1 / 51

KOORDINATOR MATAKULIAH PENGEMBANGAN MASYARAKAT (KPM-231)

KOORDINATOR MATAKULIAH PENGEMBANGAN MASYARAKAT (KPM-231). PB-1 : “KOMUNITAS DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI”. PENGERTIAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT (COMMUNITY DEVELOPMENT). Konotasi : Pengembangan Masyarakat = Community Development Society Masyarakat

havard
Télécharger la présentation

KOORDINATOR MATAKULIAH PENGEMBANGAN MASYARAKAT (KPM-231)

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. KOORDINATOR MATAKULIAH PENGEMBANGAN MASYARAKAT (KPM-231)

  2. PB-1 : “KOMUNITAS DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI”

  3. PENGERTIAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT(COMMUNITY DEVELOPMENT)

  4. Konotasi : Pengembangan Masyarakat = CommunityDevelopment Society Masyarakat Konsep & Strategi Community Pengertian Pengembangan Masyarakat

  5. community resource development, rural areas development, community economic development, rural revitalisation, dan community based development. Community development menggambarkan makna yang penting dari dua konsep: community, bermakna kualitas hubungan sosial; dan development, perubahan ke arah kemajuan yang terencana dan bersifat gradual.

  6. “Community development is a movement designed to promote better living for the whole community with the active participation and on the initiative of the community”

  7. CD = mengembangkan atau menaikkan kualitas hidup suatu masyarakat CD = “proses swadaya masyarakat digabungkan dengan usaha-usaha pemerintah setempat gunameningkatkan kondisi masyarakat dibidang sosial, ekonomi, dan kultural, serta untuk mengintegrasikanmasyarakat”

  8. Suatu metode atau pendekatan pembangunan yang menekankan adanya partisipasidan keterlibatan langsung penduduk dalam proses pembangunan, dimana semua usaha swadaya masyarakat disinergikandengan usaha-usaha pemerintah setempat dan stakeholders lainnya untuk meningkatkan taraf hidup, dengan sebesar mungkin ketergantungan pada inisiatif penduduk sendiri, serta pelayanan teknissehingga proses pembangunan berjalan efektif Pengembangan Masyarakat (CD)

  9. Advokasi Komunikas Informasi dan Edukasi Pengorganisasian Komunitas Pengembangan Jejaringan Pengembangan Kapasitas Sumber: Lubis (2008)

  10. Upaya untuk mengubah atau mempengaruhi perilaku penentu kebijaksanaan agar berpihak pada kepentingan publik melalui penyampaian pesan-pesan yang didasarkan pada argumentasi yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, legal, dan moral. Melalui kegiatan advokasi dilakukan identifikasi dan pelibatkan semua sektor di berbagai level untuk mendukung program. ADVOKASI

  11. Agar masyarakat mempunyai arena untuk mendiskusikan dan mengambil keputusan atas masalah di sekitarnya. Bila terorganisir, masyarakat juga akan mampu menemukan sumberdaya yang dapat mereka manfaatkan. Biasanya, dalam pengembangan masyarakat, dibentuk kelompok kelompok sebagai wadah refleksi dan aksi bersama anggota komunitas. Pengorganisasian ini bisa dibentuk berjenjang: di tingkat komunitas, antar komunitas di Tingkat desa, antar desa di tingkat kecamatan dan seterusnya sampai ke tingkat nasional bahkan regional. PENGORGANISASIAN KOMUNITAS

  12. Menjalin kerjasama dengan pihak lain (individu, kelompok, dan atau organisasi) agar bersama-sama saling mendukung untuk mencapai tujuan. Jaringan dan saling percaya (trust) merupakan salah satu unsur penting dari kapital sosial, sehingga menjadi komponen penting dalam pengembangan masyarakat. Pada komuntas yang mempunyai jaringan yang baik, sumber daya yang ada pada seluruh kompenen komunitas dan komponen lain yang terbangun dalam jaringan akan dapat dimanfaatkan bersama-sama. PENGEMBANGAN JEJARING

  13. Meningkatkan kemampuan masyarakat di segala bidang (termasuk untuk advokasi, mengorganisir diri sendiri, dan mengembangkan jaringan). Sumpeno (tt) mengartikan pengembangan kapasitas sebagai peningkatan atau perubahan perilaku individu, organisasi, dan sistem masyarakat dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Peningkatan kemampuan individu mencakup perubahan dalam hal pengetahuan, sikap, dan keterampilan; peningkatan kemampuan kelembagaan meliputi perbaikan organisasi dan manajemen, keuangan, dan budaya organisasi; peningkatan kemampuan masyarakat mencakup kemandirian, keswadayaan, dan kemampuan mengantisipasi perubahan. PENGEMBANGAN KAPASITAS

  14. Proses pengelolaan informasi, pendidikan masyarakat, dan penyebaran informasi untuk mendukung keempat komponen di atas. Pengelolaan informasi juga menyangkut mencari dan mendokumentasikan informasi agar informasi selalu tersedia bagi masyarakat yang memerlukannya. Kegiatan edukasi perlu dilakukan agar kemampuan masyarakat dalam segala hal meningkat, sehingga masyarakat mampu mengatasi masalahnya sendiri setiap saat. Untuk mendukung proses komunikasi, berbagai media komunikasi (modern – tradisional; massa – individu – kelompok) perlu dimanfaatkan dengan kreatif. KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI

  15. MENGAPA PENGEMBANGAN MASYARAKAT ?

  16. “Pembangunan” sering dianggap ‘obat’ terhadap berbagai masalah masyarakat, khususnya pada negara-negara yang sedang berkembang. Permulaan pendekatan pembangunan adalah dikemukakannya “Teori Pertumbuhan” oleh kelompok ekonom ortodoks. Teori ini menjelaskan bahwa “pembangunan” sebagai pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya diasumsikan akan meningkatkan standar kehidupan (Clark, 1991). Mereka menggunakan GNP (Gross National Product) sebagai salah satu indikator keberhasilan pembangunan. “Pembangunan” tidaklah berbeda dengan istilah “perubahan”. Keduanya memiliki sisi positif dan negatif, tergantung kepada apa dan siapa yang akan diubah, dan juga bagaimana perubahan itu akan dilakukan. Menurut Troeller (1978) ada enam pendekatan pembangunan, yaitu: pendekatan pertumbuhan; pertumbuhan dan pemerataan, tata ekonomi internasional baru, ketergantungan, kebutuhan pokok, dan pendekatan kemandirian.

  17. Beberapa Pendekatan Pembangunan Pendekatan #1: Pendekatan Pertumbuhan “strategi industrialisasi dengan kebijakan substitusi impor”“tetesan rejeki ke bawah” (trickle down effect). Pendekatan #2: Pertumbuhan dan Pemerataan kemiskinan adalah fenomena yang kompleks yang berhulu dari kesenjangan antar kelas, daerah, dan golongan Pendekatan #3: Paradigma Ketergantungan ketergantungan merupakan penyebab keterbelakangan, agar maju perlu pembebasan masyarakat Pendekatan #4: Tata Ekonomi Internasional Baru tata ekonomi yang berlandaskan pada kebutuhan negara Selatan untuk mengelola SDA-nya sendiri Pendekatan #5: Kebutuhan Pokok kebutuhan pokok tidak terpenuhi jika masih dibawah garis kemiskinan dan tidak ada pekerjaan yang layak Pendekatan #6: Kemandirian bebaskan dari ketergantungan kepada negara industri Growth Approach Redistribution of Growth Approach Dependent Paradigm Approach The New International Economic Order The Basic Need Approach The Self-Reliance Approach

  18. Pendekatan #1 Penggagas Details Tokoh Asumsi Kenyataan Kelompok ekonomi aliran Keynesian Revolusi ekonomi dari aliran Keynesian mendorong para ahli ekonomi untuk menempuh “strategi industrialisasi dengan kebijakan substitusi impor” sebagai “resep baru” bagi negara agraris yang padat penduduk di Dunia III. Rostow (1960), tahapan pembangunan yang pada intinya terkait dengan investasi “modal besar” atau mengenai “suntikan investasi yang padat modal untuk mendongkrak sumberdaya dan potensi yang ada pada masyarakat.” Bila terjadi pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sebagai konsekuensinya akan terjadi “tetesan rejeki ke bawah” (trickle down effect). Tetesan rejeki ke bawah diharapkan juga akan mencapai kelompok masyarakat lapisan bawah. Hasil pembangunan memicu munculnya permasalahan lain, seperti: meningkatnya pengangguran pada angkatan kerja; tingkat kejahatan, tingkat migrasi desa ke kota, dan ketimpangan pada berbagai negara Dunia III.

  19. Pendekatan #2 Adelman & Morris (1973). “Economic Growth and Social Equity in Developing Countries” Tiga indikator dasar untuk mengukur perkembangan pembangunan suatu negara: (1) indikator-indikator sosial-budaya;(2) indikator-indikator politik; dan (3) indikator-indikator ekonomi. Intinya pertumbuhan ekonomi mempunyai hubungan dengan partisipasi politik dan distribusi pendapatan dalam kaitan dengan strategi pembangunan pada berbagai negara Dunia III. Kemiskinan dilihat sebagai fenomena yang kompleks, dan dapat ditelusuri dari adanya kesenjangan antar kelas sosial-ekonomi; ketimpangan hubungan kota-desa; perbedaan antar suku, agama, dan daerah. Tidak banyak berbeda dengan Pendekatan#1, walaupun dilakukan perbaikan meskipun masih terasa “tambal sulam”. Penggagas Details Isu Substansi

  20. Pendekatan #3 Penggagas Details Implikasi Kebijakan Kritik Cardoso Negara “selatan” selalu berada dalam kondisi ketergantungan terhadap negara “utara” dalam hal teknologi dan kapital. Relasi yang tidak sehat memberikan sumbangan terhadap peningkatan kemiskinan dari negara-negara penerima bantuan. Munculnya sifat ketergantungan merupakan penyebab terjadinya “keterbelakangan” masyarakat negara sedang berkembang, oleh karena itu untuk membebaskan diri dari “keterbelakangan” diperlukan adanya upaya pembebasan masyarakat dari rantai yang membelenggu mereka. Banyak masalah ataupun gejala yang tidak bisa dipecahkan oleh teori tersebut. Kritik lain, teori tersebut kurang mempunyai dayaguna yang praktis dan teori tersebut terlalu banyak mengulang-ulang dan kurang berkembang.

  21. Pendekatan #4 Penggagas Details Kenyataan The Club of Rome Menciptakan tata ekonomi internasional baru yang berlandaskan pada kebutuhan negera-negara “selatan” untuk mengelola sumberdaya alam dan ekonomi mereka sendiri.Amerika Serikat menerapkan tiga strategi untuk menunda ataupun menghalangi gagasan tersebut, yakni dengan: (1) strategi penolakan secara sepihak (unilateral strategy); (2) strategi pengendoran yaitu mengambil langkah persetujuan terhadap hal kecil tetapi tidak pada hal yang pokok (alleviationist strategy); dan (3) strategi penyampaian yang bersifat samar dengan maksud menunda ataupun mengulur waktu. Tata ekonomi yang baru tersebut sampai saat ini masih merupakan suatu impian bagi negara-negara “selatan”.

  22. Pendekatan #5 Penggagas Details Kenyataan Sudjatmoko “Kebutuhan pokok tidak mungkin dapat dipenuhi jika mereka masih berada di bawah garis kemiskinan serta tidak mempunyai pekerjaan untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik.” Pendekatan ini diterapkan secara komprehensif dan melibatkan masyarakat di pedesaan dan sektor informal dengan mengembangkan potensi, kepercayaan, dan kemampuan masyarakat itu sendiri untuk mengorganisir diri serta membangun sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Hal yang menarik dari pendekatan ini adalah perhatiannya terhadap masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan, dan penghargaan terhadap gerakan mereka yang berada di lapisan bawah (grassroots). Titik tertentu mampu menjembatani kebutuhan pokok dengan pendekatan kemandirian (self-reliance approach), yakni pendekatan yang memperhatikan “gerakan” dari grassroots dan kelompok yang berada di bawah garis kemiskinan menjadi salah satu pendekatan yang relatif banyak diadopsi oleh negara-negara Dunia III.

  23. Pendekatan #6 Details Konsekeunsi Muncul sebagai konsekuensi logis dari berbagai upaya negara-negara Dunia III untuk melepaskan diri dari ketergantungan terhadap negara-negara industri. Konsep kemandirian menekankan pada dua perspektif: (1) penekanan lebih diutamakan pada hubungan timbal-balik dan saling menguntungkan dalam perdagangan dan kerjasama pembangunan; dan (2) lebih mengandalkan pada kemampuan dan sumberdaya sendiri untuk kemudian dipertemukan dengan pendekatan internasional tentang pembangunan Penerapan konsep kemandirian membawa konsekuensi perlunya diterapkan pula pendekatan kebutuhan pokok bagi kelompok miskin, dan strategi pemerataan pendapatan serta hasil-hasil pembangunan.

  24. Evaluasi Comments Kelemahan Implikasi Keenam pendekatan tersebut memiliki persamaan yang meluas dan mendalam dalam hal ketidak akuratan keenam pendekatan tersebut secara empiris, ketidakadekuatannya dari segi teori, dan ketidak-efektifannya dari segi kebijaksanaan politik (1) Pendekatan pembangunan itu secara empiris keliru tentang realitas masa lampau dan masa kini di bagian dunia yang terkebelakang, bagian dunia yang sudah maju, dan dunia secara keseluruhan, (2) teoritis tidak adekuat karena tidak dapat mengidentifikasi keseluruhan aspek sosial yang determinan karena tidak memperhatikan sejarah bagian yang terbelakang atau hubungannya dengan bagian yang sudah maju, dan bahkan dunia secara keseluruhan, (3) kebijaksanaan pembangunan dari pendekatan-pendekatan tersebut semakin konservatif dari segi politik dan cenderung menerima status quo struktural tanpa berbuat apa-apa sambil menantikan “hadiah” dari orang lain dengan tangan terbuka. Jika negara-negara maju tidak dapat mendifusikan pembangunan, teori pembangunan atau kebijaksanaan pembangunan ke negara-negara terkebelakang, maka rakyat di negara-negara terkebelakang itu sendiri harus membangun.

  25. Pergeseran Paradigma (Paradigm Shift) People Centered Development Production Centered Development • Sentralisasi • Mobilisasi • Penaklukan • Eksploitasi • Hubungan Fungsional • Nasional • Ekonomi Konvensional • Unsustainable • Desentralisasi • Partisipasi • Pemberdayaan • Pelestarian • Jejaring Sosial • Teritorial • Keswadayaan Lokal • Sustainable

  26. PENGEMBANGAN MASYARAKAT = “PEMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT”(COMMUNITY BASED DEVELOPMENT)

  27. PENGERTIAN KOMUNITAS

  28. George Hillery Jr (1955) (94 definitions): A group A process A social system A geographic place A consciousness of kind A totality of attitude A common lifestyle The possession of common ends Local self sufficiency KONSEP “KOMUNITAS” DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI

  29. Sebanyak 69 dari 94 definisi: The common elements of area Common ties Social interaction “a community as people living within a specific area, sharing common ties, and interacting with one another” “The area of community” Politically ? Economically ? Psychologically ?

  30. The basis of common ties ? = The amount and quality of social interaction “a community can encompass many different kinds of human organizations” Empat komponen utama “komunitas”: People Place or territory Social interaction Psychological identification

  31. A community (Christenson & Robinson Jr, 1989): “people the live within a geographically bounded are who are involved in social interaction and have one or more psychological ties with each other an with the place in which they live”

  32. “Komunitas” “warga setempat (community) yang dapat dibedakan dari masyarakat lebih luas (society) melalui kedalaman perhatian bersama yang mempunyai kebutuhan bersama” Komunitas adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial tertentu berdasarkan lokalitas, perasaan sewarga, dan solidaritas.

  33. Community (R.E. Park, 1952) “A community is not only a collection of people, but it is a collection of institutions. Not people, but institutions, are final and decisive in distinguishing the community from other social constellations”

  34. The essential characteristics of a community (Park, 1936): A population territorially organized More or less completely rooted in the soil it occupies Its individual units living in a relationship of mutual interdependence CIRI-CIRI “KOMUNITAS”

  35. Suatu komunitas pasti mempunyai lokalitas atau tempat tinggal (wilayah) tertentu. Komunitas yang mempunyai tempat tinggal tetap dan permanen, biasanya mempunyai ikatan solidaritas yang kuat sebagai pengaruh kesatuan tempat tinggalnya. Secara garis besar, komunitas berfungsi sebagai ukuran untuk menggarisbawahi hubungan antara hubungan-hubungan sosial dengan suatu wilayah geografis tertentu

  36. Berdasarkan ciri-ciri masyarakat agraris terdapat tipologi komunitas agraris, yang secara garis besar dapat dibedakan atas: (1) Komunitas nelayan (pantai dan pesisir); (2) Komunitas petani sawah (dataran rendah); dan (3) Komunitas petani peladang atau lahan kering (dataran tinggi). TIPE-TIPE “KOMUNITAS”

  37. Local Society Struktur dan Kultur Local Ecology Pola adaptasi ekologi Collective Action Aksi bersama (kelembagaan) “Community”

More Related