1 / 1

Bahan Tambahan Makanan Berisiko untuk Kesehatan

Bahan Tambahan Makanan Berisiko untuk Kesehatan Penggunaan bahan tambahan makanan jenis apa pun, baik untuk pengawet, pemanis, perasa, pewarna, penguat rasa, maupun jenis lainnya mengandung risiko bagi tubuh. Konsumsi bahan-bahan tersebut diperbolehkan dalam jumlah tertentu.

faraji
Télécharger la présentation

Bahan Tambahan Makanan Berisiko untuk Kesehatan

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Bahan Tambahan Makanan Berisiko untuk Kesehatan Penggunaan bahan tambahan makanan jenis apa pun, baik untuk pengawet, pemanis, perasa, pewarna, penguat rasa, maupun jenis lainnya mengandung risiko bagi tubuh. Konsumsi bahan-bahan tersebut diperbolehkan dalam jumlah tertentu. Walaupun selama ini penggunaan Bahan Tambahan Makanan (BTM) di Indonesia sangat ketat jika dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Eropa, Amerika Utara, dan Australia. Tetapi sebagian besar konsumen di Indonesia tidak pernah mengecek akibat ketidakmengertiannya dan tak mempelajari tulisan pada label makanan. Hal ini menuntut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bekerja lebih keras mengawasi dan mengatur penggunaan BTM. Sehingga apabila ditemukan makanan yang memiliki kadar BTM tinggi, masyarakat atau konsumen menjadi ketakutan. Padahal sudah seharusnya para konsumen memeriksa terlebih dahulu terhadap makanan yang akan mereka konsumsi. Kesadaran akan pentingnya keamanan pangan harus menjadi perhatian utama industri, konsumen, dan pemerintah karena kecurangan dalam penggunaan BTM bisa berdampak luas. Sudah sepantasnya masyarakat lebih mengutamakan makanan segar seperti sayur dan buah, dibandingkan harus mengonsumsi makanan-makanan instan yang dampaknya sangat memprihatinkan. Salah satu BTM yang menjadi topik panas saat ini adalah bahan pengawet nipagin atau methyl p-hydroxybenzoate. Nipagin adalah bahan pengawet makanan yang dipakai di berbagai jenis makanan. Penggunaannya diatur dalam Codex Alimentarius Commission. Nipagin memiliki nama lain methylparaben dengan rumus kimia  CH3(C6H4(OH)COO). Jenis paraben lain yang juga banyak digunakan adalah propylparaben dan butylparaben. Menurut informasi yang dikutip Badan Pengawas Makanan dan Obat Amerika Serikat atau Food and Drug Administration (FDA), nipagin merupakan zat tambahan untuk mencegah jamur dan ragi. Methyl p-hydroxybenzoate adalah salah satu dari jenis parabens atau pengawet yang banyak digunakan untuk kosmetik dan obat. Sesuai Codex, jumlah asupan nipagin dalam tubuh per hari (acceptable daily intake) adalah 10 miligram per kilogram berat badan. Jika berat badan seseorang 50 kilogram, konsumsi aman nipagin 500 mg per hari. Penggunaan nipagin pada makanan sebenarnya dapat dihilangkan dengan teknologi temperatur ultratinggi. Namun, itu akan membuat nilai ekonomi barang menjadi tinggi. Fungsi nipagin hanya menahan laju pertumbuhan mikroba yang membuat makanan cepat rusak. Penggunaan nipagin berlebih tidak memperpanjang daya tahan makanan jika jumlah mikroba dalam makanan itu telah berlebih sejak awal. Di setiap negara, batas maksimum pemakaian nipagin berbeda. Di Amerika Serikat, Kanada, dan Singapura, kadar maksimum nipagin adalah 1.000 mg per kg. Adapun nipagin di Hongkong 550 mg per kg. Di Indonesia, Badan POM telah menetapkan batas maksimal penggunaan nipagin 250 mg per kg.

More Related