1 / 9

PENGANTAR HUKUM ISLAM

PENGANTAR HUKUM ISLAM. M. Sularno Prodi Hukum Islam Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia. XII. TAQLID, ITTIBA’, DAN TALFIQ DLM HUKUM ISLAM.

aaralyn
Télécharger la présentation

PENGANTAR HUKUM ISLAM

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. PENGANTAR HUKUM ISLAM M. Sularno Prodi Hukum Islam FakultasIlmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia

  2. XII TAQLID, ITTIBA’, DAN TALFIQ DLM HUKUM ISLAM

  3. A. MUKADIMAH * SemangatijtihadmulaiturunpascaIbnuJarir at-Tabari yangwafatth 310 H. Dan kianmenurunsetelahada fatwa ulamapdakhirabad IV H ygmenyatakanbhwpintuijtihadtertutup. * Sebenarnyatujuan fatwa tersebutpositif, yakniuntukmence-gah orang ygtdkmemenuhisyarat, melakukanijtihaddan mengeluaran fatwa sesukahatinya. Di spgituuntukmenghindariterjadinyapendapatygsimpangsiurdantakterkendali. * Harusdiakuibhw fatwa tertutupnyaijtihadmenimbulkan dam-paknegatif : 1. Perkembanganfiqhterhambatdanstatis, 2. Umat Islam tidakkritisdlmpemikiran, menyebabkanketer-belakangan, 3. Perhatianmuslimberpindahdari Qur’an danSunnahkepada fatwa ulamamazhabanutannya.

  4. B. TAQLID DALAM HUKUM ISLAM * Arti taqlid menurut Al-Gazali dan Ibnu As-Subki adalah :Menerima suatu pendapat tanpa mengetahui hujjah /dalilnyaMisal : Seseorang minta fatwa hukum ttg suatu masalah kpd seorang mujtahid/ ulama, lalu menerima fatwa itu tan- pa berupaya mengetahui alasan / dalilnya. * Alasan orang bertaqlid : - QS.An-Nahl : 43 :Bertanyalah kepada orang yg memiliki pengetahuan jika kamu tidak mengerti.Menurut mereka , mujtahid pasti menyandarkan pendaptnya atas dalil syara’, walau tidak menyebutkannya. Dan wajib di ikuti tanpa harus mengetahui dalilnya. Orang yg bertaqlid di sebut muqallid. * Pada prinsipnya para ulama membolehkan bertaqlid, yakni bagi orang awam dan orang yg punya sedkit penet ttg ijtihad, namun belum sampai tingkatan mujtahid. Hanya saja ulama membedakan antara masalah furu’ dgn masalah usul/

  5. B. TAQLID DALAM HUKUM ISLAM * Arti taqlid menurut Al-Gazali dan Ibnu As-Subki adalah :Menerima suatu pendapat tanpa mengetahui hujjah /dalilnyaMisal : Seseorang minta fatwa hukum ttg suatu masalah kpd seorang mujtahid/ ulama, lalu menerima fatwa itu tan- pa berupaya mengetahui alasan / dalilnya. * Alasan orang bertaqlid : - QS.An-Nahl : 43 :Bertanyalah kepada orang yg memiliki pengetahuan jika kamu tidak mengerti.Menurut mereka , mujtahid pasti menyandarkan pendaptnya atas dalil syara’, walau tidak menyebutkannya. Dan wajib di ikuti tanpa harus mengetahui dalilnya. Orang yg bertaqlid di sebut muqalid. * Pada prinsipnya para ulama membolehkan bertaqlid, yakni bagi orang awam dan orang yg punya sedkit penet ttg ijtihad, namun belum sampai tingkatan mujtahid. Hanya saja ulama membedakan antara masalah furu’ dgn masalah usul/ aqidah.

  6. Jika masalah furu’, maka boleh bertaqlid, namun masalah usul mayoritas ulama tidak membolehkanC. ITTIBA’ DALAM HUKUM ISLAM * Pengertian Ittiba’ adalah mengikuti suau pendapat mujtahid/ mufti setelah memahami hujjah atau dalilnya. * Orang mengikuti pendapat hukum ijtihadi dgn mengetahui da- lilnya itu disebut muttabi’. Adapun derajatnya lebih tinggi dari pada muqalid. * Masalah Usul / aqidah bersifat terbatas dan tertetu, beda dgn masalah furu’ yg tdk terbatas, shg keharusan mengetahui huj- jah/ dalil tdk akan menimbulkan kesulitan bagi ummat. * Manusia diperintahkan untuk mencapai tingkat yakin dalam masalah aqidah. * Pada dasarnya taqlid itu dilarang agama, jika dibolehkan dlm masalah furu’ itu merupakan dispensasi / rukhsah.

  7. D. TALFIQ DALAM HUKUM ISLAM * Arti talfiq adalah : merangkum beberapa pendapat hukum dari beberapa mazhab dan pendapat yg berbeda ttg suatu masalah misal : Seseorang berwudu’, ia mengusap beberapa helai ram- but kepalanya menurut mazhab Syafi’I, kemudian menyentuh wanita tanpa syahwat krn mengambil mazhab Maliki, lalu ia salat, maka salatnya batal, krn taqlid mazhab lain itu disyarat- kan tidak membawa ia jatuh dlm suatu hal yg disepakati batal- nya oleh imam mazhab yg awal. * Talfiq hukum spt tersebut di atas tidak boleh, krn mengenai bagian-bagian dari satu hukum pada satu masalah. * Jika talfiq itu mengenai bagian-bagian dari beberapa masalah, dibolehkan. Misal : Seseorang berakad nikah tanpa maskawin dgn taqlid mazhab Syafi’I, dan tanpa saksi , tetapi dgn pembe- ritahuan ( bertaqlid pd mazhab Maliki), maka akad nikahnya sah, sbb imam Malik tidak pernah mengatakan tidak sah nikah nya org yg taqlid mazhab Syafi’I dlm masalah maskawin. Demi kian pula I. Syafi’I tdk pernah mengatakan tidak sah nikahnya org yg taqlid mazhab Maliki dlm masalah saksi.

  8. E. TATABBU’UR RUKKHAS * Yaitu : mencampur adukkan hukum dlm satu masalah dari be- berapa mazhab / pendapat mujtahid, dg tujuan mencari yang ringan. * Para ulama berbeda pendapat dlm masalah ini : 1. Melarang; Menurut I.Gazali, Ibn Hazm, dll, krn hal itu cende- rung utk memenuhi nafsunya, padahal itu dilarang agama. Di spg itu termasuk mempermainkan hukum Islam dan me- langgar kesepakatan ulama. 2. Membolehkan; Menurut Ibnu Abdis Salam, sejak masa sa- habat hingga saat lahirnya mazhab, umat selalu bertanya ttg berbagai masalah hukum kpd para fuqaha’ yg berbeda- beda pendapatnya, mrk tdk mempersoalkan, apakah ambil mrk mengambil yg ringan atau tidak 3. Membolehkan ; Menurut Ibnu al_humam al-Hanafi, boleh karena tidak ada dalil syara’ yg melarang. Manusia berhak menempuh yg ringan jika mendapat jalan ke sana. Nabi Muhammad pun menyukai umatnya berada dlm keringan- an.

  9. Sabda Rasulullah : Saya diutus dengan kemudahan dan kelonggaran, sejatinya syari’ah tidak berekehendak untuk menyulitkan hamba, mela- inkan menciptakan kemaslahatan. * Kompilasi Hukum Islam bernuansa tatabbu’ur rukhas.

More Related