pemasukan Bahan Baku Obat. • Ketentuan Impor: • Obat hanya dapat diimpor oleh Industri Farmasiatau Pedagang Besar Farmasi yang telah memiliki Izin Edaratas Obat Impor dari BPOM • Bahan Baku Obat hanya dapat diimpor oleh Industri Farmasiatau Pedagang Besar Farmasi. • Pemasukan Obat dan bahan baku obat Impor oleh Industri Farmasi atau Pedagang Besar Farmasi harus mendapat persetujuan pemasukan obat impor dari Kepala Badan Pengawas Obatdan Makanan.

  18. PANGAN & SUPLEMEN MAKANAN • Dasar Hukum: • PP. No 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan • Peraturan Kepala BPOM Nomor HK.00.05.23.1455 tentang Pengawasan Pemasukan Pangan Olahan • Ketentuan Impor: • setiap impor pangan olahan wajib mendapat persetujuan pemasukan dari Kepala BPOM. • Ketentuan ini berlaku pula untuk pemasukan bahan baku, bahan tambahan pangan, bahan penolong, ingredien pangan, dan bahan lain terkait pangan. • Impor pangan segar tidak wajib mendapat persetujuan pemasukan dari Kepala BPOM, akan tetapi merupakan domain pengawasan KARANTINA

  19. KATEGORI PANGAN Dasar hukum: Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.52.40.40 • Produk-produk susu dan analognya. • Lemak, minyak, dan emulsi minyak. • Es untuk dimakan (edible ice, termasuk sherbet dan sorbet). • Buah dan sayur (termasuk jamur, umbi, kacang termasuk kacang kedelai, dan lidah buaya), rumput laut, biji-bijian. • Kembang gula / permen dan cokelat. • Serealia dan produk serealia yang merupakan produk turunan dari biji serealia, akar dan umbi, kacang dan empulur (bagian dalam batang tanaman). • Produk bakeri. • Daging dan produk daging, termasuk daging unggas dan daging hewan buruan. • Ikan dan produk perikanan termasuk moluska, krustase, ekinodermata, serta amfibi dan reptil. • Telur dan produk-produk telur. • Pemanis, termasuk madu. • Garam, rempah, sup, saus, salad, produk protein. • Produk pangan untuk keperluan gizi khusus. • Minuman, tidak termasuk produk susu. • Makanan ringan siap santap. • Pangan campuran (komposit)

  20. KOSMETIK & BB KOSMETIK • Dasar Hukum: KeputusanKepala Badan POM No. HK.00.05.4.1745 tentang Kosmetik • Pengertian: • Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. • Bahan baku kosmetik adalah bahan yang berasal dari alam atau sintetik yang digunakan untuk memproduksi kosmetik • Ketentuan Impor : Setiap importasi Kosmetik dan/atau bahan baku kosmetik wajib mendapatkan persetujuan pemasukan dari Kepala Badan POM

  21. KOSMETIK & BB KOSMETIK • Dasar Hukum: KeputusanKepala Badan POM No. HK.00.05.4.1745 tentang Kosmetik • Pengertian: • Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. • Bahan baku kosmetik adalah bahan yang berasal dari alam atau sintetik yang digunakan untuk memproduksi kosmetik • Ketentuan Impor : Setiap importasi Kosmetik dan/atau bahan baku kosmetik wajib mendapatkan persetujuan pemasukan dari Kepala Badan POM

  22. KOSMETIK HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN : Komoditi Kosmetik telah didefinisikan ke dalam HS sbb: 3303 : Parfum dan cairan pewangi. 3304 : Preparat kecantikan atau rias dan preparat untuk perawatan kulit 3305 : Preparat digunakan untuk rambut 3306 : Preparat kesehatan mulut atau gigi 3401 : Sabun; produk dan preparat surfactan organik yang digunakan sebagai sabun Importasi komoditi dimaksud wajib mendapat persetujuan pemasukan berupa Surat Keterangan Impor (SKI) dari Badan POM untuk setiap kali impor.

  23. OBAT TRADISIONAL & BB OT • Dasar hukum: Keputusan Kepala Badan POM Nomor : HK.00.05.41.1384 tentang KRITERIA DAN TATA LAKSANA PENDAFTARAN OBAT TRADISIONAL, OBAT HERBAL TERSTANDAR DAN FITOFARMAKA • Pengertian : Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan,bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turuntemurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman, termasuk jamu merupakan obat tradisional. • Ketentuan Setiap importasi Obat Tradisional dan/atau bahan baku obat tradisional wajib mendapatkan persetujuan pemasukan berupa Surat Keterangan Impor (SKI) dari Kepala Badan POM

  24. KARANTINA

  25. KARANTINA HEWAN • PENGERTIAN: • Media pembawa hama penyakit hewan karantina yang selanjutnya disebut media pembawa adalah hewan, bahan asal hewan, hasil bahan asal hewan dan atau benda lain yang dapat membawa hama penyakit hewan karantina. • Hewan adalah semua binatang yang hidup di darat, baik yang dipelihara maupun yang hidup secara liar. • Bahan asal hewan adalah bahan yang berasal dari hewan yang dapat diolah lebih lanjut. • Hasil bahan asal hewan adalah bahan asal hewan yang telah diolah. • Benda lain adalah media pembawa yang bukan tergolong hewan, bahan asal hewan dan hasil bahan asal hewan yang mempunyai potensi penyebaran penyakit hama dan penyakit hewan karantina. • DASAR HUKUM: PP 82 Tahun 2000 Tentang Karantina Hewan

  26. KARANTINA HEWAN • PERIJINAN: • KH-5 adalahPersetujuanBongkar/Approval of disembarkation; DibuatolehDokterHewanKarantinaberdasarkanhasilpemeriksaan yang menyatakanbahwa media pembawaberupahewan/produkhewan/benda lain disetujuidibongkar/diturunkandarialatangkutuntukdilakukantindakankarantinalebihlanjut. • KH-7 adalahPerintahMasukKarantinaHewan/Order to Take Into The Animal Quarantine Installation DibuatolehDokterHewanKarantinaberdasarkanhasilpemeriksaan yang menyatakanbahwa media pembawaberupahewan/produkhewan/benda lain disetujuiuntukdibongkarnamundenganketentuanharusdimasukkankeInstalasiKarantinaHewan yang telahditetapkanolehKepalaBadanKarantinaPertanianuntukdilakukanpemeriksaanlebihlanjut. • KH-12 adalahSertifikatPelepasanKarantina/Certificate of Release DibuatolehDokterHewanKarantinaberdasarkanhasilpemeriksaandokumendankesehatan/sanitasi yang menyatakanbahwa media pembawaberupahewan/produkhewan/benda lain tersebuttelahmemenuhikelengkapandokumenkarantinahewan yang dipersyaratkandandinyatakansehat, sanitasi yang baik, danbebasdariektoparasit.

  27. KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 206/Kpts.TN.530/3/2003 (Lamp. II)

  28. KARANTINA HEWAN • CATATAN PENTING • Kelompok Media Pembawa Bahan Asal Hewan seperti daging, susu, telur, & madu yang belum mengalami pengolahan merupakan domain Karantina. • Kelompok Media Pembawa Hasil Bahan Asal Hewan seperti bakso, abon, sosis, keju, yoghurt, telur asin, tepung telur dsb. Selain merupakan domain pengawasan Karantina juga merupakan domain pengawasan BPOM (Pangan Olahan). • Pemasukan obat hewan dalam bentuk sediaan farmasetik dan premiks sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 1992 tentang Obat Hewan tidak dikenakan tindakan karantina, karena tidak termasuk sebagai media pembawa (Permentan No.62/Permentan/OT.140/12/2006) • Sediaan farmasetik meliputi antara lain vitamin, hormon, antibiotika dan kemoterapetika lainnya, obat antihistaminika, antipiretika, anestetika yang dipakai berdasarkan daya kerja farmakologi • Premiks meliputi imbuhan makanan hewan dan pelengkap makanan hewan yang dicampurkan pada makanan hewan atau minuman hewan

  29. KARANTINA TUMBUHAN • PENGERTIAN: • Media Pembawa Organisme Pengganggu Tumbuhan yang selanjutnya disebut Media Pembawa adalah tumbuhan dan bagian-bagiannya dan/atau benda lain yang dapat membawa Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina; • Tumbuhan adalah semua jenis sumber daya alam nabati dalam keadaan hidup atau mati, baik belum diolah maupun telah diolah; • Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina adalah semua Organisme Penganggu Tumbuhan yang ditetapkan oleh Menteri untuk dicegah masuknya ke dalam dan tersebarnya di dalam wilayah Negara Republik Indonesia; • DASAR HUKUM: PP 14 Tahun 2002 Tentang Karantina Tumbuhan • PERIJINAN : • KT-1adalahSertifikat Pelepasan Karantina Tumbuhan Luar Negeri • KT-19adalahSurat Keterangan Masuk Karantina (Surat Persetujuan Pelaksanaan Tindakan Karantina Tumbuhan Di Luar Tempat Pemasukan/Pengeluaran; • KT-36adalahSurat Izin Membongkar Muatan Alat Angkut;

  30. KARANTINA IKAN • PENGERTIAN: • Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina yang selanjutnya disebut Media Pembawa adalah ikan dan/atau Benda Lain yang dapat membawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina; • Ikan adalah semua biota perairan yang sebagian atau seluruh daur hidupnya berada di dalam air, dalam keadaan hidup atau mati, termasuk bagian-bagiannya; • Benda Lain adalah Media Pembawa selain ikan yang mempunyai potensi penyebaran Hama dan Penyakit Ikan Karantina; • DASAR HUKUM: • PP 15 Tahun 2002 Tentang Karantina Ikan • PERIJINAN : • Sertifikat Pelepasan Karantina Ikan (KI-D3) • Surat Persetujuan Pengeluaran Media Pembawa dari Tempat Pemasukan (KI-D15)

  31. DEPARTEMENPERDAGANGAN • KETENTUAN UMUM IMPOR : Dasar Hukum: Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 229/MPP/Kep/7/1997 tanggal 4 Juli 1997 tentang Ketentuan Umum di Bidang Impor: • Impor hanya dapat dilakukan oleh Perusahaan yang telah memiliki API; • Barang impor harus dalam keadaan baru; • Pengecualian: • Barang Pindahan, Barang Impor Sementara, Barang Kiriman, Barang Contoh Tidak Diperdagangkan, Hadiah, Barang Perwakilan Negara Asing dan Barang Untuk Badan Internasional/Pejabatnya Bertugas di Indonesia; • Kapal Pesiar dan kapal Ikan, atau Ditetapkan Lain Oleh Menteri Perdagangan; • Barang Tertentu yang ditetapkan oleh Menteri Perdagangan. • KELOMPOK BARANG IMPOR: • DIATUR TATANIAGA IMPORNYA • DILARANG IMPORNYA • DIAWASI / DIKENDALIKAN MUTUNYA • BEBAS

  32. Barang Yang Diatur Tata Niaga Impornya BAHAN BAKU PLASTIK • Latar Belakang Untuk melindungi industri pengguna bahan baku plastik dalam negeri sekaligus memenuhi kebutuhan industri dalam negeri seperti industri barang dari plastik dan kemasan dari plastik, mainan anak-anak, dan pipa plastik. • Dasar Hukum Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 230/MPP/Kep/7/1997 tanggal 4 Juli 1997 tentang Barang Yang Diatur Tata Niaga Impornya. • Pokok-pokok pengaturan 1) Impor dapat dilakukan oIeh Importir Produsen (IP) yang ditetapkan oleh Departemen Perdagangan; 2) Importasi dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan impor dari Departemen Perdagangan. • Pelaksana Impor bahan baku plastik diatur tata niaga impornya melalui Importir Produsen (IP). Jenis bahan baku plastik yang diatur tata niaga impornya adalah : Etilina (Pos Tarif 2711.14.10.00 dan 2901.21.00.00), Sedangkan untuk kopolimer dari propolina (Pos Tarif 3902.30.90.10, 3902.30.90.90).

  33. GARAM • PENGERTIAN: Garam adalah senyawa kimia yang komponen utamanya mengandung natrium klorida dan mengandung senyawa air, magnesium, kalsium, sulfat dan bahan tambahan iodium, anticaking atau free-flowing maupun tidak, yaitu : HS. 2501.00.10.00 :garam meja garam lainnya yang mengandung natrium klorida paling sedikit 94,7% dihitung dari basis kering; HS. 2501.00.41.00 :dalam kemasan dengan berat bersih kurang dari 45 kg; HS. 2501.00.49.00 :lain-lain (dalam kemasan dengan berat bersih lebih dari 45 kg); HS. 2501.00.50.00 :air Laut HS. 2501.00.90.00 :lain-lain • DASAR HUKUM: Per.Men. Perdagangan No. 0020/M-Dag/Per/9/2005 jo. Per.Men. Perdagangan No. 0044/M-DAG/PER/2007

  34. GARAM • PERIJINAN: • Pengakuan Sebagai Importir Produsen Garam Non Iodisasi atau Garam Iodisasi dari Departemen Perdagangan. • Penunjukan sebagai Importir Terdaftar Garam Iodisasi atau garam Non Iodisasi dari DEPDAG disertai Surat Persetujuan Impor untuk setiap Importasi; • Laporan Surveyor dari negara asal sebagai bukti telah dilakukan verifikasi di negara asal. • KETENTUAN KHUSUS • Impor garam tambang pada periode 1 bulan sebelum, pada masa panen raya dan 2 bulan setelah masa panen raya garam rakyat dilarang, penentuan masa panen oleh Menteri Perindustrian • Kewajiban verifikasi dikecualikan untuk importasi garam yang merupakan : 1) Barang keperluan penelitian dan pengembangan teknologi; 2) Barang contoh; 3) Barang pribadi penumpang atau awak sarana pengangkut atau pelintas batas; 4) Barang promosi; dan atau barang kiriman melalui jasa kurir dengan menggunakan jasa pesawat udara.

  35. PREKURSOR • PENGERTIAN: Prekursor adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia tertentu yang dapat digunakan sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan proses produksi industri dan apabila disimpangkan dapat digunakan dalam memproses pembuatan narkotika dan/atau psikotropika Prekursor untuk keperluan farmasi hanya dapat diimpor untuk dipakai setelah mendapat ijin dari Departemen Kesehatan, sedangkan Prekursor untuk keperluan non farmasi hanya dapat diimpor untuk dipakai setelah mendapat ijin dari Departemen Perdagangan. • DASAR HUKUM: Kep.Men. Perindag No. 0647/MPP/Kep/10/2004 PerMen Kesehatan No 0168/Menkes/Per/II/2005 •  PERIJINAN: • IP Prekursor Non Farmasi/Farmasi • IT Prekursor Non Farmasi/Farmasi Dan Surat Persetujuan Impor • Laporan Surveyor Dari Negara Asal

  36. BAHAN PERUSAK LAPISAN OZON • PENGERTIAN : Bahan Perusak lapisan Ozon, selanjutnya disebut BPO, adalah senyawa kimia yang berpotensi dapat bereaksi dengan molekul ozon di lapisan stratosfir. • DASAR HUKUM : PeraturanMenteriPerdaganganNomor: 24/M-DAG/PER/6/2006 jo PeraturanMenteriPerdaganganNomor:51/M-DAG/PER/12/2007 • PERIJINAN: Pengakuan Sebagai Importir Produsen BPO; atau Penunjukan sebagai Importir Terdaftar BPO disertai Surat Persetujuan Impor untuk setiap kali importasi. • KETENTUAN IMPOR • BPO yang dilarang diimpor adalah sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I dan II Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 24/M-DAG/PER/6/2006, dengan pengecualian untuk Metil Bromida (No. HS 2903.39.00.00 dan No. CAS 74-83-9) yang hanya dapat diimpor untuk keperluan fumigasi dalam rangka perlakuan karantina dan pra pengapalan. • BPO yang dapatdiimporsetelahtanggal 31 Dessember 2007 adalahsebagaimanadimaksuddalamLampiran III PeraturanMenteriPerdaganganNomor: 24/M-DAG/PER/6/2006 (kelompokHidroCloroFluoro Carbon /HCFC)

  37. BAHAN PERUSAK LAPISAN OZON Impor BPO hanya dapat dilakukan melalui pelabuhan-pelabuhan sebagai berikut : a. Pelabuhan Belawan - Medan b. Pelabuhan Tanjung Priok - Jakarta c. Pelabuhan Merak - Cilegon d. Pelabuhan Tanjung Mas - Semarang e. Pelabuhan Tanjung Perak - Surabaya f. Pelabuhan Soekarno Hatta - Makassar

  38. TEKSTIL & PRODUK TEKSTIL • DASAR HUKUM: Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 15/M-DAG/PER/5/2008 • PERIJINAN: a. NPIK TEKSTIL; dan/atau b. IP TEKSTIL; dan/atau c. LAPORAN SURVEYOR • HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN: • Kewajiban menyerahkan pengakuan IP Tekstil hanya terhadap impor komoditi bahan baku tekstil sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I Permendag 15/M-DAG/PER/5/2008, nomor urut 1 s.d. 12 (HS 5208 s.d.5211, 5212, 5311, 5407, 5408, 5512 s.d. 5514, 5515, 5516, 5602, 5801, 5802, 5804, 5810, 5811, 6001 dan 6002) • Pengecualian kewajiban menyerahkan Pengakuan IP Tekstil (de minimis import) : a. Yang dimasukkan ke dalam: 1. Kawasan Berikat atau Gudang Berikat yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan; atau 2. Kawasan Perdagangan Bebas Sabang; b. Yang merupakan: 1. barang keperluan Pemerintah dan Lembaga Negara lainnya; 2. barang keperluan penelitian dan pengembangan teknologi; 3. barang bantuan teknik dan bantuan proyek berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1955 tentang Peraturan Pembebasan Dari Bea Masuk Dan Bea Keluar Golongan Pejabat Dan Ahli Bangsa Asing Tertentu;

  39. TEKSTIL & PRODUK TEKSTIL • barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia; • barang untuk keperluan badan Internasional beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesia; • barang pindahan; • barang contoh yang tidak untuk diperdagangkan; • barang promosi; • keperluan pemberian hadiah untuk tujuan ibadah umum, amal, sosial, kebudayaan dan/atau untuk kepentingan bencana alam; • barang milik pribadi penumpang atau awak sarana pengangkut atau pelintas batas; • barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan dan pengujian yang dimasukan kembali ke Indonesia; • barang ekspor yang ditolak oleh pembeli luar negeri kemudian diimpor kembali dalam kuantitas yang sama dengan kuantitas pada saat diekspor; atau • barang kiriman yang bernilai paling tinggi sebesar FOB US$ 1,000.00 (seribu dolar Amerika) melalui dan/atau tanpa jasa kurir dengan menggunakan pesawat udara. • Kewajiban menyerahkan Laporan Surveyor dikecualikan terhadap :

  40. TEKSTIL & PRODUK TEKSTIL • Kewajiban menyerahkan Laporan Surveyor juga dikecualikan terhadap (de minimis import): a. dimasukkan ke dalam: 1. Kawasan Berikat atau Gudang Berikat yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan; atau 2. Kawasan Perdagangan Bebas Sabang, Batam, Bintan dan Karimun); b. Merupakan : 1. barang keperluan Pemerintah dan Lembaga Negara lainnya; 2. barang keperluan penelitian dan pengembangan teknologi; 3. barang bantuan teknik dan bantuan proyek berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1955 tentang Peraturan Pembebabasan Dari Bea Masuk Dan Be Keluar Golongan Pejabat Dan Ahli Bangsa Asing Tertentu; 4. barang perwakilan Negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia; 5. barang untuk keperluan badan Internasional beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesia;

  41. TEKSTIL & PRODUK TEKSTIL 6. barang pindahan; 7. barang contoh; 8. barang promosi; 9. keperluan pemberian hadiah untuk tujuan ibadah umum, amal, sosial, kebudayaan dan/atau untuk kepentingan bencana alam; 10. barang pribadi penumpang atau awak sarana pengangkut atau pelintas batas; 11. barang ekspor yang ditolak oleh pembeli luar negeri kemudian diimpor kembali dalam kuantitas yang sama dengan kuantitas pada saat diekspor; 12. barang kiriman melalui jasa kurir dengan menggunakan pesawat udara; atau 13. barang kiriman yang bernilai paling tinggi sebesar FOB US$ 1000,00,- tanpa melalui jasa kurir dengan menggunakan pesawat udara. c. mendapatkan fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE).

  42. CAKRAM OPTIK • DASAR HUKUM: • Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 0005/M-Dag/PER/4/2005 • PERIJINAN: • PENUNJUKAN IT CAKRAM OPTIK • SURAT PERSETUJUAN IMPOR UNTUK SETIAP IMPORTASI • LAPORAN SURVEYOR YANG DITUNJUK DI NEGARA ASAL • Yang diatur dalam kelompok komoditi ini adalah : • Mesin dan Peralatan Mesin yang dipergunakan dalam proses produksi Cakram Optik Kosong dan/atau Cakram Optic Isi (Mesin dan peralatan mesin untuk mastering) • Bahan Baku yang dapat dipergunakan dalam proses produksi cakram optik kosong dan/atau cakram optik isi (Bahan Baku Poly Carbonate Optical Grade ) • Cakram Optik , YAITU segala macam media rekam berbentuk cakram yang dapat diisi atau berisi data dan atau informasi berupa suara, musik, film, atau data dan/atau informasi lainnya yang dapat dibaca dengan mekanisme teknologi pemindaian (scanning) secara optik menggunakan sumber sinar yang intensitasnya tinggi seperti laser (CD, VCD, DVD, LD, dsb)

  43. BAHAN BERBAHAYA (B2) • PENGERTIAN Bahan Berbahaya disingkat B2 adalah zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam bentuk tunggal maupun campuran yang dapat membayakan kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung atau tidak langsung yang mempunyai sifat racun, karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif dan iritasi. • DASAR HUKUM: B2 yang diatur tata niaga impornya sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor:254/MPP/Kep/7/2000 • PERIJINAN IMPOR : • Penunjukan Importir Produsen (IP) B2 oleh Depertemen Perdagangan; atau • Penunjukan Sebagai Importir Terdaftar (IT) B2 oleh Departemen Perdagangan disertai Surat Persetujuan Impor untuk setiap kali impor.

  44. NITRO CELLULOSE (NC) • PENGERTIAN: Nitro Cellulose atau juga dikenal dengan cellulose nitrate, atau flash paper adalah bahan yang mempuntai sifat sangat mudah terbakar, yang terbentuk dari proses nitrasi cellulose dengan nitric acid atau dengan agen penitrat kuat lainnya dengan proses sebagai berikut : 2HNO3+ C6H10O5 → C6H8(NO2)2O5 + 2H2O. • DASAR HUKUM Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 418/MPP/Kep/6/2003 tentang Ketentuan Impor Nitro Cellulose (NC) jo . Nomor: 662/MPP/Kep/10/2003 • PERIJINAN: • Pengakuan Sebagai Importir Produsen Nitro Cellulose; • Penunjukan Sebagai Importir Terdaftar Nitro Cellulose dan Surat Persetujuan Impor Nitro Cellulose untuk setiap kali impor; • Laporan Surveyor di negara asal

  45. GULA • PENGERTIAN: • Gula adalah Gula Kristal Mentah/Gula Kasar (Raw Sugar), Gula Kristal Rafinasi (Refined Sugar), dan Gula Kristal Putih(Plantation White Sugar) • Gula Kristal Mentah/Gula Kasar (Raw Sugary adalah Gula yang dipergunakan sebagai bahan baku proses produksi, dengan ICUMSA minimal 1200 IU • Gula Kristal Rafinasi (Refined Sugar) adalah Gula yang dipergunakan sebagai bahan baku proses produksi, dan memiliki bilangan ICUMSA maksimal 45 lU. • Gula Kristal Putih (Plantation White Sugar) adalah Gula yang dapat dikonsumsi langsung tanpa proses lebih lanjut, dan harus memiliki bilangan ICUMSA antara 70 IU sampai 200 IU • DASAR HUKUM Kep.Men. Perindag No. 527/MPP/Kep/9/2004 Jo. Per.Men Perdagangan No. 18/M-DAG/PER/4/2007 • PERIJINAN: • NPIK GULA • Pengakuan sebagai IP Gula • Penunjukan sebagai IT Gula dan Surat Persetujuan Impor untuk setiap kali impor • Laporan Surveyor di negara asal

  46. GULA • PELAKSANAAN IMPOR • Gula Kristal Mentah/Gula Kasar (Raw Sugar) dan Gula Kristal Rafinasi (Refined Sugar) hanya dapat diimpor oleh perusahaan yang telah mendapat pengakuan sebagai Importer Gula (IP) Gula. • Impor Gula Putih (Plantation White Sugar) hanya dapat dilaksanakan oleh perusahaan yang telah mendapat penunjukan sebagai Importir Terdaftar Gula (IT Gula). Dengan ketentuan sbb: • Di luar Masa : • 1 (satu) bulan sebelum musim giling tebu rakyat, musim giling tebu rakyat. • 2 (dua) bulan setelah musim giling tebu rakyat. • Apabila harga Gula Kristal Putih (Plantation White sugar) di tingkat petani mencapai di atas Rp.5.000,/kg (lima ribu atus rupiah per kilogram) • Apabila produksi dan atau persediaan Gula Kristal Putih (Plantation White sugar) didalam negeri tidak mencukupi kebutuhan. • Musim giling tebu rakyat ditentukan oleh Menteri Pertanian.

  47. GULA • Kewajiban verifikasi atau penelusuran teknis tidak berlaku terhadap importasi gula yang merupakan : • barang penelitian dan pengembangan teknologi; • barang contoh; • barang pribadi penumpang atau awak sarana pengangkut atau pelintas batas; • barang promosi; • barang kiriman melalui jasa kurir dengan menggunakan jasa pesawat udara.

  48. BERAS • PENGERTIAN : Beras adalah biji-bijian baik berkulit, tidak berkulit, diolah atau tidak diolah yang berasal dari spesies Oriza sativa. • PERIJINAN: • PENGAKUAN SEBAGAI IMPORTIR PRODUSEN • PENUNJUKAN SEBAGAI IMPORTIR TERDAFTAR DISERTAI SURAT PERSETUJUAN IMPOR • LAPORAN SURVEYOR YANG DITUNJUK DI NEGARA PENGEKSPOR • JENIS IMPORTASI BERAS • IMPOR BERAS UNTUK KEPERLUAN STABILISASI HARGA, PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT, MASYARAKAT MISKIN DAN KERAWANAN PANGAN (BULOG, 1 bulan sebelum, pada masa panen, 2 bulan setelah masa panen) • IMPOR BERAS UNTUK KEPERLUAN TERTENTU • Sebagai bahan baku /penolong kebutuhan industri : wajib diimpor oleh IP • Terkait dengan kesehatan/dietary dan konsumsi khusus/segmen tertentu serta untuk pengadaan benih : IT , SPI • IMPOR BERAS YANG BERSUMBER DARI HIBAH • Dapat dilakukan oleh lembaga/organisasi sosial atau badan pemerintah tanpa API • Mendapat surat persetujuan impor dari Dirjen DAGLU

More Related