1 / 16

PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH

PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH. oleh : Dr. Ir. Soenarno, Dipl.HE. Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah. Latar Belakang. Fokus pertumbuhan ekonomi mengakibatkan percepatan urbanisasi ( punctuated urbanization ).

taran
Télécharger la présentation

PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH oleh : Dr. Ir. Soenarno, Dipl.HE. Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah

  2. Latar Belakang • Fokus pertumbuhan ekonomi mengakibatkan percepatan urbanisasi (punctuated urbanization). • Urbanisasi di Indonesia: 37,5% (1995) menjadi 40,5% (1998). • Proses urbanisasi yang tidak terkendali semakin mendesak produktifitas pertanian.

  3. Latar Belakang (lanjutan) • Indonesia harus mengimpor produk-produk pertanian - kedelai : 1.277.685 ton/ US$ 275 juta - sayur-sayuran: US$ 62 juta - buah-buahan: US$ 65 juta • Perlu perubahan paradigma dalam pendekatan pembangunan perdesaan (urban-rural linkages)

  4. Issue dan Permasalahan Pengembangan Kawasan Perdesaan • UU No. 24/ 1992: pentingnya penegasan terhadap “kedudukan” kawasan perdesaan (fungsi dan peran kawasan perdesaan) • Laju pertumbuhan perekonomian tinggi memunculkan ketimpangan kesenjangan kawasan perdesaan dan perkotaan.

  5. Issue dan Permasalahan Pengembangan Kawasan Perdesaan (lanjutan) • Meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia memunculkan kerisauan terjadinya keadaan “rawan pangan” • Rendahnya produktifitas pertanian, sistem pemasaran, dan kualitas lingkungan permukiman serta kelembagaan yang tidak kondusif.

  6. Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan • Kawasan agropolitan: sistem fungsional desa-desa dengan hirarki keruangan desa, yakni adanya pusat agropolitan dan desa-desa di sekitarnya. • Pusat agropolitan terkait dengan sistem pusat nasional, propinsi, dan kabupaten (RTRW Propinsi/ Kabupaten) • Ciri: berjalannya sistem & usaha agribisnis di pusat agropolitan yang melayani dan mendorong kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya

  7. Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan DPP PASAR/GLOBAL • Keterangan: • Penghasil Bahan Baku • Pengumpul Bahan Baku • Sentra Produksi • Kota Kecil/Pusat Regional • Kota Sedang/Besar (outlet) • Jalan & Dukungan Sapras • Batas Kws Lindung, budidaya, dll • Batas Kws Agropolitan DPP DPP DPP : Desa Pusat Pertumbuhan

  8. Keterkaitan Pusat Agropolitan dengan Sistem Pusat Nasional, Propinsi, dan Kabupaten Kawasan 2 Kawasan 1 Jalan Nasional Jalan Propinsi Jalan Propinsi Jalan Kabupaten Jalan Kabupaten Keterangan : Pusat Kegiatan Nasional Jalan Lokal Jalan Lokal Pusat Kegiatan Wilayah Pusat Kegiatan Lokal Pusat Agropolitan

  9. Master Plan Pengembangan Kawasan Agropolitan • Sebagai acuan penyusunan program pengembangan kawasan • Muatan: • Sistem pusat-pusat kawasan yang terkait Sistem Nasional, Propinsi/ Kabupaten • unit-unit kawasan pengembangan • Penetapan sektor unggulan. • Dukungan sistem infrastruktur • Dukungan sistem kelembagaan

  10. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Agropolitan 1. Kebijakan Pengembangan • berorientasi pada kekuatan pasar (market driven), melalui pemberdayaan masyarakat • penyediaan prasarana dan sarana pendukung pengembangan agribisnis • komoditi yang akan dikembangkan bersifat export base bukan row base • Consumer oriented melalui sistem keterkaitan desa dan kota (urban-rural linkage).

  11. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Agropolitan (lanjutan) 2. Strategi Pengembangan • Penyusunan master plan pengembangan kawasan agropolitan yang menjadi acuan masing-masing wilayah/ propinsi • Penetapan Lokasi Agropolitan terkait Sistem Nasional, Propinsi/ Kabupaten • Sosialisasi Program Agropolitan

  12. Program Pengembangan Kawasan Agropolitan • Penyiapan Master Plan Kawasan Agropolitan • Dukukungan prasarana dan sarana Kimpraswil (PSK): - Tahun 1: kawasan-kawasan sentra produksi (air baku, jalan usaha tani & pergudangan) - Tahun 2: meningkatkan nilai tambah & pemasaran (sarana penjaga kualitas & pemasaran ke luar kawasan) - Tahun 3: meningkatkan kualitas lingkungan perumahan & permukiman

  13. Program Pengembangan Kawasan Agropolitan (lanjutan) • Pendampingan Pelaksanaan Program masyarakat ditempatkan sebagai pelaku utama, pemerintah berperan memberikan fasilitasi dan pendampingan sehingga mendapatkan keberhasilan yang lebih optimal • Pembiayaan Program Agropolitan - dilakukan oleh masyarakat, - fasilitasi pemerintah melalui dana stimultans

  14. Dukungan Departemen Permukiman & Prasarana Wilayah • Tahun Anggaran 2002 • Bantek Penyusunan Rencana Teknis & DED 7 kawasan di 7 Propinsi. • Dana stimulan pengembangan prasarana dan sarana. • Sosialisasi program-program pengembangan kawasan agropolitan. • Bantek Identifikasi dan Penyusunan Program Pengembangan Kawasan Agropolitan di 29 Propinsi

  15. Dukungan Departemen Permukiman & Prasarana Wilayah (lanjutan) • Tahun Anggaran 2003 • Penyiapan Pedoman Penyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Agropolitan. • Pengembangan Program Pengembangan Kawasan Agropolitan minimal 1 kawasan di setiap Propinsi. • Penyiapan dukungan sarana dan prasarana wilayah untuk kawasan agropolitan

  16. Penutup • Pembangunan kawasan perdesaan tidak bisa dipungkiri merupakan hal yang mutlak dibutuhkan • Pengembangan kawasan agropolitan menjadi sangat penting dalam kontek pengembangan wilayah: • Kawasan & sektor sesuai dengan keunikan lokal. • Pengembangan kawasan agropolitan meningkatkan pemerataan. • Keberlanjutan dari pengembangan kawasan dan sektor menjadi lebih pasti  sektor yang dipilih mempunyai keunggulan kompetitif dan komparatif dibandingkan dengan sektor lainnya. • Penetapan sistem pusat agropolitan terkait Sistem Nasional, Propinsi, dan Kabupaten

More Related