1 / 17

Timbulnya Aliran Penemuan Hukum

Timbulnya Aliran Penemuan Hukum. 1. Merupakan bukti bahwa hukum itu dinamis. 2. Tidak bisa digunakan secara rigid/ kaku. 3. Bersifat untuk mengisi kefakuman hukum dan melengkapi sistem hukum yang sudah ada.

belita
Télécharger la présentation

Timbulnya Aliran Penemuan Hukum

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Timbulnya Aliran Penemuan Hukum • 1. Merupakan bukti bahwa hukum itu dinamis. • 2. Tidak bisa digunakan secara rigid/ kaku. • 3. Bersifat untuk mengisi kefakuman hukum dan melengkapi sistem hukum yang sudah ada. • 4. Mampu menjadi legal problem solfing dalam mengatasi masalah hukum di masyarakat.

  2. Aliran Penemuan Hukum • 1. Bertolak pada dua aspek, yaitu aspek Historis dan aspek Sumber hukum dan sangat erat dengan sejarah hukum. • 2. Diawali dengan adanya aliran hukum kebiasaan, legisme sampai dengan penemuan hukum yang modern.

  3. Penemuan Hukum • ’’ Von Savigny’’Penemuan hukum sangat dipengaruhi oleh karakteristiknya masing masing, dan karakteristik itulah yang mnetukan sifat yang khas dari masing masnig aliran

  4. Sbl th 1800 sm Hk kebiasaan Sangat beraneka ragam Kurang menjamin kepastian hukum Reaksi thd hukum kebiasaan Muncul gerakan kodifikasi Legisme UU satu satunya sumber hkm PERKEMBANGANALIRAN HUKUM La bouche de la loi Hakim sbg subsumtie • Tokoh tokoh nya adalah • Mountesque • Robblespleme • Fennet • J. Rousseau Radikal terhadap Legisme

  5. UU tidak mungkin lengkap dan tuntas Reaksi thd Legisme Madzab Historis UU tidak mampu pecahkan problem masyarakat Bedriff Jurisprudence (Rudolf Van Jhering) Terdapat Recht Vacuum Intersse Jurisprudence (Rudolf Van Jhering) Socidogische Rechtscule (Hamaker, Hymans) Muncul Aliran Freirecht Bewegung (Kantoro Wics) Open System Van Het Recht (Paul Scholten) Penemuan Hukum Modern (Problem Oriented) Aliran Studi hukum Krisis (Criical Legel Study)

  6. Aliran Legisme • Berpandangan bahwa satu-satunya sumber hukum adalah Undang-Undang, UU sudah dianggap lengkap dan jelas mengatur smua persoalan hukum. • Hakim tidak boleh berbuat selain menerapkan UU. • Hakim sekedar sbg corong UU atau La bouche de la loi. • Hakim hanya sebagai subsumtic automatic.

  7. Mazhab Historis 1 Hukum itu ditentukan secara historis 2 Hukum itu tumbuh dari kesadaran hukum bangsa di suatu tempat dan waktu tertentu. 3 Peraturan hukum merupakan pencerminan keyakinan hukum dan praktek-praktek yg terdapat dalam kehidupan bersama. 4 Hukum kebiasaan sebagai sumber hukum. 5 Dalam mengkodifikasi hukum harus mengadakan penelitian scara mendalam

  8. Begrifjurispudence (Pengembangan azas-azas hukum) • Pengkajian hukum bukanlah suatu sarana tetapi sebagai tujuan sehingga ajaran hukum menjadi ajaran tentang pengertian. • Tugas hakim semata-mata sama sekali tidak membentuk hukum, bahkan hanya membuka tabir-tabir pikiran yg terletak dalam UU. • Terlalu mendewakan rasio dan logika dlam terbentuknya suatu hukum. • Merubah hukum menjadi dogma.

  9. Interessenjurisprudenz • Hukum merupakan resultan pertentangan kepentingan yg berlawanan & berbenturan satu sama lain. • Peraturan hukum tidak boleh dilihat oleh hakim sebagai formil logika belaka, tetapi harus dinilai dari tujuannya. • Sistematisasi tidak boleh dibesar-besarkan, sehinnga harus mengarah pada tujuan yang terdapat di belakang sistem dan merealisasi “ide keadilan dan kesusilaan yg tidak mengenal waktu”.

  10. 4.Tujuan hukum pada dasarnya adalah untuk melindungi memenuhi kepentingan atau kebutuhan hidup yang nyata. 5.Hakim harus menyesuaikan dengan ukuran nilai kepentingan yg dimaksudkan oleh pembentuk UU.

  11. Soziologiche rechtsschule • 1. Dalam penemuan hukum hakim harus menggali kebiasaan kebiasaan yang terjadi dlam masyarakat. • 2. Putusan hakim seyogyanya sesuai dengan kesadaran hukum dan perasaan hukum yang hidup dalam masyarakat. • 3. Hakim dalam mendakwa harus bdsk UU, namun putusanya harus mencerminkan adanya keadilan, kemafaatan dan kepastian hukum.

  12. Freireichbeweung • Kodifikasi itu tidak mungkin lengkap, tidak seluruh hukum terdaap dalam UU, karena disamping UU masih terdapat sumber-sumber lain untuk menemukan hukumnya. • Tiap pemikiran yg melihat hakim sebagai subsumptie automaat dianggap sebagai sesuatu yg tidak nyata. • Peran UU adalah subordinatie, yaitu UU bukanlah tujuan bagi hakim, tetapi sekedar sebagai sarana.

  13. Open system Van Het Recht • UU dapat saja diubah maknanya, meskipun tidak diubah kta kata nya untuk menyesuaikan dengan fakta yang konkret . • Sistem hukum itu merupakan suatu system yang terbuka yang tidak selalu memandang ke belakang akan tetapi juga memandang ke depan. • Keadilan hukum itu hakikatnya adalah merupakan konsekwensi logis yang harus diciptakan di tengah tengah masyarakat

  14. Penemuan hukum modern • Positivisme UU/legisme sebagai model subsumptie automaat tidaklah dapat dipertahankan. • Yang menjadi titik tolak bukan pada sistem perundang – undangan tetapi masalah kemasyarakatan konkret yg harus dipecahkan. • Tujuan pembentuk UU dapat digeser, dikoreksi, tetapi tidak boleh diabaikan. • Penemuan hukum modern berpendirian bahwa atas satu pertanyaan hukum dapat dipertahankan pelbagai jawaban dlam sistem yg sama.

  15. 5. Aliran ini menolak perbedaan antara teori dan praktek dan juga menola adanya perbedaan antara fakta( fact) dan nilai ( value) yang merupakan karakteristi dari faham liberal. • Aliran ini menolah teori murni tapi lebih menekankan pada teori yang memiliki daya pengaruh terhadap transformasi sosial yang praktis.

  16. Critic al Legal Studies • 1. Mengkrtitik hukum yang berlaku karena memihak pada politik. • 2. Mengkritik hukum karena sarat dengan kepentingan ideologi tertentu. • 3. Mempunyai komitmen yang besar terhadap kebebasan individual dengan batasan batasan tertentu. • 4. Kurang mempercayai bentuk bentuk kebenaran yang abstrak dan pengetahuan yang benar benar obyektif

  17. 5. Naturalisme. Paham tentang keteraturan dari peristiwa alam, yang menisbikan penjelasan kodrati. 6. Mekanisme. Paham yang mengatakan bahwa semua gejala alam dapat dijelaskan secara mekanikal-determinisme seperti layaknya mesin (sistem mekanistis). 42

More Related