1 / 75

STRATEGI DAN KEBIJAKAN TELEMATIKA DI INDONESIA

DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI Menuju Masyarakat Informasi Indonesia. STRATEGI DAN KEBIJAKAN TELEMATIKA DI INDONESIA. Oleh: Dr. Moedjiono, M.Sc. Siklus hidup organisasi. Performance organisasi. 2nd S curve. Terus tumbuh. 1 St S curve. waktu.

kaiya
Télécharger la présentation

STRATEGI DAN KEBIJAKAN TELEMATIKA DI INDONESIA

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI Menuju Masyarakat Informasi Indonesia STRATEGI DAN KEBIJAKANTELEMATIKA DI INDONESIA Oleh: Dr. Moedjiono, M.Sc.

  2. Siklus hidup organisasi Performance organisasi 2nd S curve Terus tumbuh 1St S curve waktu Untuk menjaga agar performance organisasi tidak menurun perlu diciptakan ‘second S curve’ dan seterusnya, dengan melakukan inovasi. Inovasi utk meningkatkan performance organisasi hanya mungkin dilaksana- kan bila ada suntikan ICT (akses thd sumber-2 teknologi, SDM, pasar, dll.) Diperlukan organisasi yg adaptif yg mampu mengikuti perubahan jaman.

  3. Pola Pikir : Pembangunan Telematika (ICT) di Indonesia “e-Indonesia Strategy” Instrumen Pembatas (Instrumental Input) : Inpres 3/2003 – Strat & Jak Bang e-Gov Inpres 5/2003 – Jak Ekon Menj/Ses IMF Inpres 5/2004 – Percep Berantas Korupsi Aturan/Perundangan bid TIK lainnya Achieves Proses Transformasi (Works) : • Hasil (Results) : • Infrastr TI ubiquitous ? • SDM/Leadership ? • Sist Pemerintahan ? • Sist Lingk usaha/indust ? • Peraturan Per-UU ? • . . . . . . . . . . . . . . . ? Subyek Obyek Metoda/Cara Kondisi Awal/Saat Ini : Infrastr jar telkom, Penetrasi komp/internet, Peraturan Per-UU, SDM/Leadership, Organ/Sist Manaj/Prosker, Dana/Anggaran, Strategi • Inst Pemr, • swasta, • masyarakat, • . . . • Depdiknas, • swasta, • masyarakat • Depkomin- • fo/Postel, • Operator, • wirausaha • Inst Pemr, • Perush, • masyarakat • Pelajar, • Pegawai, • Pengusaha • Daerah-2 . . , • Ind Hard/Soft • . . . . • e-Gov (SIN, e-Proc, • e-Pajak, e-Payment) • e-Learning (Indone- • sia Educ Exchg, . . ) • e-Infrastr (PKInfr, • e-Industry, USO Com) • . . . . . . . Satisfies ? • Tujuan (Needs) : • Good Government • Governance • - e-Indonesia  Masy Info • Sist Pemr yg demokr, • transp, bersih, adil, • akuntabel, bertang jwb, • responsif, efektif, efisien • SDM dg kemamp unggul/ • kompet • Lingk usaha/ • indust yg kondusif Determines & Dictates Pengaruh Lingkungan (Environmental Input) : Tuntutan layanan publik, Kemajuan TIK/ICT, Ancaman digital divide, Peningkatan daya saing, Hasil-hasil/Tindak lanjut WSIS, Situasi/Kondisi Nasional, Regional, Internasional No Yes Next Needs? Umpan balik utk penyempurnaan langkah/proses transformasi lanjut

  4. Indonesia Overview • The unique characteristics compared to other countries in particular: • Geographically consisting of more than 17,000 islands • Uneven distribution of population with more than 222 millions people • Diversified cultures with more than 520 ethnic groups and 742 local languages • Newly democracy with current multi-dimensional problems • More rural than urban areas • Urban Teledensity 11 – 25 % • Rural Teledensity 0.2 % • 38471 villages without phones (53.4 % from 72000 villages) • Today’s Infrastructures: • Telephone line : 19.6 million (fixed) and 72,7 million (mobile) • Public phone : 382,000 units • Internet Penetration : 2.3 million subscriber and 25 million users • Internet Kiosks : 261,000 • Internet Exchanges (IX) : 3 • ISP : 140 licenses, 35 operational • Radio Broadcasting : 1,400 stations (nation-wide and local) • TV Broadcasting : 10 nation-wide networks • Pay TV : 4 TV cables, 2 DBS TV • Total IT market in Indonesia for 2007:US$1.9 billion with a compound annual growth rate (CAGR) of 10% from 2002 to 2007 (source: IDC) • The Indonesian ICT Vision: To establish a global competitive Indonesian Knowledge-based Society based on national values and cultures

  5. Government of Indonesia Action Plan

  6. Strategi TI-315 Menuju MII-2015 5 1. Gerakan Nasional Membangun Masyarakat Cerdas * Program OSOL (Lab Komputer di setiap Sekolah) * CAP (Community Acces Point), Warung Masif * USO (Desa Berdering, Desa Pinter) * Diseminasi Informasi * Pemanfaatan TIK utk semua sektor (TIK sbg Enabler, Accelerator & Sektor Industri Unggulan), * Peningkatan Aksesibilitas TIK dan e-Literacy 2. Pembentukan Sistem Hukum Telematika Termasuk Kampanye s/w – Legal & HAKI 3. Taman Maya / Cyber Park : Fasilitas Industri TIK 4. Fasilitasi & Pengemb Aplikasi Dasar/Piranti Lunak Unggulan * Transparansi Pemerintahan melalui e-Government * Implementasi e-procurement; e-business/ e-UKM * Model Implementasi e-Learning, Perpustakaan Digital, e-Health, e-Payment 5. Interoperabilitas Layanan Publik : * Interoperabilitas Sistem Informasi * Standarisasi dan Audit TI * Pembentukan CIN (common ID-Number) / Nomor Induk Tunggal i4A : information for All Flagship Programs 1 Public Private Partnership Modal Dasar 3 Pilar Infrastruktur Informasi Sumber Daya Manusia Kelembagaan TIK Regulasi/Cyber Law, Sistem insentif utk industri TIK

  7. Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Detiknas) KETUA Presiden R.I. WAKIL KETUA Menko Perekonomian KETUA PELAKSANA HARIAN Menteri Kominfo ANGGOTA Menteri Keuangan Menteri Riset &Teknologi Menteri PPN/Kepala BAPPENAS Menteri Pendidikan Nasional Menteri Perdagangan Menteri Perindustrian Menteri Dalam Negeri Pakar/Individu TIM PENASEHAT Pakar/individu yg berpengalaman dlm Best Practice bid ICT tkt Internasional dan Nasional - Memberikan masukan strategis TIM MITRA MASTEL ; FTII & ASOSIASI-2 Bidang Telematika; Perguruan Tinggi; Kadin - Memberikan masukan kebijakan SEKRETARIAT Administrasi , Keuangan, Program/Agenda, Koordinasi • OUTCOME • Direktif Strategik dan Kebijakan utk • Pendayagunaan Teknologi Telematika • - Fasilitasi dan Insentif utk • Pengembangan Industri Telematika TIM KERJA e-Government (NIN, e-Proc, e-Pajak, e-Payment) e-Learning (Indonesia Education Exchange) e-Infrastructure (PKInfras, e-Industry, USO Comm)

  8. 7 PROGRAM UNGGULAN DETIKNAS • Single Identity Number : Depdagri • National Single Window : Depkeu • E-Budgeting : Depkeu • E-Infrastructure - Palapa Ring : Depkominfo • Legalisasi Software : Depkominfo • E-Education : Depdiknas • E-Procurement : Bappenas

  9. Tujuan-2 Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals - MDGs) • Mengurangi separuh angka kemiskinan dan kelaparan dunia. • Mencapai pendidikan dasar sec formal. • Pencapaian kesetaraan hak dan kesempatan (gender) antara • perempuan dan pria. • 4. Mengurangi angka mortalitas anak balita sebesar 2/3. • 5. Mengurangi angka mortalitas pd saat kelahiran sebesar 3/4. • 6. Menghilangkan penyakit menular khususnya HIV/AIDS dan • Malaria. • 7. Menciptakan kestabilan ekosistem lingkungan. • 8. Menciptakan kerjasama kemitraan secara global, baik dlm bentuk bantuan, perdagangan maupun moratorium hutang.

  10. WSIS Process – “Summit of Solutions” Bridging the “Digital Divide” into the “Digital Opportunity” Oct 1998 : ITU Plenipotentiary Conference in Minneapolis adopts resolution on “WSIS”. Sept 2000 : 55th United Nations General Assembly (UNGA) adopts Millennium Declaration. June 2001 : Endorsement of WSIS in a 2-phase framework and welcome of invitations by Switzerland and Tunisia by the ITU Council, upon proposal of the ITU Sec-Gen Yoshio Utsumi. Preparatory Committee Meetings PrepCom-1: 1-5 July 2002 PrepCom-2: 17-28 February 2003 Intersessional Meeting: 15-18 July 2003 PrepCom-3: 15-26 September 2003 PrepCom-3A: 10-14 November 2003 PrepCom-3B: 5-6 Dec 2003 and 9 Dec 2003 Regional Conferences African: 25-30 May 2002 Pan European: 7-9 November 2002 Asia-Pacific: 13-15 January 2003 Latin American and the Caribbean: 29-31 January 2003 Western Asia: 4-6 February 2003 GENEVA SUMMIT 10-12 December 2003 PHASE I Working Groups Task Force on Financial Mechanisms (TFFM) Working Group on Internet Governance (WGIG) Groups of Friends of the Chair (GFC) Thematic Meetings & Regional Conferences Asia-Pacific: 31 May-2 June 2005 Western Asia: 22-23 November 2004 Africa: 2-4 February 2005 Latin America and the Caribbean: 8-10 June 2005 Preparatory Committee Meetings PrepCom-1: 24-26 June 2004 PrepCom-2: 17-25 February 2005 PrepCom-3: 19-30 September 2005 Intersessional Work: 24-30 October 2005 Resumed PrepCom-3: 13-15 November 2005 PHASE II TUNIS SUMMIT 16-18 NOVEMBER 2005

  11. WSIS adalah ttg: Deklarasi keinginan & komitmen bersama bangsa-2 dunia utk membangun suatu Masyarakat Informasi yg terpusat pd manusia, inklusif & berorientasi pd pengembangan, di mana semua orang dpt mencipta, mengakses, menggunakan, & berbagi informasi dan pengetahuan, yg memungkinkan para individu, komunitas, & bangsa utk mendptkan- dayagunakan kemampuan penuh mereka dlm rangka mempromosikan pembangunan yg berkesinambungan & memperbaiki kualitas hidup mereka, dg mendasarkan pemikiran kpd tujuan-2 & prinsip-2 dasar Piagam PBB serta sepenuhnya menghormati & menjunjung tinggi Deklarasi HAM Sedunia.

  12. Sambutan-2 Sekjen PBB & ITU dlm WSIS II Sekjen PBB - Kofi Annan: WSIS adalah pertemuan utk penyelesaian masalah (Summit of Solutions), utk menjembatani atau merubah masalah-masalah kesenjangan digital (digital divide) menjadi peluang digital (digital opportunity), utk mempromosikan perdamaian, pembangunan yg berkelanjutan, demokrasi, transparansi dan pengelolaan negara yang baik (good governance); Tugas kita adalah beranjak dari diagnosa menuju ke tindakan nyata. Sekjen ITU - Yoshio Utsumi: hasil-2 yg telah dicapai oleh forum ini bukanlah merupakan hasil akhir, akan tetapi barulah merupakan tahap awal utk ditindak-lanjuti dg implementasinya secara riil di masa depan.

  13. Hasil-2 Keluaran • GENEVA PHASE – 2003 • Geneva Declaration of Principles (Deklarasi Prinsip-2) • Geneva Plan of Action (Rencana Aksi) • TUNIS PHASE – 2005 • Tunis Commitment (Komitmen) • Tunis Agenda for the Information Society (Agenda utk Masyarakat Informasi)

  14. WSIS Phase I, Geneva - 2003 Deklarasi Prinsip-2 A. Pandangan/Visi Bersama Kita mengenai Masyarakat Informasi B. Membangun Masyarakat Informasi utk semua orang: Prinsip-2 Utama/Kunci C. Menuju Masyarakat Informasi utk semua orang bdsk/melalui Pengetahuan yg dipakai bersama Membangun Masyarakat Informasi: suatu tantangan global dlm Milenium baru

  15. A. Pandangan/Visi Bersama Kita mengenai MI Berisi 18 paragraf, di antaranya: • komitmen pencapaian tujuan-2 pembangunan yg berkelanjutan yg disepakati bersama, spt yg tercantum dlm Deklarasi Johannesburg, Rencana Implementasi & Konsensus Monterrey, & keluaran-2 yg disepakati dlm Pertemuan-2/KTT PBB lainnya yg relevan, termasuk tujuan-2 Pembangunan Milenium • penegakan prinsip-2 persamaan kedaulatan semua negara, keuniversalan, keutuhan, saling ketergantungan/keterkaitan/ penghormatan prinsip-2 HAM serta kebebasan fundamental, demokrasi, pembangunan yg berkelanjutan, pengelolaan pemerintahan yg baik di semua tingkatan, serta penghormatan thd peraturan per-UUan dlm masalah-2 nasional/internasional • mendorong terbentuknya MI yg menghormati martabat manusia, dg landasan spt yg tercantum dlm Deklarasi HAM Sedunia, Artikel 19: semua orang memiliki hak kebebasan utk menyatakan pendapat, berbicara, mendpt informasi; Artikel 29: setiap orang memiliki kewajiban thd komunitas yg memung-kinkan kebebasan pengemb pribadi bdsk hukum yg berlaku

  16. pendidikan, pengetahuan, informasi & komunikasi adalah inti kemajuan, usaha dan kesejahteraan manusia. TIK mempunyai pengaruh amat besar thd segala aspek kehidupan. • memberikan perhatian khusus/istimewa kpd generasi muda, anak-2, perempuan, kelompok masyarakat yg terpinggirkan & lemah, imigram, pelarian dlm pengasingan, pengungsi, pengangguran & yg berkekurangan, pengembara, orang-2 cacat, penduduk pribumi, negara-2 berkembang, negara dg perekonomian dlm transisi, negara terbelakang, negara berkembang kepulauan kecil, negara berkembang tanpa pantai, negara miskin terbelit hutang, negara & wilayah dlm pendudukan, negara dlm pemulihan akibat konflik, negara dg kebutuhan khusus/ancaman bencana alam • tujuan besar deklarasi ini – menjembatani kesenjangan digital, merubah kesenjangan digital menjadi peluang digital, dan memastikan pembangunan yg selaras, adil, dan merata utk semua, shg diperlukan solidaritas digital di tkt nasional/internasional

  17. Membangun MI utk semua orang: Prinsip-2 Utama/ Kunci Berisi 46 paragraf, di antaranya: • Pentingnya peran & tangg jwb pemerintah & semua pemangku kepen-tingan dlm mempromosikan TIK utk mendukung pembangunan MI • Membangun infrastruktur TIK (meningkatkan keterhubungan), sbg fondasi dasar pembangunan MI yg inklusif • Memperbaiki akses universal & terbuka thd informasi & pengetahuan • Mengembangkan kemampuan (Capacity Building) sumdaman • Meningkatkan kepercayaan & keamanan dlm penggunaan TIK • Menciptakan lingkungan yg memberdayakan (enabling environment) tumbuh kembangnya bisnisdi semua tingkatan • Mengembangkan & memperluas pendayagunaan/penerapan TIK di semua aspek kehidupan keseharian • Memelihara & menghormati keragaman budaya, bahasa & konten lokal • Mendukung peran media, kebebasan pers & memperoleh informasi • Menangani dimensi etika Masyarakat Informasi • Mendorong kerjasama internasional & regional

  18. C. Menuju Masyarakat Informasi utk semua orang bdsk/melalui Pengetahuan yg dipakai bersama • Dlm memasuki era baru dg potensi yg sangat besar yaitu MI, informasi & pengetahuan dpt diciptakan, dipertukarkan, dipakai bersama dan dikomunikasikan melalui semua jaringan di dunia • Utk membangun MI yg inklusif perlu dicari & diterapkan pendekatan & mekanisme internasional yg konkrit termasuk bantuan keuangan & bantuan teknis (memberikan komitmen Agenda Solidaritas Digital & menciptakan Dana solidaritas Digital) • Semua individu dpt segera mengambil tindakan yg diperlukan utk membangun MI bdsk pengetahuan yg dipakai bersama berlandaskan solidaritas global, dan saling pengertian yg lebih baik antara rakyat-2 & bangsa-2 di dunia, utk membangun masa depan masyarakat yg berpengetahuan (knowledge society) yg sesungguhnya

  19. Peran Para Pemangku kepentingan dlm kerjasama kemitraan yg saling mengisi utk menjembatani Kesenjangan Digital • Pemerintah(Nasional & Lokal) • Ciptakan kebijakan & aturan yg komprehensif • Mengukur & memonitor masalah-2 kesenj digital • Identifikasipermasalahan & selengg konsultasi • Promosikan e-Strategi • Promosikan Kompetisi • Organisasi Internasional • Dorong koord standar jak bersama • Sediakan forum berbagi penget, • pengalaman & sumda • Dorong kerjasama • Promosikan interoperabilitas • Sediakan tenaga ahli • Sektor Swasta (Penyedia katras/ • katnak, wirausaha ind telematika) • Berdayakan Humas • Latih Tenaga Kerja yg berpotensi • Perluas Pasar • Promosikan daya telematika • Promosikan jasa telematika Multi-stakeholder Partnerships (Kemitraan Multi- Pemangku Kepentingan) • Masy Madani (indiv, media, LSM, Institusi Akad) • Sampaikan kebutuhan masy yg urgen • Responsif thd kebut/batasan-2 kultural masy • Sempurnakan legitimasi/kepemilikan proyek2

  20. Rencana Aksi Target th 2015 : • hubungkan desa-2 dg TIK & bangun Community Access Point; • hubungkan universitas, akademi, sekolah-2 (SD/SMP/SMA) dg TIK • hubungkan pusat-2 ilmiah & riset dg TIK • hubungkan perpustakaan umum, pusat budaya, musium, kantor pos, kantor arsip dg TIK • hubungkan pusat kesehatan & rumah-sakit dg TIK • hubungkan semua kantor pemerintah pusat/drh & bangun website & email address • adopsi kurikulum SD/SMP/SMA sesuai kebutuhan utk bangun MI • pastikan semua penduduk dunia bisa akses ke layanan TV & radio • dorong pengembangan konten lokal & kembangkan fas teknis utk penggunaan semua bahasa dunia di Internet • pastikan lebih dari separuh penduduk dunia punya kemampuan jangkauan akses ke TIK;

  21. WSIS Phase II, Tunis - 2005 Komitmen(Political Chapeau) • menegaskan kembali komitmen yg dibuat di Geneva dan membangunnya kembali di Tunis dg memfokuskan pd mekanisme keuangan utk menjembatani kesenjangan digital, pengelolaan Internet & isu-isu terkait, serta tindak lanjut & pelaksanaan keputusan Geneva & Tunis, spt yg tercantum dlm Agenda Tunis untuk Masyarakat Informasi. • komitmen utk bekerja sama menuju pelaksanaan Agenda Solidaritas Digital. Pelaksanaan sepenuhnya dan cepat dari agenda tersebut, membutuhkan solusi tepat waktu, efektif, & komprehensif.

  22. WSIS Phase II, Tunis - 2005 Agenda utk Masyarakat Informasi • Mekanisme Keuangan utk memenuhi tantangan TIK dlm Pembangunan • Pengelolaan Internet (Internet Governance) • Implementasi & Tindak Lanjut

  23. Mekanisme Keuangan utk memenuhi tantangan TIK dlm Pembangunan • menyerukan kepada komunitas internasional utk mempromosikan alih teknologi bdsk ketentuan-2 yg telah disepakati bersama, termasuk TIK, dg membuat kebijakan & program utk membantu negara-2 berkembang mengambil manfaat teknologi utk pembangunan, melalui, a.l., kerjasama teknik & pengembangan kemampuan ilmiah serta teknologi dlm upaya-2 menjembatani kesenjangan digital. • menyarankan perbaikan & inovasi mekanisme keuangan yg telah ada, termasuk di antaranya: • Meningkatkan kerjasama regional & menciptakan kemitraan antar banyak pihak yg berkepentingan, khususnya dg menciptakan insentif utk membangun infrastruktur tulang punggung (back-bone) regional. • Organisasi-2 pengembangan multilateral, regional, & bilateral hrs bekerjasama utk meningkatkan kemampuan mereka dlm menyediakan tanggapan cepat mendukung negara-negara berkembang yg meminta bantuan terkait kebijakan TIK.

  24. menyambut baik didirikannyaDana Solidaritas Digital (Digital Solidarity Fund = DSF) di Geneva sbg mekanisme keuangan inovatif sukarela yg terbuka utk pihak yg berminat, utk mengubah kesenjangan digital menjadi peluang digital,bagi dunia berkembang dg memfokuskan pdkebutuhan-2 spesifik dan mendesak, serta mencari sumber-sumber sukarelawan baru bagi keuangan “solidaritas”. DSF akan mengimbangi mekanisme-2 yang sudah ada untuk pendanaan Masyarakat Informasi, yg harus terus digunakan secara penuh utk mendanai pertumbuhan infrastruktur & layanan TIK.

  25. Pengelolaan Internet(InternetGovernance) Definisi Internet governance:pengembangan & aplikasi oleh pemerintah, sektor swasta, & masyarakat sipil, dlm peran mereka masing-masing, thd prinsip, norma, peraturan, prosedur pembuatan keputusan, & program bersama yg membentuk evolusi & penggunaan dr Internet. Manajemen internasional Internet: harus multilateral, transparan, & demokratis, dg keikutsertaan penuh dr pemerintah, sektor swasta, masyarakat sipil, & organisasi-organisasi internasional. Hal tersebut hrs memastikan penyaluran sumber-daya yang merata, memudahkan akses utk semua, & memastikan fungsi Internet yg stabil & aman, dg memperhitungkan multilingualisme.

  26. History of Governance on the Internet “As noted, there exists no central authority on the internet. Instead, there exists a multitude of actors, institutions and bodies, exerting control or authority in a variety of ways, and at multiple levels.” 1960s : US Department of Defense sponsored the development of the ARPANET by the Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA). 1970s : DARPA also developed a mobile packet radio network and a packet satellite network. These were conceptually integrated into an Internet in 1973. 1983 : the operational of Internet was launched. The National Science Foundation Network (NSFNET) joined the Internet in 1986, spreading access to the Internet to an international community of users. 1984 : Internet Activities Board was formed, was made of a number of task forces. One of these became the Internet Engineering Task Force (IETF) in 1986 – was created to manage the development of technical standards for the Internet. IETF governed through a consultative, open and co-operative approach It represented early seeds of “governance” on the Internet. 1980s : Domain Name System (DNS) was developed, was managed by the Internet Assigned Numbers Authority (IANA) at the University of Southern California’s (USC’s) Information Sciences Institute under US Government contract for many years. The root servers of the DNS were operated voluntarily by 13 different organizations. The root zone file, defining the top level domains of the DNS was distributed by IANA to the root server operators. Every Device on the internet has an Internet address (32 bit or 128-bit number). IANA allocates blocks of Internet address space to 5 RIRs (Regional Internet Registries): APNIC (Asia/Pacific Rim), LACNIC (Latin and Central America), AFRINIC (Africa), RIPE-NCC (Europe), and ARIN (North America). The 5 RIRs, for purposes of developing global allocation policies, work together as the Number Resource Organization (NRO). Their recommendation come to ICANN for approval and adoption. DNS: generic top level domains - TLD (.com, .net, .org, etc), country code TLDs – ccTLDs (.id, .fr, etc).

  27. 1994 : US Government outsourced the management of the DNS to a private entity, Network Solutions. 1998 : ICANN was created, a non-profit corporation charged with managing the Internet’s DNS. ICANN inherited the responsibilities of IANA in the course of creation. Although ICANN was created with primarily a technical mandate (i.e., managing the DNS, the allocation of Internet address space, and the recordation of parameters unique to the Internet protocol suite), ICANN quickly became embroiled in a host of controversies. Among other things, critics charge the organization with a lack of democracy and transparency, with being too close to the US Government, and with a perceived exclusion of voices from the developing world. The present MoU between US Gov and ICANN expires in September 2006. In the interim, the US Government, by way of the Department of Commerce (DOC), National Telecommunications and Information Agency (NTIA), has the responsibility and authority to approve changes to the Domain Name Root Zone file. Recently, controversy over the need for and nature of Internet governance has combined with changes in the underlying nature of the network itself (as “global facility”) to suggest that a new model of governance may be required.

  28. Sekjen PBB, dlm suatu proses terbuka & inklusif, menjelang kuartal ke dua 2006, diminta mengadakan pertemuan forum baru utk melaksanakan dialog kebijakan multi pemangku kepentingan – dinamakan Forum Pengelolaan Internet (Internet Governance Forum = IGF). Mandat Forum adalah utk: • Mendiskusikan masalah kebijakan publik yg terkait dg elemen kunci pengelolaan Internet dlm upaya memelihara kesinambungan, keandalan, keamanan, kestabilan, & pengembangan Internet. • Memfasilitasi pertukaran pendapat di antara badan-2 yg berurusan dgkebijakan publik internasional yg saling-terkait yg berbeda, mengenai Internet & mendiskusikan masalah yg tidak tercakup dlm jangkauan tugas badan-2 yang ada. • Bertemu-muka dg organisasi antar-pemerintah yg layak & institusi lainnya ttg hal-2 terkait tugas mereka. • Memfasilitasi pertukaran informasi& praktek-2 terbaik, & dhi memanfaatkan keahlian sepenuhnya komunitas akademik, ilmu pengetahuan, & teknik. • Menganjurkan semua pemangku kepentingan dlm mengemukakan cara & sarana utk mempercepat pengadaan & keterjangkauan Internet di dunia berkembang. • Memperkuat & meningkatkan keterlibatan para pemangku kepentingan dlm mekanisme pengelolaan Internet yg telah ada/dan akan ada di masa datang, khususnya dr negara-negara berkembang.

  29. Mengenali masalah-2 yg timbul, menyampaikannya utk menjadi perhatian badan-2 yg sesuai serta masyarakat umum, &membuat rekomendasi-2. • Memberi kontribusi thdpengembangan kemampuan pengelolaan Internet di negara-2 berkembang, memanfaatkan sepenuhnya sumber-daya pengetahuan & keahlian lokal. • Mempromosikan& menilai, secara berkelanjutan, perwujudan prinsip-2 WSIS dlmproses pengelolaan Internet. • Mendiskusikan, a.l., masalah-2 yg terkait dg sumber-daya Internet yg sangat kritis. • Membantu mencari pemecahan masalah yg timbul dr penggunaan penyalahgunaan Internet, yg menjadi perhatian khusus para pengguna sehari-hari. • Menerbitkan laporan kerja. • IGFtdk memiliki fungsi pemantauan & tdk mengganti pengaturan, mekanisme, institusi, atau organisasi yg sudah ada, tapi akan melibatkan mereka & mengambil manfaat dari keahlian mereka. Hal ini akan merupakan suatu proses netral, non-duplikatif, & tdk mengikat. IGF tidak memiliki keterlibatan dlm pengoperasian sehari-hari atau teknis dari Internet. • Pelaksanaan: IGF I – 30 Oct-2 Nov 2006 (Athens, Greece); IGF II - 12-15 Nov 2007 • (Rio de Janeiro, Brazil); IGF III – 3-6 Dec 2008 (Hyderabad, India); IGF IV – 15-18 • Nov 2009 (Sharm EL Sheikh, Egypt); IGF V – 2010 (Latvia ?)

  30. Implementasi & Tindak Lanjut • Kita berkomitmen utk tetap terlibat penuh – secara nasional, regional, & internasional – utk memastikan pelaksanaan berkesinambungan & menindak lanjuti hasil & komitmen yg dicapai selama proses WSIS & tahap-2 KTT Geneva& Tunis • Pemerintah & para pemangku kepentingan lainnya hrs mengenali bidang masalah di mana upaya & sumber-daya selanjutnya dibutuhkan, & bersama-sama mengenali, & mengembangkan, pelaksanaan strategi, mekanisme, & proses pelaksanaan hasil WSIS di tingkat internasional, regional, nasional, & lokal, dg memberikan perhatian khusus kpd orang & kelompok yg masih terpinggirkan dlm akses & penggunaan TIK

  31. mendorong pemerintah yg belum melakukannya utk merancang e-strategi yg komprehensif, berwawasan ke depan, & berkelanjut-an, termasuk strategi TIK & e-strategi sektoral sbg bag integral dr rencana bangnas& strategi menurunkan kemiskinan • berkomitmen utk memperbaiki keterhubungan internasional, regional, & nasional, serta aksesyg terjangkau ke TIK & informasi melalui kerjasama internasional melalui kerjasama kemitraan antar semua pemangku kepentingan, yg mempromosikan pertukaran teknologi & alih teknologi, pengembangan & pelatihan sumber daya manusia, shg meningkatkan kemampuan negara-2 berkembang utk berinovasi & berpartisipasi penuh dlm, & memberi kontribusi kpd Masyarakat Informasi.

  32. Topik-2 Masalah utk Tindak Lanjut • C1: Peran Otoritas Pengelolaan Publik dan semua pemangku kepentingan dlm mempromosikan TIK utk pembangunan. • C2: Infrastruktur Komunikasi dan Informasi. • C3: Akses ke Informasi dan Ilmu Pengetahuan. • C4: Pengembangan Kapasitas/Kemampuan • C5: Membangun Kepercayaan dan Keamanan dlm penggunaan TIK. • C6: Aplikasi TIK (e-Goverment, e-Business, e- Learning, e-Health, e-Employment, e-Environment, e-Agriculture, e- Science) • C7: Keragaman Budaya dan Identitas, Keragaman Bahasa dan Konten Lokal. • C8: Media. • C9: Dimensi Etika Masyarakat Informasi. • C10: Kerjasama Internasional dan Regional.

  33. Visi Teknologi Informasi Presiden RI “Masyarakat informasi dan masyarakat berbasis pengetahuan merupakan masyarakat yang menyadari kegunaan dan manfaat informasi …” “Kita meyakini bahwa teknologi informasi adalah salah satu pilar utamapembangunan peradaban manusia saat ini…” “… Tidak ada satupun bidang kehidupan bangsa ataupun sektor pembangunan nasional yang tidak memerlukan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi…” “… Dalam kerangka masyarakat berbasis pengetahuan inilah, teknologi informasi diharuskan mampu memberi nilai tambah bagi masyarakat luas …” “… Kita sungguh berharap, teknologi informasi benar-benar dapat menjadi sarana penting dalam proses transformasi menjadi bangsa yang maju …” “… Masyarakat yang cerdas, berarti setiap komponen masyarakat akan bergerak bersama, misalnya mewujudkan gerakan siswa cerdas, gerakan desa maju, gerakan guru cerdas, gerakan pesantren cerdas, gerakan petani cerdas, gerakan aparat cerdas, gerakan nelayan pintar, dan seterusnya…”

  34. POSISI INDONESIA: - Mendayagunakan potensi hasil-hasil WSIS utk mendukung pembangunan nasional - Menyelaraskan komitmen Indonesia dlm membuka pasar ICT dg mempertimbang- kan persiapan kondisi lokal – dg kesadaran bahwa Indonesia anggota WTO dan gunakan GATT/GATS sbg pegangan - Berprinsip bahwa internet sbg tulang punggung IS, yg mrpk suatu fasilitas yg perlu dikelola dg baik – meskipun internet berkembang dr private sector, dg berkembang- nya fas ini sbg tulang punggung maka pemr perlu memiliki suatu mekanisme utk lakukan pengaturan/fasilitasi di mana perlu, dan sec global perlu diatur oleh suatu lembaga yg tdk memiliki keberpihakan pd neg/kelompok neg tertentu - Menekankan kembali bahwa pendanaan ICT/IS ditekankan pd PPP dg melibatkan semua stakeholders (pemr, private sector, civil society/akademisi) dlm menentukan arah pengembangan IS – pemr tetap akan melakukan fasilitasi pengembangan infrastruktur IS utk wilayah-2 yg sec ekon tdk diminati pengusaha - Mendukung mekanisme pendanaan yg bersifat bilateral, baik oleh badan/organ multilateral maupun neg-2 donor dlm membawa best practice dg memperhatikan konteks & kondisi lokal - Azas pengembangan industri lokal dan partnership dg pihak pengembang/ pembuat standard teknologi – utk ini perlu ada penekanan pada teknologi transfer di mana pihak lokal akhir akan dpt melakukan sustainable development – Indonesia berprinsip “Tdk ada suatu neg yg akan maju hanya dg memperbesar pasar, tanpa kembangkan industri lokal” Long Term Joint Product Development – Technology Transfer - Tingkatkan SDM - Technical Business Cooperation Agreement (TBCA) – utama konten lokal - dan hrs dpt penuhi standard Quality, Cost and Delivery (QCD)

  35. Visi & Misi SISFONAS VISI • Terwujudnya Tatanan Informasi Pemerintahan yang terintegrasi secara nasional untuk mendukung terselenggaranya pemerintahan yang baik (Good Governance) dalam rangka meningkatkan daya saing bangsa di era kompetisi global MISI • Memanfaatkan seluruh sumberdaya informasi yang ada di seluruh instansi maupun lembaga baik di tingkat pusat maupun daerah • Mengintegrasikan sistem informasi yang didukung oleh infrastruktur fundamental dan teknikal sehingga dapat membentuk suatu alur informasi yang terpadu, akurat, tepat, andal dan aman sebagai pendukung pengambilan keputusan

  36. Strategi Implementasi dalam pengembangan SISFONAS Kerangka Konseptual

  37. RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI NASIONAL (KERANGKA KONSEPTUAL) SISFONAS I-TEKNIKAL e-Gov Simpul Informasi Nasional • SUPRASTRUKTUR • LEADERSHIP • REGULASI • SDM ARSITEKTUR APLIKASI INFOSTRUKTUR G2C G2B G2G/E ISU POKOK INFRASTRUKTUR JARINGAN Manajemen SI RESTRUKTURISASI PROSES BISNIS Lembaga Teknis I-FUNDAMENTAL UML-metodology-UMM (Unified Modelling Language) • UU ITE / Cyberlaw • Sistem yang terintegrasi • Data Nasional yang terstruktur • Peningkatan Pemanfaatan TIK • Aksesibilitas & Kapasitas • Keamanan & Keandalan • Penetrasi Layanan • Ketersediaan SDM & kesiapan masy • Digital Divide • Ribuan Pulau Informasi • Cyberlaw • Inkonsistensi Data & Informasi – EIS/DSS • Sistem Keamanan Jaringan • Belum ada Audit TIK-Governance TIK • Pengembangan SDM dg kompetensi TIK

  38. Infrastruktur fundamental:1. e-Leadership • Ditunjukkan dengan Komitmen dan Determinasi dari para Pemimpin • Dibangun dan dibentuk dengan berbagai inisiatif berikut: • Tim Koordinasi Telematika Indonesia (Keppres 9/2003) • Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Keppres 20/2006) • Inpres 6/2001 tentang Pemberdayaan Telematika • Inpres 3/2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government • Program e-Indonesia, dengan prioritas e-Kabinet (Siskab) dan e-Finance • Program Batam Intelligent Island • E-Government di Pemerintah Pusat dan Daerah • USO (Universal Service Obligation) utk bid ICT • SK Menkominfo tentang OSOL (One School One computer’ Lab, e-Gov Taskforce, Pokja e-Indonesia

  39. Infrastruktur fundamental:2. Regulasi • Penyusunan RUU tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (RUU ITE – Cyber Law) • Penyusunan RUU tentang Transfer Dana (BI) • Penyusunan RUU tentang TIPITI (Cybercrime Law)

  40. Infrastruktur fundamental:3. Sumberdaya Manusia • Pengembangan Profesi • Standard Kompetensi Pengelola e-gov • Pedoman Sosialisasi Diklat TIK (ICT) & e-Gov • Pemberdayaan Masyarakat: OSOL, Komputer Murah, Rencana bentuk Tim pengembangan WarNet, Pembentukan LII dan lain-lain.

  41. Peranan ICT di Sekolah Modern Indonesia Sumber : Kerangka Cetak Biru ICT untuk Pendidikan Dasar dan Menengah, 2004

  42. HR-ICT e-Literacy Taxonomy

  43. ARSITEKTUR SISTEM MANAJEMEN PROSES INTEGRASI SISTEM INFORMASI ARSITEKTUR APLIKASI MANAJEMEN INFOSTRUKTUR MANAJEMEN JARINGAN PUSAT INFORMASI KEAMANAN JARINGAN KEAMANAN DATA PENGATURAN DOMAIN & IP RESTRUKTURISASI DATA INFRASTRUKTUR TEKNIKAL TEKNOLOGI JARINGAN FISIK PENGATURAN DOMAIN DATA Layanan Publik INFRASTRUKTUR JARINGAN INFOSTRUKTUR Pendukung Layanan Publik Operasi Internal Koordinasi Operasi Management Perubahan Restrukturisasi Proses Bisnis

  44. JARING SIMPUL INFORMASI NASIONAL

  45. Konsepsi - Indonesia On-line Dicanangkan Presiden RI pada tanggal 20 Mei 2002 PUBLIK INTERNET GSI: Interconnectivity GAI: Interoperability Integrated Database www.indonesia.go.id KBRI / KJRI LTN / LTTN KABINET LPND PEMDA 6 24 37 118 32 PROV 412 KAB/KOTA

  46. Konfigurasi saat ini – Indonesia Online melalui www.kominfo.go.id (posisi Des’03) PUBLIK INTERNET GSI: Interconnectivity GAI: Interoperability Integrated Database www.kominfo.go.id LTN / LTTN KBRI / KJRI Cyber Media Kedubes Asing KABINET LPND PEMDA 150 191 42 6 24 33 25 Ditambah: Komunitas Telematika, Perguruan Tinggi, dll  Total 567 website

  47. Sub_Node PAPUA End User IDC/NOC Semarang Surabaya Jakarta Medan Banjarmasin E1*n(45M) 4M Makassar Palembang Bandung 2M 128K~512K Fiber Optic Microwave & Satellite Dedicated L/L & Internet L/L • Rencana Pembangunan Pusat Data

  48. KONSEP LEMBAGA TEKNIS OTORITAS SERTIFIKAT KEAMANAN NASIONAL PENGENDALI KEAMANAN SISTEM PENELITIAN & PENGEMBANGAN SYSTEM SECURITY PENGENDALI INFOSTRUKTUR PENGENDALI KEAMANAN JARINGAN NETWORK MANAGEMENT CONTENT MANAGEMENT INTEGRASI SISTEM INFORMASI LEMBAGA TEKNIS SISFONAS PENANGGULANGAN MASALAH SISTEM JARINGAN PEMULIHAN SISTEM INFORMASI PENGENDALI SISTEM JARINGAN GUDANG DATA PEMULIHAN SISTEM JARINGAN SYSTEM CONTROL & AUDIT PUSAT DATA BERSAMA REGISTRASI DOMAIN, IP PUSAT ANALISA DATA STANDAR KENDALI INTERNAL AUDIT SISTEM INFORMASI KENDALI PROFESI

  49. Draft Struktur Organisasi Pendukung Kegiatan IT di Provinsi

More Related