1 / 14

BMT SUMBER PROTEIN

BMT SUMBER PROTEIN.  Unsur utama bagi makhluk hidup sedang tumbuh dan produktif  Fungsi : - pertumbuhan jaringan - pembentukan/pemeliharaan sel-sel tubuh - produksi telur, bulu, dan laktasi - keperluan hidup pokok  Berasal :

rhian
Télécharger la présentation

BMT SUMBER PROTEIN

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. BMT SUMBER PROTEIN  Unsur utama bagi makhluk hidup sedang tumbuh dan produktif  Fungsi : - pertumbuhan jaringan - pembentukan/pemeliharaan sel-sel tubuh - produksi telur, bulu, dan laktasi - keperluan hidup pokok  Berasal : a). Tanaman :  pembentukan via fotosintesis  terpusat di bagian yang tumbuh (daun, tangkai muda, biji)  adanya bakteri di akar leguminosa (bintil akar) --- : mengubah N-atmosfir  senyawa nitrogen  senyawa N + senyawanya.  disimpan dalam jumlah berbeda di setiap bagian tanaman. b). Hewan  letaknya tersebar ( tulang, ligamentum/penyangga usus, bulu, kulit, jaringan, organ tubuh lainnya)  nilai hayatinya lebih tinggi dibanding protein nabati karena kualitas aa lebih tinggi.  dalam tubuhnya, ternak ruminansia dapat mensintesa protein tubuh dengan bantuan mikroba rumen. Ternak non ruminansia sangat tergantung pada protein ransum yang dikonsumsi  kandungan aa essensial jadi pertimbangan.

  2. BMT sumber protein asal tanaman : - biji-bijian ( leguminosa ); bungkil-bungkilan hasil ikutan industri minyak asal tanaman. - umumnya memiliki faktor pembatas  berpengaruh negatif pada saluran pencernaan dan penggunaan zat-zat makanan dalam tubuh ternak. Kacang kedelai / Glysin Maxi - protein tinggi dan mudah dicerna  nilai gizi tinggi - susunan aa hampir menyerupai susunan aa protein hewani - susunan glisinin + glutelin hampir menyerupai protein susu (casein) ”CASEIN TANAMAN”. - + 80% lemak tak jenuh  penggunaannya pada babi perlu diperhatikan  lemak babi lembek. - kadar mineral tidak begitu tinggi ( Ca : + 0,4%; P : + 0,59%), Fe sangat rendah. - vitamin D, tiamin, riboflavin (cukup berarti), vitamin E (sangat sedikit), minus vit. C

  3. - Faktor pembatasnya adalah a). Anti nutrisi : Anti tripsin ----- mempengaruhi kerja enzim tripsin  protein tidak tercerna sempurna  nilai guna protein rendah.  Hemoglutinin --- mempengaruhi aglutinasi sel-sel darah merah (SDM).  Glukosida --- mempengaruhi hemolisis SDM  Isoflavon --- pengaruh esterogenik - Semua anti nutrisi di atas tidak stabil  dikurangi dengan cara ’pemanasan’. b). aa metionin aa pembatas c). Kompetitif dengan manusia  harga mahal 2. Kacang tanah / Arachis hypogaea - tingginya kadar lemak  bahan minyak - jarang/tidak pernah sebagai pakan ternak, penggantinya justru bungkil kacang tanah. - mengandung anti tripsin + aflatoksin (racun), berasal dari Aspergillus flavus  mengkontaminasi produk (daging, susu, telur) ternak yang mengkonsumsinya. Babi sangat sensitif aflatoksin  pemberiannya harus diperhatikan.

  4. 3. Biji kecipir / Psophocarpus tetragonolobus. - dikenal pula dengan ’WINGED BEAN’ - nilai nutrisi tinggi, seluruh bagian tanamannya dapat dimanfaatkan untuk manusia maupun ternak. - protein masih tinggi. - kandungan aa hampir sama dengan aa kedelai - asam lemak sekitar 15 – 20% (sebagian besar asam lemak tak jenuh). - hasil penelitian melaporkan bahwa : waktu mentah  mengandung anti tripsin  perlu perlakuan khusus (pemanasan; perendaman dan pemasakan; penumbukan/pengepresan saat pembuatan minyak)  penggunaannya meningkat (BMT sumber protein untuk ayam). - BMT pengganti kedelei/bungkil kedelai (non ruminansia) dan HMT bagi ruminansia 4. Biji bunga matahari / Helianthus spp. - alternatif penggunaan kedele yang terbatas. - protein cukup tinggi - kaya arginin + metionin ; miskin lisin, sistin dan glisin. - asam pantotenat + niasin cukup tinggi. - SK tinggi (terutama kulit biji) - faktor pembatasnya :  anti tripsin (mentah)  sifat lengket (tepung), dapat doiatasi dengan pemanasan.

  5.  BMT sumber protein berupa bungkil-bungkilan - diperoleh dari hasil ikutan/limbah industri minyak tanaman - protein masih tinggi - kualitasnya dipengaruhi :  bahan baku  proses pembuatan minyak : mekanik (penekanan/pengepresan)  kualitasnya berbeda tergantung kualitas minyak yang dihasilkan. solvent (pelarut lemak) kadar lemak lebih rendah  mempengaruhi daya simpan. 1. Bungkil kedelai - bungkil dengan kualitas protein yang terbaik – ada glisin dan glutelin - lemak tidak lagi tinggi - SK tergantung bahan baku pembuatan minyak (ada kulit atau tidak). - aa cukup tinggi, kecuali metionin. - umum sebagai penyusun pakan unggas  penggunaan BMT sumber protein asal hewan yang jauh lebih mahal dapat dilurangi - termasuk komoditi impor  harga relatif mahal - penyajian pada babi  dimasak terlebuih dahulu  DC zat nutrisi maksimal.

  6. 2. Bungkil kacang tanah - warna lebih coklat dan sifatnya masih berlemak bila dibanding dengan bungkil kedelai. - kualitas protein cukup tinggi - lemak masih tinggi  mudah tengik  penyimpanan harus diperhatikan, karena jamur penghasil aflaktoksin (racun) mudah tumbuh. Keracunan aflatoksin sering dijumpai pada ternak muda - harga lebih murah dibanding bungkil kedelai - penyusun pakan unggas, babi dan ternak perah 3. Bungkil kelapa - penggunaannya sangat dianjurkan, terutama di sekitar pabrik, karena  harga murah  nilai manfaat tinggi. - protein lebih rendah dibanding bungkil yang lain - kadar lisin rendah; tetapi DC tinggi - pada babi  kualitas lemak baik (keras) 4. Bungkil kecipir - alternatif penggunaan bungkil kedelai, setelah dirintis industri minyak kecipir di Indonesia (daerah transmigrasi). - protein cukup tinggi; tapi miskin sistin + metionin - faktor pembatas  inhibitor ”anti tripsin”

  7. 5 Bungkil karet - protein cukup tinggi - kadar HCN berkurang dibanding bijinya sendiri, meskipun demikian pemberian dalam jumlah besar  penurunan produksi. - kadar lemak << bungkil kacang tanah  penyimpanan lebih lama tanpa tengik/berjamur. - mengandung albumin dan beraroma harum. - pengganti bungkil kelapa/bungkil kacang tanah 6 Bungkil biji kapas - protein tinggi, miskin lisin. - SK bervariasi (ada tidaknya kulit biji) - Gossipol cukup tinggi (+ 0,50%)  penggunaan maksimal pada broiler sekitar 7,5% total ransum. Jika dalam jumlah besar  keracunan. - pemanasan dapat mengurangi kadar gossipol. - penambahan Fe (zat besi) pada pakan atau bersama air minum  menghindari resiko keracunan. 7 Bungkil biji kapuk - Biji kapuk mengandung 22 – 25% minyak dengan kadar asam siklopropenoit (bersifat obat bius) sekitar 10 – 13%. - Proses pembuatan minyak yang kurang sempurna, asam siklo akan terkandung dalam bungkilnya  pengaruh negatif : menurunkan daya tetas telur. kematian ternak non ruminansia (terutama muda) jika diberikan dalam jumlah banyak dan waktu yang lama. - Penggunaan terbatas karena penyediaanny tidak kontinyu. - Tidak mengandung gossipol.

  8.  BMT sumber protein asal hewan - sumber utama protein bagi ternak non ruminansia yang harus tersedia dalam pakan mengingat ternak tersebut tidak dapat mensintesa protein dalam tubuhnya. - Kelebihannya dibanding protein nabati : a) aa lisin dan metionin lebih tinggi b) mineral Ca dan P lebih tinggi c) Vit. B kompleks lebih tinggi (Vit. B 12  hanya ada di protein hewani) d) mengandung ”UNIDENTIFIED GROWTH FACTORS” 1. Tepung ikan - 2,0 % dipenuhi dari dalam negeri  sisanya impor - kadar protein tergantung pada : a) bahan baku - besar - kecilnya ikan - bagian-bagian tubuh ikan yang digunakan - bahan baku berkadar air tinggi  produk mudah busuk - bahan baku lemak tinggi  dimasak – harus diperas  lemak berkurang  mengurangi ’tengik’. - ikan air asin  kadar mineral tinggi, penggunaannya harus dibatasi. b) proses pembuatan - suhu harus diperhatikan, baik saat pemasakan, pemanasan / pengeringan  dapat menurunkan daya guna aa. c) penyimpanan - Asam amino cukup tinggi (glisin, leusin, isoleusin, lisin,valin, arginin)  menentukan harga tepung ikan.

  9. 2. Tepung darah - hasil samping RPH/abattoir yang belum popular diproduksi di Indonesia sebagai BMT. - dari 100 kg darah (kadar air tinggi)  diperoleh 0,5 kg tepung darah - kadar protein tinggi, tetapi aa isoleusin – metionin – arginin rendah  penggunaannya harus dikombinasikan dengan protein hewan lain. - kualitasnya ditentukan oleh proses/cara pembuatan (hubungannya dengan temperature)  kualitas aa. 3. Tepung daging - hasil samping RPH, belum popular diproduksi karena masih bahan pangan utama manusia. - kandungan nutrisi tergantung bahan baku sekaligus proses pembuatannya. - Bentuk-bentuk produk yang termasuk tepung daging : a) meat meal  seluruhnya bahan dari daging b) meat-bone meal  bahan baku daging + tulang c) meat scraps  tetelan daging d) died animal tankage  hewan mati - umumnya kandungan triptopan rendah  jangan dikombinasi dengan jagung (miskin triptopan).

  10. 4. Tepung udang - dikenal komoditi mahal - dibuat dari bahan baku kulit, ekor dan kepala  tingginya mineral  faktor pembatas penggunaannya meskipun kualitas proteinnya >> tepung daging. - kualitasnya juga dipengaruhi oleh proses pembuatan (kaitannya dengan temperatur). 5. Hasil ikutan usaha ternak unggas - berupa : sisa karkas saat pemotongan  hasil ikutan penetasan telur ( kulit telur, telur yang ggal menetas, anak ayam mati saat penetasan)  bulu unggas - kualitas ditentukan bahan baku dan prose pembuatan. 6. Produk-produk air susu - ikutan pengolahan air susu berupa : a) skim milk/susu bawah (diberikan pada ternak yang masih menyusu atau selepas sapih  pengganti sebagian susu induk) b) whey (sisa pembuatan keju /casein) – kaya gula susu (laktosa)  faktor pembatas pengguaannya pada ternak. - bentuk umum : cairan – tepung – cairan kental.

  11. 7. Isi rumen (rumen contents) - komposisi : a) bahan belum tercerna b) organisme rumen  sumber vitamin B - limbah RPH yng sangat potensial tapi belum banyak dimanfaatkan. - kualitas tergantung : a) bentuk pakan yang diberikan pada ternak b) lamanya bahan pakan dalam rumen c) keadaan ternak - penggunaan dalam bentuk kering  sifat bulky faktor pembatas. 8. Kotoran hewan (manure) - merupakan bahan pakan tak tercerna / undigested feed  peluang BMT sumber protein alternatif. - potensial sekali : - ayam (BB 2 kg)  3 – 5 kg/minggu - sapi (BB 650 kg)  50 kg/minggu - babi (BB 80 Kg)  40 kg/minggu - kualitas tergantung : a) komoditi ternak b) tujuan pemeliharaan c) bentuk pakan yang diberikan pada ternak d) kondisi ternak - pemberian dalam bentuk kering  ’BULKY”  faktor pembatas - dalam pemanfaatannya harus dipertimbangkan kemungkinan adanya parasit seperti cyste, cacing tanah atau mikroorganisme patogen  dikeringkan lagi.

  12.  BMT lain sumber protein Non Protein Nitrogen (NPN) - secara kimia, bukan BMT sumber protein murni. Tapi unsur N yang ada digunakan dalam sintesa protein tubuh ternak. - bentuk NPN yang diberikan pada ternak, berupa : a) UREA  sumber N yang murah dan mudah didapat  bersifat higroskopis, dengan warna putih  mengandung 46% N artinya equivalent dengan 2,88 kg protein/kg urea.  cara penyajian : - dicampur dengan konsentrat - dalam bentuk UMB - dicampur dengan silase - sebagai bahan urea amoniasi - disebarkan di pasture  umum dipraktekkan pada jerami amoniasi yang berupa awetan, dengan harapan mampu meningkatkan daya cerna jerami  meningkatkan nilai manfaat jerami pengganti HMT.

  13. b) AMMONIATED PRODUCTS seperti ammonium carbonat ; ammonium chlorida ; ammonium bicarbonate ; ammonium acetate.  digunakan bersama-sama molasses, produk ini sebagai sumber nitrogen + mineral + energi  pada ruminansia  dengan KH, konversi urea  protein dalam tubuh ruminansia, sebagai berikut : mikrobial - U r e a ---------------------- NH3 + CO2 urease mikrobial - Karbohidrat --------------------- VFA + asam keto ensim mikrobial - Asam keto + NH3 -------------------- Asam amino ensim mikrobial - Asam amino ---------------- protein microbial ensim - Mikrobial protein --------------- asam amino bebas ensim | (abomasum + usus halus) | | asam amino (diserap di usus – halus )

  14. Protein Sel Tunggal (PST) - substrat protein hasil biofermentasi mikroorganisme  BMT - bahan baku :  KH (molasses, pati, selulose)  Hidrokarbon ( metan, parafin)  Alkohol (metanol, etanol, propanol) - limbah alkohol + monosodium glutamat berbasis molasses  raginya (kering) masih dapat digunakan sebagai BMT. - sifat mikroorganisme : - sesuai dengan substrat  stabil - tak beracun - mempunyai double time yang pendek - PST dapat dihasilkan oleh non photosyntetic organism, seperti ragi, bakteri dan jamur, serta photosyntetic organism, seperti ganggang.  RAGI : Candida utilis, Candida lipolytica  BAKTERI : Methamonas methanica, Pseudomonas methatica  JAMUR : Aspergillus niger  GANGGANG : Blue green algae - Kualitas PST sangat tergantung pada temperatur + kelembaban yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme. - Kendala PST sebagai BMT : a) Unpalatable  ragi pahit ; aroma jamur dan bakteri kurang sedap  konsumsi terpengaruh. b) DC bervariasi  ditentukan mikroorganisme yang digunakan  PST dengan mikroorganisme hidup  DC rendah  Ganggang dimasak – difermentasi  DC tinggi c) Racun  hasil samping mikroorganisme atau terkontaminasi d) Kualitas protein  umumnya miskin aa sulfur e) PST adalah makhluk hidup  ada asam nukleat f) Tidak ekonomis  peralatan mahal

More Related