1 / 18

MENJELANG KONGRES KEHUTANAN INDONESIA V

MENJELANG KONGRES KEHUTANAN INDONESIA V. PENGANTAR SOSIALISASI Agus Setyarso Wakil Ketua SC KKI V agusse@yahoo.com. Tujuan sesi ini. Menyampaikan pesan-pesan yang terkandung pada rencana penyelenggaraan KKI V Menyampaikan berbagai peran yang dapat dimainkan oleh para pihak pada KKI V

kibo-lucas
Télécharger la présentation

MENJELANG KONGRES KEHUTANAN INDONESIA V

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. MENJELANG KONGRES KEHUTANAN INDONESIA V PENGANTAR SOSIALISASI Agus Setyarso Wakil Ketua SC KKI V agusse@yahoo.com

  2. Tujuan sesi ini • Menyampaikan pesan-pesan yang terkandung pada rencana penyelenggaraan KKI V • Menyampaikan berbagai peran yang dapat dimainkan oleh para pihak pada KKI V • Mengundang usulan atau masukan para pihak pada penyelenggaraan KKI V

  3. Isi paparan • Latar belakang KKI V • Tema • Skenario • Peserta

  4. Latar belakang • Perspektifpolitikkehutanan pada konteks politik nasional maupun politik global selama ini tidak pernah jelas dan tegas. • Akibatnya kehutanan tidak pernah memegan peran aktif pada kancah politik, dan hanya menjadi obyek politik. Kekayaan sumberdaya hutan dan lingkungannya justru membawa penyakit “dutch desease”, yang menempatkan sumberdaya hutan menjadi perahan serta membuat ekonomi dan sektor industri yang terkait kehutanan menjadi malas bergerak.

  5. Dari sisi legal, sektor kehutanan tidak ditempatkan sebagai sektor prioritas di dalam pembangunan. Di banyak daerah, situasi seperti ini juga jelas teridentifikasi. • Artinya, kepemimpinan nasional dan banyak kepemimpinan daerah tidak mempunyai landasan legal untuk berkewajiban memperhatikan dan memprioritaskan kehutanan pada konteks kehidupan masyarakat dan pembangunan ekonomi

  6. Di tataran kebijakan, kehutanan nasional dan banyak kehutanan daerah telah menjadi objek dari berbagai kebijakan . • Produk kebijakan kehutanan seringkali berbenturan dengan produk kebijakan sektoral lainnya dan banyak menjadi alasan untuk menyatakan bahwa kehutanan menghambat pembangunan. • Produk kebijakan kehutanan seringkali tidak dapat diimplementasikan di tingkat lapangan, seringkali diubah menjadikan tidak konsistennya implementasi kebijakan dan justru menjadikan pelaku di sektor kehutanan merasa tidak aman, bingung, dan penuh resiko. • Intervensi pihak lain ke dalam urusan kehutanan menjadi semakin besar dan menambah keruwetan di tingkat lapangan • Dampak paling besar adalah keberlanjutan kehidupan masyarakat yang tinggal di dalam maupun di sekitar hutan

  7. Kongres Kehutanan Indonesia IV pada tahun 2006 sebenarnya telah menyadari perlunya posisi politik dan kebijakan yang tegas dan jelas untuk kehutanan Indonesia. Sistem kehutanan harus dibangun kembali dan oleh karenanya secara khusus KKI IV telah menghasilkan deklarasi yang bersisi Kesepahaman Kehutanan Indonesia (Indonesia Forestry Accord). • KKI IV juga membentuk Dewan Kehutanan Nasional (DKN) yang bersifat organisasi berbasis konstituen, dan tersusun atas keterwakilan para pihak utama di kehutanan Indonesia (pihak Masyarakat, pemerintah, bisnis, LSM, dan akademisi). Disepakati di dalam Kongres bahwa kehadiran DKN tidakbolehmelemahkanposisilembaga yang lain tetapijustruharusbisamenguatkan • Saat ini DKN telah memasuki tahun kelima dan sudah waktunya untuk dievaluasi dan direvitalisasi.

  8. KKI V diperlukanuntuk tindakanredefining, refocusing, reformulatingpolitikkehutanan, kebijakankehutanandanimplementasipembangunankehutanan Indonesia. • KKI V tidak akan memenuhi azas representasi dan kesemestaannya tanpa peran dan aspirasi para pihak di daerah. Atas dasar itu, Pertemuan Regional menjadi sangat strategis untuk diselenggarakan.

  9. Tema: Kembalikan hutan sebagai nafas kehidupan dan ekonomi bangsa 21-24 November 2011

  10. Skenario KKI V • Skenario utama: • Mewujudkan posisi politik kehutanan Indonesia sesuai dengan tema KKI V • Evaluasi kinerja pembangunan kehutanan 5 tahun terakhir • Garis-garis Besar Pembangunan Kehutanan 5 tahun menurut multi pihak – mempertimbangkan footprint KKI terdahulu • Penguatan kelembagaan DKN – pemilihan presidium

  11. Skenario side events: • Forum DKN untuk tatakepemerintahan • Forum DKN untuk resolusi konflik • Forum DKN untuk REDD+ • Forum DKN untuk revitalisasi ekonomi kehutanan • Skenario penyelenggaraan: • Rangkaian KKI – individual event • Pra kongres Regional • Kongres

  12. Kepanitiaan • Panitia Nasional KKI V • Penanggung Jawab • Ketua: I made Subadia Gelgel • Wakil Ketua: Iman Santosa • Panitia Pengarah • Ketua: Hadi Pasaribu • Wakil Ketua: Agus Setyarso • Panitia Pelaksana • Ketua: Bambang Hendroyono

  13. Proses menuju penetapan sikap politik • Identifikasi aspirasi politik dari daerah • DPD sebagai “host” untuk perdebatan awal • Diperkaya dengan tokoh-tokoh “kehutanan” • Elemen ekonomi politik, ekologi politik, politik kepemerintahan dan kelembagaan • SC punya garis besar politik – kemudian bentuk tim kecil, difinalisasi, terus dibawa ke DPD dan leverage politik, kemudian dihantarkan ke Kongres • Di daerah, proses serupa diharapkan dapat dilaksanakan

  14. Isu perubahan organisasi DKN • Definisi kamar termasuk perubahan istilah “kamar” • Jumlah anggota presidium dan proporsinya setiap kamar • Keberadaan anggota presidium berbasis kompetensi (ABK) • Aspirasi asosiasi “profesi” untuk masuk sebagai anggota presidium (alternatif: Kamar Akademisi dan Profesi) • Status keberadaan kamar Pemerintah • Status anggota presidium kamar pemerintah di luar kehutanan

  15. Apakah ada usulan isu lain dari daerah untuk di angkat di KKI V?

  16. Peserta KKI V • Wakil propinsi satu orang per kamar – 33 x 5 = 165 orang • Jabodetabek: 5 orang per kamar = 25 orang • Pengamat: melalui pendaftaran • Anggota presidium: 18 orang • Wakil kamar dengan hak suara ditetapkan oleh anggota presidium masing-masing kamar • Proporsi wakil kamar dengan hak suara ditetapkan dengan mempertimbangkan luasan hutan termasuk hutan hak

  17. Ada yang perlu diklarifikasi?

  18. Silakan untuk menyampaikan komentar dan saran

More Related