1 / 40

PENILAIAN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

PENILAIAN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA. Burhan Nurgiyantoro FBS/PPs Universitas Negeri Yogyakarta 7 Januari 2008. PENDAHULUAN. KBK mulai diberlakukan pada 2004 ( Kurikulum 2004 ) KBK: desain kurikulum yang dikembangkan berdasarkan seperangkat kompetensi Tiga fokus KBK:

donagh
Télécharger la présentation

PENILAIAN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. PENILAIAN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA Burhan Nurgiyantoro FBS/PPs Universitas Negeri Yogyakarta 7 Januari 2008

  2. PENDAHULUAN • KBK mulai diberlakukan pada 2004 (Kurikulum 2004) • KBK: desain kurikulum yang dikembangkan berdasarkan seperangkat kompetensi • Tiga fokus KBK: • Penentuan kompetensi • Pengembangan silabus • Pengembangan penilaian hasil belajar • Penilaian menduduki peran penting • Sekolah dan guru diberi kebebasan kreativitas (MBS) dan (MBK) • Kontrol nasional: standar kompetensi dan kompetensi dasar • Kini BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) mengembangkan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Kurikulum 2007): pengembangan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) • KTSP bukan pengganti KBK, tetapi merupakan operasinalisasi KBK di sekolah

  3. Komponen Penilaian • Komponen penilaian: (1) informasi, (2) pembuatan pertimbangan, dan (3) pembuatan keputusan • Informasi: kemampuan, keterampilan, tingkah laku, sikap subjek-belajar; informasi antara lain diperoleh lewat pengukuran • Keakuratan informasi akan menjamin keakuratan, objektivitas, dan ketepatan pembuatan pertimbangan dan pengambilan keputusan • Pertimbangan: estimasi kondisi dan penampilan kini dan prediksi kondisi dan penampilan mendatang • Pengambilan keputusan: pemilihan di antara sejumlah alternatif atau berbagai arah tindakan. • Pengambilan keputusan diikuti oleh tindakan

  4. Langkah Penilaian • Tentukan kompetensi dasar yang akan diujikan (ambil di kurikulum) • Buat deskripsi bahan yang akan diujikan • Buat kisi-kisi pengujian (diikuti telaah oleh sejawat, revisi); kisi-kisi yang baik dapat dipergunakan sebagai pertanggungjawaban validitas alat tes (validitas isi) • Tulis soal ujian • Telaah soal ujian oleh sejawat (menggunakan lembar pengamatan), revisi • Uji coba alat evaluasi atau pelaksanaan tes • Penyekoran • Telaah hasil uji coba per indikator per kompetensi dasar • Analisis hasil ujian: analisis butir soal dan penghitungan indeks reliabilitas • Tindak lanjut: -revisi alat tes (uji coba, analisis, soal jadi, bank soal)-remidial, pengayaan, akselerasi

  5. PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI Penilaian Berbasis Kompetensi Dasar • Kompetensi: pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dasar yang terrefleksi dalam berpikir dan bertindak • Kompetensi: seperangkat tindakan cerdas untuk berpikir dan bertindak • Standar kompetensi: batas dan arah kemampuan yang harus dikuasai • Kompetensi dasar: kemampuan minimal yang harus dikuasai dan dijabarkan langsung dari standar kompetensi • Penilaian standar kompetensi lewat kompetensi dasar • Penilaian kompetensi dasar lewat indikator

  6. Pengembangan Indikator Indikator: • dijabarkan langsung dari kompetensi dasar • ciri, perbuatan, tanggapan yang ditunjukkan siswa • berupa kata-kata kerja operasional • petunjuk tingkah laku bukti hasil belajar • cakupan bahan lebih sempit dibanding kompetensi dasar • pengembangannya diserahkan kepada kreativitas guru • untuk menilai pencapaian kompetensi dasar • sebagai dasar membuat soal, tugas, pertanyaan, atau perintah • satu indikator dapat terdiri dari satu atau beberapa soal • Cakupan ranah: kognitif, afektif, psikomotorik

  7. Sistem Pengujian Berkelanjutan • Pengujian berbasis kompetensi menganut sistem pengujian berkelanjutan • Sistem pengujian berkelanjutan: semua indikator harus ada soalnya, hasil ujian dianalisis, dan ada tindak lanjut (selama ini hal ini masih menjadi kendala para guru baik karena kemauan maupun kemampuan) • Perlu dikembangkan kisi-kisi untuk rencana pengujian satu semester/tahun • Kolom kisi-kisi yang harus diisi: (i) kompetensi dasar, (ii) materi pokok dan uraian materi, (iii) pengalaman belajar, (iv) indikator, (v) jenis tagihan, (vi) bentuk tagihan, (vii) waktu, (viii) sumber/bahan/alat

  8. Telaah Soal • Telaah soal dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas alat tes yang telah disusun sehingga dapat dipertanggungjawabkan sebagai sebuah alat ukur • Telaah soal dilakukan dengan mencermati berbagai aspek (materi, konstruksi, bahasa) untuk menemukan berbagai kekurangan/kekeliruan untuk kemudian merevisinya • Untuk keperluan telaah soal telah tersedia rambu-rambu yang dapat dijadikan acuan • Rambu-rambu yang dimaksud berbeda untuk tiap bentuk tes (pilihan ganda, penjodohan, isian singkat, uraian) • Namun, pada prinsipnya kesemuanya terdiri atas unsur materi, konstruksi, dan bahasa • Sebuah butir soal dinyatakan baik (layak diujikan) jika kesemua butir instrumen analisis (subranah) memenuhi persyaratan • Jika ada satu atau sejumlah subranah yang tidak memenuhi persyaratan, butir soal yang bersangkutan harus direvisi atau bahkan diganti

  9. Contoh Telaah Soal Bentuk Pilihan Ganda

  10. Telaah Hasil Pengukuran • Untuk keperluan tindak lanjut pembelajaran, hasil pengukuran harus dianalisis (: sistem pengujian berkelanjutan) • Analisis dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan dasar (artinya juga: indikator) mana saja yang sudah dikuasai siswa dan mana yang belum • Berdasarkan hasil telaah itu dapat ditentukan tindak lanjut yang perlu diambil: perlu program remidial, penguatan/pengayaan, atau yang lain (akselerasi) • Sebuah indikator dan KD dinyatakan dikuasai oleh siswa jika tingkat penguasaannya minimal 75% • Indikator-indikator (KD) tertentu yang masih rendah tingkat ketercapaiannya haruslah kembali “dibelajarkan” lewat program remidial • Siswa yang tingkat pencapaiannya masih di bawah standar minimal harus diberi program remidial, sedang yang sudah memenuhi diberi program pengayaan • Intinya, ada umpan-balik pembelajaran berdasarkan hasil pengukuran sebelumnya, dan untuk itu analisis soal ujian menjadi sebuah keniscayaan

  11. Lanjutan… • Telaah hasil pengukuran dilakukan dengan cara menghitung jmlah jawaban benar per soal, per indikator, dan per kemampuan dasar • Contoh: • KD 1 ada 7 soal, yang terdiri dari 3 indikator yang masing-masing dengan jumlah 2, 3, dan 3 butir soal • Jumlah jawaban benar 3 indikator masing-masing adalah: 2, 2, 2 sehingga semuanya 6 buah • Untuk KD tersebut ada 6 buah jawaban yang benar, atau sebesar 75% • Jadi, pencapaian kompetensi terhadap KD tersebut telah memenuhi persyaratan minimal, dan karenanya siswa dapat dianggap telah menguasainya • Namun, terhadap 2 buah jawaban yang salah perlu juga mendapat perhatian, misalnya ditingkatkan dengan memberikan tugas-tugas remedial • Prosedur yang sama juga dilakukan untuk menghitung capaian siswa dalam satu kelas, dan hasilnya untuk menentukan tingkat capaian kompetensi oleh siswa sekelas itu

  12. Contoh Telaah Hasil Pengukuran Seorang Siswa

  13. Analisis Butir Soal (Item Analysis) • Analisis butir soal adalah estimasi kualitas butir-butir soal sebuah alat tes; menguji efektivitas butir-butir soal • Alat tes yang baik didukung oleh butir-butir yang baik, efektif, dapat dipertanggungjawabkan • Ada kesejajaran antara tinggi rendahnya indeks reliabilitas (teknik konsistensi internal) dan jumlah butir soal yang baik • Indeks reliabilitas yang tinggi, pasti akan tinggi pula jumlah butir yang baik; juga sebaliknya • Kerja analisis butir soal bisa mengikuti teori pengukuran klasik atau teori pengukuran modern (teori respon butir) • Dalam teori pengukuran klasik, analisis butir soal menyangkut tiga macam hal: tingkat kesulitan, daya beda, dan efektivitas distraktor • Dalam teori respon butir juga ada tiga hal: tingkat kesulitan (model satu parameter), tingkat kesulitan dan daya beda (model dua parameter), dan kedua hal itu ditambah unsur tebakan (model tiga parameter) • Teori pengukuran klasik mempunyai banyak kelemahan, tetapi persyaratan ringan dan praktis • Pembicaraan di bawah dibatasi pada teori pengukuran klasik

  14. a. Analisis Tingkat Kesulitan Butir • Kerja analisis ini menghasilkan indeks tingkat kesulitan (ITK, Item Difficulty, Item Facility) • ITK menunjukkan seberapa sulit (mudah) sebuah butir soal bagi kelompok siswa yang dikenai uji coba • ITK diperoleh dengan menghitung proporsi jawaban benar; dapat dihitung secara manual, tabel (item analysis table), tetapi secara mudah dapat dihitung dengan komputer: program Iteman • ITK berkisar antara 0,00 ─ 1,00; indeks 0,00 berarti semua siswa menjawab salah (soal amat sulit), 1,00 berarti semua menjawab benar (soal amat mudah) • ITK yang diterima: 0,20 ─ 0,80; di luar indeks itu sebuah butir soal ditolak karena terlalu sulit atau mudah • Kategori ITK: 0,20 ─ 0,40: sulit; 0,41 ─ 0,60: sedang; dan 0,61 ─ 0,80: mudah • Jumlah butir soal yang terbanyak dalam sebuah alat tes sebaiknya yang berkategori sedang

  15. b. Indeks Daya Beda • Kerja analisis ini menghasilkan indeks daya beda (IDB, Item Discrimination) • IDB merupakan sebuah estimasi yang menunjukkan seberapa besar sebuah butir soal mampu membedakan siswa kelompok tinggi dengan kelompok rendah • IDB dapat dihitung dengan rumus secara manual, tabel, atau dengan komputer program Iteman bersamaan dengan ITK • IDB berkisar antara -1,00 ─ 1,00; indeks -1,00 berarti semua siswa kelompok rendah menjawab benar sebuah butir soal dan siswa kelompok tinggi semua menjawab salah; demikian sebaliknya • IDB yang diterima minimal 0,25; untuk tes buatan sendiri dan dipakai untuk menguji siswa sendiri IDB 0,20 masih ditoleransi • Butir soal yang IDB-nya negatif harus didrop karena menyalahi logika (siswa kelompok tinggi menjawab salah, sedang kelompok rendah malah menjawab benar) • Sebuah butir soal dinyatakan layak (oke) jika ITK dan IDB sama-sama memenuhi persyaratan; jika salah satu saja tidak memenuhi persyaratan, butir soal itu dinyatakan gugur

  16. Penilaian Proses dan Produk • KBK (KTSP) menekankan pentingnya penilaian proses dan produk sekaligus • Penilaian proses: penilaian yang dilakukan ketika pembelajaran masih berlangsung • Penilaian proses juga disebut sebagai penilaian kelas • Contoh penilaian proses: kuis, pertanyaan lisan di kelas, pemberian tugas di kelas, latihan-latihan, PR, ulangan harian • Penilaian produk: penilaian yang dilakukan di akhir program: ujian sistem blok, ulangan umum bersama, ujian nasional • Penilaian produk lazimnya dilakukan secara tertulis • Penilaian kinerja sebaiknya dilakukan di tengah proses pembelajaran, kecuali berbagai faktor pendukungnya siap (tempat, waktu, tenaga, biaya)

  17. RANAH PENILAIAN HASIL BELAJAR • Tiga ranah penilaian: kognitif, afektif, psikomotorik • Ketiganya ditemukan dalam hasil belajar semua mata pelajaran: beda intensitas • Mata pelajaran teoretis menekankan hasil ranah kognitif, mata pelajaran praktik menekankan psikomotorik • Dalam ranah kognitif dan psikomotorik selalu terkandung afektif • Penilaian hasil belajar harus melibatkan ketiga ranah dengan intensitas yang sesuai dengan karakteristik tiap mata pelajaran • KBK (KTSP) juga menekankan capaian ranah psikomotorik (kinerja) dan afektif

  18. Lanjutan ranah… • Dalam kurikulum sebelumnya, penilaian terlihat ditekankan pada ranah kognitifdan agak mengabaikan dua ranah yang lain • KTSP menekankan penilaian capaian performansi, kinerja • Siswa mampu melakukan apa setelah berakhirnya satu program pembelajaran • Hal ini juga berlaku untuk mata pelajaran BSI: siswa mampu berbuat apa dengan bahasa dan sastra Indonesia • Bahasa adalah sarana berkomunikasi, maka capaian kinerja itu harus berupa kemampuan berbahasa Indonesia (kompetensi komunikatif) • Sastra adalah sarana pembentukan afeksi, maka capaian kinerja itu haruslah berupa kemampuan bersastra (kompetensi literer) • Capaian kognitif penting, tetapi itu hanyalah menjadi sarana untuk dapat melakukan kinerja agar kompetensi berbahasa dan bersastra benar • Capaian hasil belajar kognitif berupa pengetahuan tentang sistem bahasa (kompetensi linguistik), sedang capaian kinerja berupa kemampuan berbahasa (kompetensi komunikatif) • Capaian hasil belajar sastra kognitif berupa pengetahuan tentang kesastraan, sedang yang kinerja berupa kemampuan berapresisi

  19. Pengembangan Alat Evaluasi Ranah Kognitif BSI • Ranah kognitif berkaitan dengan daya berpikir, kemampuan berlogika, pengetahuan teoretis tentang sistem bahasa dan sastra • Ada enam jenjang berpikir: hafalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi (C1-C6) • Jenjang 1-3: kognitif tingkat sederhana, 4-6: kognitif tingkat tinggi yang mengandalkan proses berpikir • Pengembangan alat evaluasi harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif siswa • Siswa SMP/MTs: fokus jenjang ingatan sampai analisis (1-4); siswa SMA/MA: fokus jenjang pemahaman sampai evaluasi (2-6) • Bentuk soal: objektif (B-S, PG, penjodohan, isian singkat), uraian-objektif, dan uraian (esai)

  20. Lanjutan Ranah Kognitif… • Aspek kognitif kebahasaan dan kesastraan penting, tetapi yang lebih penting lagi adalah aspek kinerja • Ingat: tujuan pembelajaran BSI di SMP adalah tercapainya kompetensi komunikatif dan bukan kompetensi linguistik • Maka, jumlah soal kognitif harus dibatasi dan tidak boleh menyamai jumlah soal/tugas kinerja • Soal-soal ranah kognitif sebaiknya diintegrasikan atau selalu terkait langsung dengan soal kinerja bahasa/sastra sepanjang hal itu dimungkinkan • Sebab, pada kenyataannya aspek kinerja kebahasaan/kesastraan juga lebih didominasi atau diprasyarati oleh kemampuan berpikir • Misalnya, soal-soal tentang struktur bahasa dan kosakata terkait dengan teks bacaan yang untuk soal kinerja membaca • Soal-soal sedikit tentang pengetahuan sastra juga terkait dengan teks-teks kesastraan secara langsung • Demikian pula halnya dengan soal/tugas menyimak, berbicara, dan menulis

  21. Langkah Pengembangan Alat Evaluasi Ranah Kognitif • Tentukan kompetensi dasar yang akan diujikan • Buat deskripsi bahan yang akan diujikan • Kembangkan indikator-indikator • Tentukan lama waktu ujian dan jumlah soal • Buat kisi-kisi pengujian • Tulis butir-butir soal • Telaah soal oleh sejawat dan diikuti revisi • Ujikan di kelas • Telaah hasil ujian: indikator (KD) mana yang sudah dan belum dikuasai siswa; tingkat penguasaan minimal 75% • Kembangkan bahan remidial dan pengayaan • Hitung pula Indeks tingkat kesulitan (ITK) dan daya beda (IDB)

  22. Pengembangan Alat Evaluasi Ranah Kinerja BSI • Ranah performansi, kinerja (psikomotor) berkaitan dan atau melibatkan aktivitas fisik • Semua mata pelajaran mengandung ranah ini, hanya beda intensitas • Mata pelajaran BSI: kinerja kebahasaan lazimnya dikaitkan dengan empat kemampuan berbahasa: menyimak dan membaca (aktif-reseptif) dan berbicara dan menulis (aktif-produktif) • Tes/tugas-tugas kinerja/performansi BSI: tes/kinerja/performansi keempat kemampuan berbahasa dan bersastra • Di dalam lima macam kinerja tersebut sebenarnya faktor kognitif juga amat berperan, baik dalam hal kebahasaan maupun nonkebahasaan (misal: gagasan) • Kinerja bahasa yang paling intensif adalah berbicara • Bagi siswa TK + SD: membaca dan menulis juga intensif melibatkan aktivitas motorik

  23. Lanjutan alat evaluasi… • Tugas-tugas kinerja kebahasaan dan kesastraan akan lebih praktis jika pengukuran capaiannya dilakukan dalam tes proses • Pengukuran keempat kemampuan berbahasa dan bersastra sebaiknya tidak bersifat diskret atau saling terpisah satu dengan yang lain • Tes kinerja bahasa harus secara konkret bertujuan menunjang fungsi komunikatif bahasa • Dalam satu kali tes kemampuan berbahasa, sebaiknya ada satu atau lebih kemampuan lain yang juga terlibat • Misalnya, dalam tes/tugas menyimak juga dilibatkan kinerja kemampuan berbicara (“menceritakan kembali apa yang didengar”) dan menulis (“menuliskan saripati yang didengar”) • Hal yang sama juga berlaku untuk tes kemampuan bersastra yang mesti diikuti oleh unjuk kerja kemampuan berbahasa • Tes kemampuan aktif-produktif potensial untuk menghasilkan bahasa yang otentik, yang merupakan bahasa produk siswa sendiri • Tes bahasa otentik merupakan salah satu hal penting dalam KTSP

  24. Tes Kemampuan Menyimak • Kemampuan menyimak adalah kemampuan memahami gagasan yang disampaikan secara lisan oleh pihak lain, baik langsung maupun lewat media tertentu • Maka, tes menyimak harus memberi tugas siswa untuk benar-benar mendengarkan bahasa dan siswa diminta menampilkan kemampuannya • Kemampuan apa yang diungkap tergantung indikator yang dikembangkan dan itu mesti lewat saluran (kinerja) lisan dan tertulis • Tes menyimak dalam proses menjadi bagian dari strategi pembelajaran, misalnya yang berupa pemberian latihan-latihan tertentu • Tes menyimak untuk ujian khusus (misalnya untuk ujian akhir semester) harus disiapkan sedemikian rupa, mulai dari wacana, bentuk soal/tugas, bagaimana cara menjawab, dll sampai managemen waktu dan cara koreksi • Penentuan jawaban benar siswa haruslah dilihat dari ketepatan gagasan dan bahasa (jadi bersifat pragmatis)

  25. Tes Kemampuan Membaca • Kemampuan membaca adalah kemampuan memahami gagasan yang disampaikan secara tertulis • Tes/tugas membaca mengharuskan siswa untuk benar-benar membaca teks dan memahami gagasan yang ada • Jawaban benar soal tes/tugas hanya dapat diketahui setelah siswa membaca, maka tidak benar memilih wacana-tes yang isinya telah diketahui umum • Tes/tugas membaca dalam proses menjadi bagian integral dari PBM yang berupa latihan-latihan; hal itu dapat diintegrasikasikan dengan tugas berbicara dan menulis • Tes/tugas membaca dalam ujian akhir perlu disiapkan mulai dari pemilihan wacana, bentuk soal, bentuk jawaban, yang sesuai dengan indikator, sampai dengan cara koreksi, penyekoran, dan managemen waktu, serta tindak lanjut • Dalam sebuah tes membaca, sebaiknya terdapat sejumlah wacana (pendek) yang diteskan dan berbeda karakteristiknya (ragamnya) • Tugas/ujian membaca juga mencakup membaca nyaring, indah, sastra, dll.

  26. Tes Kemampuan Berbicara • Kemampuan berbicara adalah kemampuan mempergunakan bahasa lisan dengan baik dan benar; untuk keperluan pembelajaran tekanan pada produksi bahasa yang benar • Tugas ini potensial menghasilkan bahasa otentik, maka siswa harus benar-benar diberi kesempatan untuk berbicara • Penilaian haruslah melibatkan komponen kebahasaan dan gagasan; untuk keperluan pembelajaran tekanan masih pada aspek kebahasaan • Ujian bahasa lazimnya tertulis, maka harus ada waktu khusus untuk mengukur kemampuan berbicara karena membutuhkan waktu lama • Misalnya, ujian berbicara dilakukan sebelum ujian tertulis diselenggarakan • Perlu persiapan khusus mulai dari bentuk tes berbicara, urutan siswa per siswa berbicara, pedoman pengamatan/penyekoran, managemen waktu, dll • Perlu ada pedoman khusus untuk menilai kinerja berbicara siswa; salah satu contoh pedoman itu diberikan di bawah

  27. Contoh Pedoman Penilaian Kemampuan Berbicara

  28. Tes Kemampuan Menulis • Kemampuan menulis adalah kemampuan membahasakan gagasan secara tertulis dengan ejaan yang benar • Tugas ini potensial menghasilkan bahasa otentik, maka siswa harus benar-benar diberi kesempatan untuk menulis • Ada banyak model tugas yang harus dikerjakan siswa, a.l: • menulis suatu wacana dengan ejaan yang benar (model tugas dapat bervariasi, misalnya dengan menuliskan kembali sebuah wacana dan memperbaiki ejaan yang sengaja dibuat salah) • membuat kalimat dengan pola-pola tertentu • membuat jenis-jenis paragraf tertentu • membuat berbagai jenis surat • membuat rangkuman dan ikhtisar bacaan • menuliskan kembali isi suatu acara tertentu yang ditayangkan televisi • mengarang bebas dengan topik tertentu; dll

  29. Lanjutan Tes Kemamapuan Menulis • Penilaian haruslah melibatkan komponen kebahasaan dan gagasan; untuk keperluan pembelajaran tekanan masih pada aspek kebahasaan • Misalnya untuk tugas-tugas sehari-hari mulai dari menulis pendek sampai membuat laporan dan mengarang bebas • Perimbangan besaran perbandingan antara komponen gagasan/isi dan bahasa untuk membuat laporan dan atau mengarang bebas tergantung level pendidikan (SMP, SMA, S1, S2, S3) • Misalnya, gagasan : bahasa = 30:70; 35:65; 40:60; 50:50; 60:40; 70:30; 75:25 • Perlu ada pedoman khusus untuk menilai hasil tugas menulis siswa, dan untuk keperluan itu ada banyak model • Pemilihan suatu model terserah kepada guru, tetapi penggunaan model itu memang disarankan antara lain untuk menjaga objektivitas penyekoran

  30. Contoh Salah Satu Model Penyekoran Karangan(Juga untuk Portofolio)Karangan ke-:

  31. Langkah Pengembangan Alat Evaluasi Kinerja Bahasa • Tentukan kompetensi dasar yang akan diujikan (dari standar kompetensi) • Buat deskripsi bahan • Kembangkan indikator-indikator kinerja bahasa dan bersastra yang dimaksud • Buat tugas, perintah, atau pertanyaan yang harus dilakukan atau dijawab oleh siswa; sebaiknya dibiasakan dibuat secara tertulis dan kemudian disuruh baca sejawat sebagai reviewer • Buat pedoman pengamatan atau penilaian yang sesuai dengan tugas untuk memberikan skor (atau pilih mana yang sesuai jika sudah ada)

  32. Penilaian Model Portofolio • KBK menekankan pentingnya penilaian model portofolio • Portofolio adalah kumpulan karya siswa: karangan, laporan, karya kreatif, analisis karya, esai, dan tugas-tugas lain • Jadi, portofolio kinerja bahasa juga, tetapi dalam bentuk tertulis • Kinerja dan portofolio juga mensyaratkan kemampuan berpikir logis • Portofolio memperlihatkan perkembangan kemampuan menulis siswa • Untuk memudahkan penilaian portofolio dikelompokkan ke dalam tugas-tugas tertentu: kelompok karangan, laporan, karya kreatif, esai, dan tugas-tugas lain • Portofolio untuk siswa juga bisa dibuat oleh guru, misalnya yang menyangkut unsur afektif • Portofolio untuk anak TK dan SD yang belum bisa menulis juga guru yang membuat

  33. Langkah Penilaian Portofolio • Tentukan kompetensi-kompetensi dasar yang akan diukur tingkat capaian dan kemajuannya • Buat deskripsi bahan pembelajaran • Kembangkan indikator-indikator pencapaian kinerja bahasa dan bersastra • Buat tugas atau perintah yang harus dikerjakan siswa secara tertulis • Buat pedoman penilaian yang sesuai dengan tugas • Bandingkan skor-skor siswa untuk tiap karya berikutnya untuk melihat kemajuan yang dicapai • Orang tua juga dapat dilibatkan untuk penilaian ini

  34. Tes Kemampuan Bersatra • Sebagaimana halnya dengan tes kemampuan berbahasa yang menekankan unjuk kerja bahasa, tes kemampuan bersastra di sekolah juga menekankan kemampuan “berhubungan”, “memperlakukan”, dan “menyikapi” teks-teks kesastraan • Walau bermediakan bahasa, teks kesastraan tidak semata-mata berurusan dengan bahasa, karena ada unsur-unsur lain, mislanya keindahan, yang mesti juga diapresiasikan • Unsur-unsur lain itu hanya dapat diperoleh, dirasakan, atau dinikmati jika kita/siswa membaca secara langsung teks kesastraan • Maka, tugas dan tes yang berkaitan dengan pengetahuan kesastraan, walau sudah perlu dikenalkan, haruslah dibatasi • Tugas dan tes harus ditekankan pada hal-hal yang menuntut siswa untuk benar-benar “memperlakukan” teks-teks kesastraan • Istilah memperlakukan dapat dioperasionalkan menjadi: membaca, memahami, memparafrase, menganalisis, menuliskan kembali, membuat, dll tergantung indikator yang dibuat

  35. Lanjutan Tes… • Namun, berbagai teks kesastraan lazimnya panjang shg tidak mudah “memperlakukan”-nya di sekolah, kecuali puisi yang umumnya singkat • Untuk itu, tugas-tugas yang “memperlakukan” novel, cerpen, certa klasik, dll yang relatif panjang sebaiknya dilakukan di luar jam pelajaran sebagai tugas rumah • Tugas yang diberikan harus jelas: harus mengapakan teks kesastraan itu dan sedapat mungkin melibatkan berbagai genre (fiksi, puisi, cerita lama, teks drama) • Misalnya: meringkas cerita/membuat sinopsis, menganalisis unsur karakter/moral, membuat parafrase, menulis dengan sudut pandang lain, dll, termasuk menghadiri pementasan drama atau baca puisi di tempat tertentu • Hasil kerja siswa harus dibaca dan diberi tanggapan • Tanggapan tidak menyalahkan siswa karena akan mematikan motivasi, tetapi lebih mempertanyakan argumentasi • Ujian/tes di sekolah haruslah sedapat mungkin diusahakan yang berkadar apresiatif tinggi atau paling tidak sedang walau dengan bentuk ujian objektif (PG)

  36. Pengembangan Alat Evaluasi Ranah Afektif • KBK (KTSP) mementingkan penilaian ranah afektif, maka ranah ini juga haruslah mendapat perhatian • Ranah afektif mencakup banyak dimensi, a.l.: watak perilaku perasaan, sikap, minat, emosi, motivasi, kecenderungan nilai-nilai, dll • Tiap siswa adalah pribadi yang unik, dan itu harus dihargai • Keberhasilan belajar didukung oleh faktor afeksi: afeksi tinggi akan memberi peluang untuk lebih berhasil dan optimal • Perlu dilakukan inventori (pengukuran/penjajagan) afektif • Inventori ranah afektif lewat pengamatan, wawancara, angket • Hasil inventori afektif juga merupakan salah satu wujud portofolio yang bermanfaat untuk kepentingan pembelajaran • Misal, untuk memotivasi siswa agar lebih berminat dan termotivasi belajar lebih baik sehingga capaiannya lebih optimal • Atau, untuk mengetahui minat, motivasi, sikap, kecenderungan nilai-nilai, dll yang penting diketahui

  37. Langkah Pengembangan Instrumen Inventori Afektif • Tentukan komponen ranah afektif yang akan diinventori (misal: sikap, minat, motivasi, watak perilaku perasaan) • Tentukan cara inventori data afektif: pengamatan, wawancara, atau angket • Buat kisi-kisi pengujian dan indikator (pertanyaan) tiap komponen afektif • Tentukan rentangan skala penilaian (skala Likert), misalnya 1-5: 5 (sangat tinggi) dan 1 (sangat rendah) • Buat dan berikan daftar pertanyaan kepada siswa; sebelumnya berikan kepada sejawat dahulu untuk dibaca • Lakukan penyekoran; misalnya ada 15 pertanyaan: skor tertinggi 75 dan terendah 15 • Buat pedoman posisi afektif siswa, misalnya: 66 – ke atas: tinggi; 36-65: sedang; 15-35: rendah • Kelompokkan siswa ke dalam capaian skor dan diikuti tindak lanjut

  38. Contoh Pertanyaan dan Penilaian Siswa untuk Mata Pelajaran BSI lewat Angket

  39. Contoh Penilaian Kecenderungan Berperilaku Siswa untuk Mata Pelajaran BSI lewat Pengamatan

  40. Akhirul kalam, Selamat Berjuang dan Berkarya Semoga Allah Meridloi Terima kasih Salam

More Related