350 likes | 1.08k Vues
PENGOLAHAN DAN PENGGUNAAN TES HASIL BELAJAR. Penyajian skor Skor-skor yang diperoleh dapat disajikan dalam sejumlah cara yang dapat dengan mudah dibaca secara komprehensif dan terorganisasi dengan baik. Perbedaan antara skor dan nilai
E N D
PENGOLAHAN DAN PENGGUNAAN TES HASIL BELAJAR Penyajian skor Skor-skor yang diperoleh dapat disajikan dalam sejumlah cara yang dapat dengan mudah dibaca secara komprehensif dan terorganisasi dengan baik. Perbedaan antara skor dan nilai • Skor adalah hasil pekerjaan menskor yang diperoleh dengan menjumlahkan angka-angka bagi setiap soal tesyang dijawab betul oleh siswa • Nilai adalah ubahan dariskor dengan menggunakan acuan tertentu, yakni acuan normal atau acuan standar
Contoh : A memperoleh skor 24 artinya A hanya menguasai : 24/40 x 100% tujuan instruksional khusus atau hanya 60% dari tujuan instruksional khusus, dalam daftar nilaiA dapat 60, jadi perbedaannya: 24 adalah skor, 60 adalah nilai. • Skor dapat dibedakan atas 3 macam. Yaitu skor yang diperoleh (obtained score), skor sebenarnya (true score), dan skor kesalahan (error score)
Skor sebenarnya seringkali disebut dengan istilah skor univers – skor alam (universe score) adalah nilai hipotetis yang sangat tergantung dari perbedaan individu berkenaan dengan pengetahuan yang dimiliki secara tetap. Perbedaan antara skor yang diperoleh dengan skor sebenarnya disebut dengan istilah kesalahan dalam pengukuran atau kesalahan skor,atau dibalik skor kesalahan.
Hubungan antara ketiga macam skor tsb adalah : Skor yang diperoleh = skor sebenarnya + skor kesalahan • Norm – Referenced dan Criterion – Referenced • Di dalam penggunaan Criterion Referenced, siswa dibandingkan dengan sebuah standar tertentu, yang dibandingkan dengan standar mutlak yaitu standar 100. penggunaan standar mutlak terutama dipertahankan dalam penerapan prinsip belajar tuntas • Di dalam –penggunaan norm-referenced, prestasi belajar seorang siswa dibandingkan dengan siswa lain dalam kelompoknya
Dengan standar mutlak • Apabila standar relatif dan standar mutlak dihubungkan dengan pengubahan skor menjad inilai, akan terlihat sbb : • Pemberian skor terhadap siswa, di dasarkan atas pencapaian siswa terhadap tujuan yang ditentukan • Nilai diperoleh dengan mencari skor rata-rata langsung Contoh : • Dari ulangan ke-1, memperoleh skor 60 (mencapai 60% tujuan) • Dari ulangan ke-2, memperoleh skor 80 (mencapai 80% tujuan) • Dari ulangan ke-3, memperoleh skor 50 (mencapai 50% tujuan) • Maka nilai siswa : 60 + 80+ 50 = 63,3 dibulatkan 63 3
Dengan standar relatif • Pemberian skor terhadap siswa juga didasarkan atas pencapaian siswa terhadap tujuan yang ditentukan • Nilai diperoleh dengan 2 cara • Mengubah skor tiap-tiap ulangan lalu diambil rata-ratanya • Menjumlah skor tiap-tiap ulangan, baru diubah ke nilai Mengolah Nilai • Beberapa skala penilaian • Skala bebas (yaitu skala yang tidak tetap): adakalanya skor tertinggi 20, lain kali 25 dan lain lagi 50, ini semua tergantung dari banyak dan bentuk soal, jadi angka tertinggi dan skala yang digunakan tidak selalu sama.
Skala 1 – 10 Dalam skala 1- 10, guru jarang memberikan angka pecahan, misalnya 5,5,angka tsb kemudian dibulatkan menjadi 6. padahal angka 6,4 pun akan dibulatkan menjadi 6. dengan demikian rentangan angka 5,5 sampai 6,4 (selisih hampir 1) akan keluar di rapor dalam satu bentuk,yaitu 6. c. Skala 1 – 100 Seyogyanya bahwa angka merupakan bilangan bulat. Menggunakan skala 1 -10 maka bilangan bulat yang ada masih menunjukkan penilaian agak kasar. Dengan menggunakan skala 1 – 100,dimungkinkan melakukan penilaian yang lebih halus karena terdapat 100 bilangan bulat. Nilai 5,5 dan 6,4 dalam skala1 – 10 yang biasanya dibulatkan menjadi 6, dalam skala 1 -100 boleh dituliskan dengan 55 dan 64.
Skala huruf Pemberian nilai dapat dilakukan dengan huruf A, B,C, D, dan E (ada juga yang menggunakan sampai dengan G tetapi padaumumnya 5 huruf). Sebenarnya sebutan “skala” ada yang mempersoalkan . Jarak antara huruf A dan B tidak dapat digambarkan sama dengan jarak antara B dan C, atau antara C dan D. Dalam menggunakan angka dapat dibuktikan dengan garis bilangan bahwa jarak antara 1dan 2 sama dengan jarak antara 2 dan 3.demikian pula jarak antara 3 dan 4, serta 4 dan 5. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Penggunaan huruf dalam penilaian akan terasa lebih tepat digunakan karena tidak ditafsirkan sebagai arti perbandingan. Huruf tidak menunjukkan kuantitas, tetapi dapat digunakan sebagai simbol untuk menggambarkan kualitas.
Contoh angka dan huruf yang dipakai oleh UNY sbb : DISTRIBUSI NILAI • Distribusi nilai yang dimiliki oleh siswa-siswanya dalam suatu kelas didasarkan pada dua macam standar,yaitu : a. Standar mutlak b. Standar relatif
Distribusi nilai berdasarkan standar mutlak Dengan standar mutlak dimungkinkan diperoleh gambar kurva normal. Jika soal-soal tes disusun oleh guru dengan tepat seperti gambaran kecakapan siswa-siswanya. Gambaran prestasi siswa jika Gambaran prestasi siswa jika soal-soal ulangan yg disusun soal-soal ulangan yg disusun oleh guru sangat mudah. Di-sebut oleh guru terlalu sukar. Disebut kurva juling negatif karena ekor- juling positif karena ekornya di di kiri kanan. jika hasil ulangan digambarkan dalam kurva akan terlihat kurva normal
2% 14% 34% 34% 14% 2% Gambaran prestasi siswa jika soal- Soal ulangan yang disusun ada yang Sukar dan ada yang mudah • Distribusi nilai berdasarkan standar relatif Dalam menggunakan standar relatif atau norm-referenced, kedudukan seorang selalu dibandingkan dengan kawan-kawannya dalam kelompok. c. Standar nilai dari distribusi nilai, dapat membahas masalah standar nilai
Menurut Gronlund distribusi nilai, skor-skor siswa direntangkan menjadi 9 nilai (disebut juga Standar Nines atau stanines) sbb :
Ada yang menggunakan standar enam, presentase penyebaran nilai sbb : • Penyebaran nilai dengan standar enam adalah sbb : 10% siswa yang mendapat nilai tertinggi diberi nilai 9 20% di bawahnya diberi 8 40% di bawahnya diberi 7 20% di bawahnya diberi 6 5% di bawahnya diberi 5 5% di bawahnya diberi 4
Catatan : untuk menentukan persentase siswa yang mendapat nilai,diambil dari nilai gabungan antara nilai tes formatif dan sumatif. Penyimpangan yang mungkin terjadiadalah apabila nilai-nilaiyang diperoleh mengelompok di atas atau dibawah. Sehubungan dengan ini dikeluarkan dua ketentuan : • Jika nilai gabungan formatif dan sumatif hanya berkisar antara 60 – 100, maka daerah nilai dari 4 s.d 9 diubah menjadi 6,5 s.d 9, dengan urutan sebagai berikut 6,5; 7; 7,5; 8; 9. • Jika nilai gabungan formatif dan sumatif hanya 59 ke bawah, maka daerah nilai dari 4 s.d 9 di atas diubah menjadi 4 s.d6,5 dengan urutan sbb : 4;4,5; 5.5;6; 6,5.
Standar eleven(stanel) Ada standar nilai yang lain, yaitu yang dikembangkan di Fakultas Ilmu Pendidikan UGM Dengan stanel ini,sistem penilaian membagi skala menjadi 11 golongan yaitu angka-angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 yangsatu sama lain berjarak sama. Tiap-tiap angka menempati interval sebesar 0,55 SD, bertitik tolak dari Mean = 5 yang menempati jarak antara -0,275 SD sampai +0,275 SD. Seluruh jarak yang digunakan adalah dari -3,025 SD sampai +3,025 SD.
Dasar pemikiran untuk stanel adalah bahwa jarak praktis dalam kurva normal adalah 6 SD yang terbagi atas 11 skala.: 11 skala = 6 SD 1 skala = 6/11 SD = 0,55 SD Stanel 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Mean
Standar sepuluh Untuk mengolah hasil tes,digunakan standar relatif,dengan nilai berskala 1 – 10. Untuk mengubah skor menjadi nilai diperlukan : • Mean (rata-rata skor) • Deviasi Standar (simpangan baku) • Tabel konversi angka ke dalam nilai berskala 1 – 10 Tahap-tahap yang dilalui dalam mengubah skor mentah menjadi nilai berskala 1 – 10 sbb: • Menyusun distribusi frekuensi dari angka-angka atau skor-skor mentah • Menghitung rata-rata skor (Mean) • Menghitung Deviasi Standar atau Standar Deviasi • Menstransformasi (mengubah) angka-angka mentah ke dalam nilai berskala 1 – 10.
Contoh : Angka ulangan Matematika dari 50 siswa 64 58 10 32 45 20 35 40 35 50 45 52 5 46 34 16 28 39 43 38 30 35 15 40 44 22 32 35 39 39 14 44 52 21 46 36 36 42 44 36 56 25 48 29 54 38 42 33 36 38 Distribusi Frekuensi
Menghitung Mean, langkah-langkahnya adalah : • Menentukan Mean Duga (atau Mean Terkaan),yang biasanya diambil pada kelas interval yang mempunyai frekuensi terbesar. Besarnya MT (Mean Terkaan) adalah jumlah batas-batas kelas interval dibagi 2 ,jadi : 33 + 39 MT = = 36 2 • Menentukan Deviasi Duga (diberi simbol d), di mana pada kelas interval yang mengandung MT diberi simbol 0, dan naik satu-satu setiap kelas interval di atasnya, dan turun satu-satu setiap kelas interval dibawahnya • Menghitung Mean yang sebenarnya dengan rumus : Σ fd Mean = MT + 1 ( ) N
2 • Mean = 36 + 1 ( ) = 36 + 0,04 = 36,04 50 • Menghitung Deviasi Standar (DS) atau Standar Deviasi (SD) SD = 1 √ ( fd2) ( fd )2 N N = 7 √ 152 ( 2)2 50 50 = 7 √ 3.04 - 0,0016 = 7 √ 3.0384 = 12.2
STANDAR LIMA Menurut Gronlund penyebaran nilai dengan angka,juga mengemukakan penyebaran nilai dengan huruf yang digambarkan dengan kurva normal -1,5 -0,5 0,5 1,5 F D C B A 7% 24% 38% 24% 7%
Catatan : • Gronlud tidak menggunakan huruf E tetapi huruf F singakatan dari Fail (gagal) • Rentangan persentase ini hanya berlaku bagi populasi yang sangat heterogen. Apabila populasi telah terseleksi akibat kenaikan kelas atau pindah ke tingkat sekolah yang lebih tinggi,maka golongan F yang ada diekor kiri akan berkurang sehingga distribusi menjadi : A.---- 10 sampai 20 % B ---- 20 sampai 30 % C ---- 40 sampai 50 % D ---- 10 sampai 20 % F ---- 0 sampai 10 %
MENCARI NILAI AKHIR FUNGSI NILAI AKHIR Secara garis besar,nilai mempunyai 4 fungsi sbb : • Fungsi instruksional • Fungsi informatif • Fungsi bimbingan • Fungsi administratif FAKTOR-FAKTOR YANG TURUT DIPERHITUNGKAN DALAM PENILAIAN • Unsur umum adalah sbb : • Prestasi/pencapaiam (achievement) • Usaha (effort) • Aspek pribadi dan sosial (personal and social characteristic) • Kebiasaan bekerja (working habits)
CARA MENENTUKAN NILAI AKHIR Penentuan nilai akhir dilakukan terutama pada waktu guru akan mengisi rapor atau STTB. Biasanya guru sudah dibimbing oleh suatu peraturan atau pedoman yang dikeluarkan pemerintah atau kantor/badan yang membawahinya. • Untuk memperoleh nilai akhir, perlu diperhitungkan nilai tes formatif dan tes sumatif dengan rumus: (F1 + F2 + ..........Fn) + 2s n NA = 3
Keterangan : NA = Nilai Akhir F = Nilai tes formati S = Nilai tes sumatif Jadi Nilai Akhir diperoleh dari rata-rata tes formatif (diberi bobot satu) dijumlahkan dengan nilai tes sumatif (diberi bobot dua) kemudian dibagi 3. b. Nilai Akhir diperoleh dari nilai tugas, nilai ulangan harian, dan nilai ulangan umum dengan bobot 2, 3, dan 5. Jadi jika dituliskan dalam rumus menjadi: 2T+ 3H + 5U NA = 10
KETERANGAN : T = Nilai tugas H = Nilai ulangan harian (rata-ratanya) U = Nilai ulangan Umum c. Nilai Akhir untuk STTB diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian (diberi bobot satu) dan nilai EBTA (diberi bobot 2), kemudian di bagi 3. Rumusnya : ΣH + 2E NA = (nH + 2) Dimana : ΣH = Jumlah nilai ulangan harian E = Nilai EBTA nH = Frekeunsi ulangan harian