1 / 7

Analisis Negara di Indonesia: Islam dan Negara

Analisis Negara di Indonesia: Islam dan Negara. Kajian-kajian hubungan Islam-negara Geertz: Santri, priyayi, abangan Unparallel categorization Description of each categorization is untenable Priyayi banyak yang santri Noor: Modernis, tradisionalis ---> muslim santri

rod
Télécharger la présentation

Analisis Negara di Indonesia: Islam dan Negara

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Analisis Negara di Indonesia:Islam dan Negara Kajian-kajian hubungan Islam-negara Geertz: Santri, priyayi, abangan Unparallel categorization Description of each categorization is untenable Priyayi banyak yang santri Noor: Modernis, tradisionalis ---> muslim santri Keduanya mendukung syariah Afiliasi politik ---> Masyumi [kemudian pecah ---> Partai NU] Muslim non-santri ---> the religiously neutral nationalist [menolak Islam sebagai basis negara]; the Muslim nationalist [mendukung Islam sebagai basis negara] Samson: Santri: fundamentalis [penerapan doktrin Islam dalam kehidupan publik & privat], akomodasionis [politik otonom dari agama, mengakui & bekerjasama dengan kelompok sekuler], reformis [bekerjasama secara kritis dengan kelompok sekuler] Assyaukanie, 2009: 1-23, 57-96, 222-233

  2. Kajian-kajian hubungan Islam-negara Ali & Effendy: AwalOrdeBaru ---> perubahan: neo-modernis [campurantradisi & modernitas], sosial-demokrat [Islam inspirasiuntukkeadilansosial-ekonomi], internasionalis/universalis [Islam universal & panduandalamberbagaiaspekkehidupan], modernis Woodward: Indigenized muslims [~ abangan, PDIP], traditional muslims [NU, PKB], the Islamic modernist [PBB, PKS, PAN], the Islamist [~ fundamentalis, tidakmemilikiorientasiparpol], the neo-modernist [~ liberal, inklusif, toleran, tidakmemilikiorientasiparpol] Hefner Civil Islam [demokrasi, kebebasan, pluralisme, hak-haksipil], regimist Islam [dibentukolehrezimSoeharto, anti-demokrasi, represif, otoriterian] Partisanship civil Islam [Fealy], karakter Islam regimistatauOrdeBaru [Mujani] Geertz, Samson, Noor, Hefner ---> terlaluumum Ali & Effendy, Woodward ---> terlaluspesifik, tidakfleksibel, fokuspadatendensiideologi Assyaukanie, 2009: 1-23, 57-96, 222-233

  3. Three Muslim Models of Polity Islamic Democratic State 1 The exponents: Natsir, Zainal Abidin Ahmad, Sjafruddin Prawiranegara, Mohamad Roem, Abu Hanifah, Hamka, Rasjidi, Wachid Hasjim, Idham Chalid, Imron Rosjadi, Mohammad Dahlan, Hatta Foundation of model Islam dan negara: progresif [Masyumi, islamisasi melalui jalur demokratis, Islamic democratic state] vs radikal [DI, negara Islam melalui kekuatan bersenjata] Natsir & Ahmad ≠ Prawiranegara, Roem: konsep, model referensi [Pakistan]; Arab Saudi bukan model negara Islam Menentang teokrasi ---> menyatukan agama-negara melalui cara demokrasi [Inggris, USA] ---> menjamin doktrin agama dalam masyarakat Agama: alat untuk memelihara kewajiban agama dan dunia ---> tujuan akhir: syariah ---> penemuan manusia, tidak berkaitan dengan agama Agama & negara: negara dicapai melalui cara rasional, bukan relijius ---> adopsi sistem yang baik; negara adalah subordinat dari agama ---> menjamin agama; negara dipelihara secara rasional Menentang sekularisme: duniawi, tidak mengakui akhirat, Tuhan; negara melayani agama, bukan memisahkannya; religious neutrality ---> negara tidak melayani /memarjinalkan agama Piagam Jakarta: jaminan Indonesia tidak akan menjadi negara sekuler ---> Depag sebagai kompensasi Islamic roots of democracy Era Nabi dan empat sahabat; deliberative method in the decision-making process; empat dasar negara Islam: kedaulatan rakyat, amanah, keadilan, ketuhanan; kedaulatan rakyat dibatasi oleh kedaulatan Tuhan; shura, uli al-amr, al-ijma, ahl al-hall wa al-aqd’ Assyaukanie, 2009: 1-23, 57-96, 222-233

  4. Islamic democratic state 2 Oposisi: memberiapresiasiterhadapoposisi; oposisiSoekarno, PRRI Basis ekonomi: EkonomiTerpimpin [Prawiranegara] Tigaprinsipekonomiterpimpin: [1] ekonomiharusdiaturdandirencanakan; pengaturanmestiatasdasartanggung-jawab & mampumendorongaktivitasekonomimasyarakat , [2] eksploitasi & penindasanekonomidilarang, [3] pengaturan yang dilakukanpemerintahtidakbolehdiskriminatif ~ sosialis Sistemekonomi, bank, riba Keterbatasan model KedulatanTuhan: kepentinganTuhanataukepentinganmanusia? Bagaimanamembedakannya? Dalamkenyataanseringkalicampur-aduk Hakpolitik non-muslim [menjadipemimpin] ---> politis, historis [kedekatan Kristen dengankolonialisme, kristenisasi, dominasidalam BPUPKI Hakpolitik non-muslimsecaraumum ---> positif, tidakdiskriminatif Hak-hakperempuan: mendukunghak-hakperempuan, termasukmenjadikepalanegara ---> belakanganada yang menolak Assyaukanie, 2009: 1-23, 57-96, 222-233

  5. Islamic democratic state 3 The decline of the model Ketergantungan pada Masyumi Masyumi dilarang oleh Soekarno dan Soeharto ---> ide Islamic democratic state melemah Muncul generasi baru Islam pada era Soeharto ---> akomodatif terhadap rezim, bersikap kritis terhadap Islam politik Assyaukanie, 2009: 1-23, 57-96, 222-233

  6. Religious Democratic State Respon generasi baru [intelektual] muslim terhadap kegagalan ideologi Islam dalam mendominasi negara, sebagaimana dilakukan generasi Masyumi ---> strategi baru di tengah situasi baru [otoriterianisme Orde Baru] Indonesia negara pluralistik ---> menerima Pancasila ---> tidak bertentangan dengan Islam, Islam tidak memiliki konsepsi yang eksplisit tentang institusi politik, termasuk negara Masyarakat politik mesti relijius ---> menolak sekularisasi, mendukung nilai-nilai agama dalam kehidupan bernegara, mendukung institusi-institusi agama yang ditopang negara [Depag, MUI, guru agama,dsb] Tokoh: Amien Rais, Syafii Maarif Assyaukanie, 2009: 1-23, 57-96, 222-233

  7. Liberal Democratic State Hal-hal yang berkaitandenganpolitik ---> diluar agama Islam: a religion of morality Memisahkanhal-hal yang besifatduniawidarihal-hal yang bersifatukhrowi Agama: the source of transcendental ethical values for human life Tidakberartisekuler, tapisekulerdalamhal-hal yang berkaitandenganisu-isu agama danpolitik Menolakidenegara Islam danpenerapansyariah Negara tidakbolehcampur-tangandalamurusan agama; agama adalahurusanprivat Tokoh: Gus Dur, NurcholishMadjid Assyaukanie, 2009: 1-23, 57-96, 222-233

More Related