1 / 28

HAKIKAT APRESIASI

HAKIKAT APRESIASI. Maulfi Syaiful Rizal, M.Pd. maulfisr.lecture.ub.ac.id. aku telah terbuka perlahan-lahan, seperti sebuah pintu, bagiku Satu per satu aku terbuka, bagai daun-daun pintu, Hingga akhirnya atak ada apa-apa lagi yang bernama rahasia; Begitu sederhana: sama sekali terbuka.

cloris
Télécharger la présentation

HAKIKAT APRESIASI

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. HAKIKAT APRESIASI Maulfi Syaiful Rizal, M.Pd. maulfisr.lecture.ub.ac.id

  2. aku telah terbuka perlahan-lahan, seperti sebuah pintu, bagiku Satu per satu aku terbuka, bagai daun-daun pintu, Hingga akhirnya atak ada apa-apa lagi yang bernama rahasia; Begitu sederhana: sama sekali terbuka. (Sapardi Djoko Damono)

  3. Pengertian Apresiasi Sastra Hingga saat ini pengertian apresiasi sastra masih sering kacau dan rumpang dengan pengertian kritik sastra dan penelitian sastra Di samping itu ada beberapa hal yang menyebabkan pengertian apresiasi sastra menjadi beraneka ragam: Apresiasi sastra memang merupakan fenomena yang unik dan rumit Terjadinya perubahan dan perkembangan pemikiran tentang apresiasi sastra Adanya perbedaan penyikapan dan pendekatan terhadap hakikat apresiasi sastra Adanya perbedaan kepentingan di antara orang yang satu dan orang lain. Hal ini menyebabkan mereka merumuskan pengertian apresiasi sastra menurut kepentingan masing-masing tanpa menghiraukan dan mengindahkan hakikat apresiasi sastra secara utuh dan lengkap.

  4. Pengertian umum parsial Hanya memasukkan genusnya saja tanpa menghiraukan hakikat apresiasi sastra yang utuh dan lengkap. Apresiasi sastra ialah penghargaan (terhadap karya sastra) yang didasarkan atas pemahaman (Sudjiman, 1990:9). Apresiasi sastra adalah penghargaan dan pemahaman atas suatu hasil seni atau budaya (Natawidjaja, 1981:1).

  5. Pengertian khusus-rumpang Pengertian yang sudah berusaha memasukkan berbagai spesies, namun masih kacau dengan pengertian kritik sastra. Apresiasi sastra adalah penaksiran kualitas karya sastra serta pemberian nilai yang wajar kepadanya berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang sadar dan kritis (Tarigan, 1984:233). Apresiasi adalah penimbangan, penilaian, pemahaman, dan pengenalan secara memadai (Hornby, 1973:41).

  6. Pengertian operasional-utuh-holistik Apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh hingga timbul pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra (Effendi, 1982:7) Apresiasi sastra ialah kegiatan memahami cipta sastra dengan sungguh-sungguh hingga menimbulkan pengertian dan penghargaan yang baik terhadapnya. (Zakaria, 1981:6)

  7. Apresiasi sastra ialah proses (kegiatan) pengindahan, penikmatan, penjiwaan, dan penghayatan karya sastra secara individual dan momentan, subjektif dan eksistensial, ruhaniah dan budiah, khusuk dan kafah, dan intensif dan total, supaya memperoleh sesuatu daripadanya sehingga tumbuh, berkembang, dan terpiara kepedulian, kepekaan, ketajaman, kecintaan, dan keterlibatan terhadap karya sastra (Saryono, 2009:34)

  8. Kemudian, apa yang membedakan apresiasi sastra dengan kritik sastra dan penelitian sastra?

  9. Jadi, wilayahgarapapresiasisastra, yaituwilayah yang menuntutinternalisasi, subjektivitas yang jujurdanluhursertamulia, dan individual bergantungpadapengapresiasinya(Saryono, 2009:49). • Jadi, APRESIASI PROSA ITU APA?

  10. Aspek-aspek kegiatan apresiasi

  11. Bekal Awal Apresiator

  12. KeperawananSrintildisayembarakan. Bajingan! Bajulbuntung! Pikirku. Akubukanhanyacemburu. Bukan pula sakithatikarenaakutidakmungkinmemenangkansayembaraakibatkemelaratankusertausiaku yang baruempatbelastahun. Lebihdariitu. MemangSrintildilahirkansebagaironggeng, perempuanmiliksemualaki-laki. Tetapi, mendengarkeperawanannyadisayembarakan, hatikupanasbukan main. Celakalagibukakklambu, yang harusdialamiolehSrintilsudahmerupakanhukumpasti di DukuhParuk. Siapa pun takbisamengubahnya, apa pula yang aku yang bernamaRasus. Jadi, denganperasaanperihakuhanyabisamenungguapa yang terjadi. (Ahmad Tohari, RongengDukuhParuk)

  13. Kegiatan Apresiasi Prosa

  14. Tujuan Apresiasi Sastra

  15. Pengalaman Pengalaman dalam apresiasi sastra merupakan pengalaman rohaniah-batiniah manusia, bukan pengalaman jasmaniah.

  16. Pengalaman Literer-Estetis Pengalaman literer-estetis ialah pengalaman-pengalaman keindahan, keelokan, kebagusan, kenikmatan, kememikatan, dan kemanaan (ingat: pana-terpana) yang memungkinkan oleh segala unsur pengada karya sastra dan rajutan-rajutan di antara segala unsur pengada karya sastra. Pengalaman literer-estetis dapat diperoleh dari sesuatu yang selaras atau memiliki keselarasan, dan juga sesuatu yang bertentangan atau memiliki pertentangan.

  17. Pengalaman Humanistis Pengalaman humanistis (manusiawi) ialah pengalaman-pengalaman yang berisi dan bermuatan nilai-nilai kemanusiaan, menjujnjung harkat dan martabat manusia, dan menggambarkan situasi dan kondisi kemanusiaan. Meskipun penggambaran situasi dan kondisi kemanusiaan yang dihidangkan dapat bermacam-maca, misalnya: tragis, dramatis, sinis, ironis, humoristis, riang, murung, garang, dan penasaran, namun penggambaran itu berpihak pada nilai-nilai kemanusiaandan harkat-martabat manusia.

  18. Pengalaman Etis dan Moral Pengalaman etis dan moral mengacu pada pengalaman yang berisi dan bermuatan bagaimana seharusnya sikap dan tindakan manusia sebagai manusia; pengalaman yang melukiskan benar salahnya sikap dan tindakan manusia; pengalaman yang menyajikan bagaimana seharusnya kewajiban dan tanggung jawab manusia sebagai manusia. Etis bersifat abstrak, moral bersifat konkret, namun keduanya merujuk pada kualitas sikap dan tindakan manusia, sehingga pengalaman etis dan moral bersifat abstrak sekaligus konkret.

  19. Pengalaman Filosofis Setiap sastra yang baik selalu menyajikan dan menyuguhkan soal-soal filosofis. Fuad Hassan (1988:64) menegaskan bahwa dalam setiap karya sastra yang baik, niscaya tersirat sikap filsafat tertentu; jejak-jejak filsafat itu cenderung tembus dari balik segi kebahasaan yang berwujud kesusastraan. Budi Darma (1984:52) menegaskan bahwa karya sastra yang baik selalu berfilsafat meskipun karya sastra bukan sebuah karya filsafat. Mangunwijaya (1986:3) juga menegaskan bahwa karya sastra yang baik selalu menyajikan perenungan-perenungan sekaligus relung-relung terdalam tentang manusia. Pengalaman filosofis akan diperoleh jika radar-radar nurani, rasa dan budi terarah secara tajam dan peka terhadap soal-soal filosofis sewaktu membaca sastra.

  20. Pengalaman Religius-Sufistis-Profetis Pengalaman religius akan terhidang jika radar-radar penjiwaan, penghayatan, dan penikmatan mampu menangkap fenomena-fenomena yang ditandai oleh kesadaran keilahian. Pengapresiasi melihat (dunia) karya sastra menghidangkan fenomena keilahian dan seluruh bahan “pembangunannya” dibaktikan pada kesadaran akan pengakuan ketuhanan. Pengalaman tasawuf merupakan pengalaman yang membimbing kita ke maqam kesadaran keilahian yang demikian tinggi, membawa batin manusia ke arasy rahman rahim dalam intensitas kekhusukan, kekariban yang sangat mendalam. Pengalaman profetis atau nubuwah sesungguhnya merupakan persenyawaan pengalaman religius (diniyah) yang menekankan atau terarah pada tablig sosial nilai-nilai keilahian.

  21. Pengalaman Magis-Mistis Pengalaman magis-mistis lebih condong menggulati kekuatan-kekuatan gaib yang perkasa dan mahadaya yang sumbernya dapat berasal dari agama terutama agama budaya dan dapat pula tidak (misalnya, kekuatan-kekuatan alam semesta)

  22. Pengalaman Psikologis Meskipun mungkin berbeda dengan kenyataan psikologis dalam kehidupan sehari-hari, karya sastra yang baik sering memancarkan sinyal-sinyal psikologis kepada pengapresiasi atau pembacanya. Ketika mengapresiasi karya sastra yang bermatra dan sarat muatan psikologis, kita dapat menikmati, menghayati, dan menjiwai suasana dan situasi-situasi psikologis melalui berbagai unsurnya, misalnya latar, penokohan, alur, dan konflik yang terdapat dalam karya sastra.

  23. Pengalaman Sosial Budaya Walaupun karya sastra tidak selalu dapat diperlakukan sebagai dokumen sosial budaya, karya sastra selalu memanfaatkan dan/atau menanggapi kenyataan-kenyataan sosial budaya. Bahkan dapatndikatakan bahwa karya sastra selalu melukiskan suatu kenyataan sosial budaya meskipun cara pelukisannya metaforis dan atau simbolis dan yang dilukiskannya mungkin tidak sama dengan kenyataan sosial budaya sehari-hari.

  24. Pengalaman Sosial-Politis Karya sastra sering memanfaatkan dan menanggapi kenyataan-kenyataan sosial politis yang ada dalam suatu masyarakat, bahkan bangsa dan negara. Jika kita mengapresiasi Lintang Kemukus Dini Hari, Anak Tanah Air Kita, Sri Sumarah dan Bawuk secara sungguh-sungguh dan total berarti kita memasuki dan menjelajahi suasana dan situasi-kondisi sosial politis tertentu yang akan membawa nurani, rasa dan budi kita memasuki dan menjelajahi pergolakan tahun 1965 beserta risiko-risikonya.

  25. Fungsi Apresiasi Sastra Fungsi merupakan suatu jalan atau wahana tercapainya tujuan-tujuan apresiasi sastra. Diselaraskan dengan tujuan yang hendak dicapai, fungsi apresiasi sastra dapat digolongkan menjadi empat macam, yaitu: • Fungsi eksperensial • Fungsi informasional • Fungsi penyadaran • Fungsi rekreatif

More Related