430 likes | 955 Vues
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP). I. PENGERTIAN
E N D
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS(AHP) I. PENGERTIAN Herbert A.Simon, pemenang nobel mengatakan bahwa para manajer atau pengambil keputusan tidak lagi berusaha mengoptimumkan suatu tujuan tunggal seperti: memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya, tetapi telah berubah untuk berusaha mencapai suatu tingkat keuntungan yang memuaskan atas teraihnya beberapa tujuan, misalnya : tingkat keuntung-an yang memuaskan, tanggung jawab sosial, hubungan masyarakat, hubungan dengan serikat buruh, dan perlindungan terhadap lingkungan.
Salah satu metode yang dikembangkan untuk menyele-saikan masalah keputusan banyak tujuan atau kriteria adalah Analytical Hierarchy Process (AHP). AHP yang dikembangkan oleh Thomas Saaty merupa-kan metode untuk membuat urutan alternatif keputusan dan memilih yang terbaik pada saat pengambil keputus-an memiliki beberapa tujuan atau kriteria untuk meng-ambil keputusan tertentu. Peralatan utama AHP adalah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan ke dalam kelompoknya, kemudian kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki (Permadi, 1992).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam melaku-kan proses penajabaran hirarki tujuan, yaitu : 1. Pada saat penjabaran tujuan ke dalam subtujuan, harus diperhatikan apakah setiap aspek dari tujuan yang lebih tinggi tercakup dalam subtujuan tersebut. 2. Meskipun hal tersebut dipenuhi, perlu menghindari ter-jadinya pembagian yang terlampau banyak, baik dalam arah horizontal maupun vertikal. 3. Untuk itu sebelum menetapkan suatu tujuan untuk men-jabarkan hirarki tujuan yang lebih rendah, maka dilaku-kan tes kepentingan, “Apakah suatu tindakan/hasil yang terbaik akan diperoleh bila tujuan tersebut tidak dilibatkan dalam proses evaluasi ?”
Model AHP pendekatannya hampir identik dengan model perilaku politis, yaitu merupakan model keputusan (individual) dengan menggunakan pendekatan kolektif dari proses pengambilan keputusannya. AHP yang dikembangkan oleh Thomas L Saaty, dapat memecahkan masalah yang kompleks dimana aspek atau kriteria yang diambil cukup banyak. Juga komplek-sitas ini disebabkan oleh struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian persepsi pengambil keputusan serta ketidakpastian tersedianya data statistik yang akurat atau bahkan tidak ada sama sekali. Adakalanya timbul masalah keputusan yang dirasakan dan diamati perlu diambil secepatnya, tetapi variasinya rumit sehingga datanya tidak mungkin dapat dicatat secara neumerik.
Kelebihan AHP dibandingkan dengan yang lainnya adalah : 1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kre-teria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam. 2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas tole-ransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan. 3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambil keputusan. Selain itu AHP mempunyai kemampuan untuk meme-cahkan maslah yang multi-objektif dan multi-kriteria yang berdasar pada perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hirarki.
Langkah-langkah dalam metode AHP : 1. Mendifinisikan masalah dan menentukan solusi yang di-inginkan. 2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan subtujuan-subtujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah. 3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbadingan dilakukan berdasarkan “judgment” dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.
4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga di-peroleh judgment seluruhnya sebanyak n.[(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. 5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi. 6. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki. 7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbanding-an berpasangan. Nilai vektor eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensistesis judgment dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan. 8. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih dari 10 persen maka penilaian data judgment harus diperbaiki.
Secara naluri, manusia dapat mengantisipasi besaran sederhana melalui inderanya. Proses yang paling mudah adalah membandingkan dua hal dengan keakuratan perbandingan tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu Saaty (1980) menetapkan skala kuantitatif (1 sampai dengan 9) untuk menilai tingkat kepentingan suatu elemen terhadap elemen lainnya. _____________________________________________ Tingkat Kepentingan Nilai Angka (Referensi) --------------------------------------------------------------------------- Sama disukai 1 Sama hingga cukup disukai 2
Cukup disukai 3 Cukup hingga sangat disukai 4 Sangat disukai 5 Sangat disukai hingga amat sangat disukai 6 Amat sangat disukai 7 Amat sangat disukai hingga luar biasa disukai 8 Luar biasa disukai 9 --------------------------------------------------------------------------- Contoh Perhitungan : Seorang mahasiswa dihadapkan pada persoalan me-milih aktivitas pada masa liburnya, ia memiliki dua alternatif, yaitu membaca di rumah atau rekreasi ke pantai. Ia memandang bahwa membaca di rumah (M) memilki kepentingan dua kali lebih penting dibandingkan
dengan rekreasi ke pantai (R), sehingga akumulasi pemikiran dia atas aktivitas masa liburnya dapat diekspresikan ke dalam bentuk matriks sbb : M R M R
CONTOH PENGGUNAAN AHP : Southcorp Development mendirikan dan mengelola mal di Amerika. Perusahaan telah menidentifikasi 3 (tiga) lokasi potensial untuk proyeknya, yaitu : Atlanta (A), Birmingham (B), dan Charlotte (C). Perusahaan juga telah mengidentifikasi 4 (empat) kriteria utama sebagai dasar perbandingan lokasi, yaitu : (1). Pangsa Pasar Pelanggan (termasuk ukuran pasar dan populasi pada tiap tingkat usia), (2) Tingkat Pendapatan, (3) Infrastruktur (termasuk listrik dan jalan raya), dan (4) Transportasi (yaitu : kedekatan dengan jalan layang untuk memudahkan akses pelanggan dan antaran dari pemasok).
Tujuan perusahaan keseluruhan adalah memilih lokasi terbaik. Tujuan ini berada pada puncak hirarki masalah di atas. Pada tingkat hirarki berikutnya (kedua) ditentu-kan bagaimana kontribusi keempat kriteria dalam pen-capaian tujuan. Pada tingkat hirarki masalah ditentukan bagaimana tiap alternatif lokasi memberikan kontribusi pada tiap kriteria. 1. Lokasi-Pangsa Pasar : A B C A B C
2. Lokasi-Pendapatan 3. Lokasi Infrastruktur A B C A B C A A B B C C 4. Lokasi-Transportasi A B C A B C
MENGEMBANGKAN PREFERENSI DLM KRITERIA 1. Lokasi-Pangsa Pasar : A B C Rata-rata ------------------------------------------------------------ A 0,5455 0,3333 0,6250 0,5012 B 0,1818 0,1111 0,0625 0,1185 C 0,2727 0,5556 0,3125 0,3803 ------------------------------------------------------------ Jumlah = 1,0000
2. Lokasi-Pendapatan A B C Rata-rata ------------------------------------------------------------ A 0,2400 0,3750 0,2308 0,2819 B 0,0400 0,0625 0,0777 0,0598 C 0,7200 0,5625 0,6923 0,6583 ------------------------------------------------------------ Jumlah = 1,0000
3. Lokasi-Infrastruktur A B C Rata-rata ------------------------------------------------------------ A 0,2000 0,2258 0,1111 0,1790 B 0,6000 0,6774 0,7778 0,6850 C 0,7200 0,5625 0,1111 0,1360 ------------------------------------------------------------ Jumlah = 1,0000
4. Lokasi-Transportasi A B C Rata-rata ------------------------------------------------------------ A 0,1667 0,5277 0,0909 0,1561 B 0,5000 0,6316 0,7273 0,6196 C 0,3333 0,3958 0,1818 0,2243 ------------------------------------------------------------ Jumlah = 1,0000
Matriks Preferensi Kriteria : --------------------------------------------------------------------------- Kreteria Lokasi P-Pasar Pendapatan Infrastruktur Transport --------------------------------------------------------------------------- A 0,5012 0,2819 0,1790 0,1561 B 0,1185 0,0598 0,6850 0,6196 C 0,3803 0,6583 0,1360 0,2243 ---------------------------------------------------------------------------
Merangking Kriteria : ------------------------------------------------------------------------------- Kriteria Pasar Pendapatan Infrastruktur Transport ------------------------------------------------------------------------------- Pasar 1 1/5 3 4 Pendapatan 5 1 9 7 Infrastruktur 1/3 1/9 1 2 Transportasi ¼ 1/7 ½ 1 -------------------------------------------------------------------------------
Matriks normalisasi (rata-rata) : ------------------------------------------------------------------------------- Kriteria Psr Pndpt Infra Transp Rata-rata ------------------------------------------------------------------------------- Psr 0,1519 0,1375 0,2222 0,2857 0,1993 Pndpt 0,7595 0,6878 0,6667 0,5000 0,6535 Infra 0,0506 0,0764 0,0741 0,1429 0,0860 Transp 0,0380 0,0983 0,0370 0,0714 0,0612 ------------------------------------------------------------------------------- 1,0000 -------------------------------------------------------------------------------
Mengembangkan Rangking Keseluruhan : ----------------------------------------------------------------------------------------- Lokasi Skor ----------------------------------------------------------------------------------------- Charlotte 0,5314 Atlanta 0,3091 Birmingham 0,1595 ------------------------------------------------------------------------------------------
KONSISTENSI AHP Proses analisis betingkat (AHP) dilakukan ber-dasarkan perbandingan pasangan yg digunakan pengambil keputusan untuk menetapkan preferensi antara alternatif-alternatif keputusan untuk berbagai kreteria. Prosedur normal AHP dalam mengembangkan perbandingan pasang-an adalah melalui wawancara untuk mendapat-kan pernyataan dari pengambil keputusan dgn menggunakan skala preferensi. Meskipun demi-kian ketika seorang pengambil keputusan harus membuat banyak perbandingan, ia bisa melupa-kan pernyataan sebelumnya.
Karena AHP dihitung berdasarkan pernyataan ini, maka validitas dan konsistensi pernyataan menjadi penting, yaitu preferensi yg dibuat untuk satu perbandingan pasangan harus konsisten dengan pasangan lainnya. Inkonsistensi ini dapat terjadi dalam AHP jika pengambil keputusan harus membuat pernyata-an lisan mengenai berbagai perbandingan pa-sangan. Secara umum, hal ini bukan suatu masalah serius, karena sedikit inkonsistensi masih dapat diterima. Namun indeks konsis-tensi (consistency index) dapat dihitung untuk mengukur tingkat inkonsistensi dalam perban-dingan pasangan.
Masing-masing nilai tersebut dibagi dengan bobot terkait yg diperoleh dari vektor preferensi kreteria : 0,8328 : 0,1993 = 4,1786 2,8524 : 0,6535 = 4,3648 0,3474 : 0,0860 = 4,0401 0,2474 : 0,0612 = 4,0422 ------------------------ Jumlah = 16,6257 Nilai rata-rata = Jumlah/n = 16,6257/4 =4,1564
Jika CI = 0, maka pengambilan keputusan yg sangat konsisten, sedangkan CI > 0, maka pengambilan keputusan yang tidak konsisten (inkonsisten). Jika CI > 0 harus dilihat kembali ratio CI dengan RI (RI=Random Indeks). Nilai RI ditunjukkan pada tabel berikut : -------------------------------------------------------------------------- n : 2 3 4 5 6 7 8 9 10 -------------------------------------------------------------------------- RI : 0 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,51 --------------------------------------------------------------------------
CI/RI = 0,0521/0,90 = 0,0580 (5,8 %) Secara umum, tingkat konsistensi adalah sangat memuaskan (CI/RI ≤ 0,10), tetapi sebaliknya jika CI/RI > 0,10 maka terdapat inkonsistensi yg serius dan hasil analisis AHP tidak mempunyai arti atau analisis AHP tidak ampuh dalam peng-ambil keputusan.