1 / 23

PEMANTAUAN KUALITAS UDARA DI DAERAH YANG TERKENA DAMPAK BENCANA MERAPI OKTOBER – NOVEMBER 2010

BBTKLPPM YOGYAKARTA. PEMANTAUAN KUALITAS UDARA DI DAERAH YANG TERKENA DAMPAK BENCANA MERAPI OKTOBER – NOVEMBER 2010. Waktu pemantauan: Tanggal 25 Oktober s.d. 13 November 2010 . Pemantauan terus berlanjut sampai sekarang dengan batas waktu yang akan ditentukan kemudian Pelaksana:

Télécharger la présentation

PEMANTAUAN KUALITAS UDARA DI DAERAH YANG TERKENA DAMPAK BENCANA MERAPI OKTOBER – NOVEMBER 2010

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. BBTKLPPM YOGYAKARTA PEMANTAUAN KUALITAS UDARA DI DAERAH YANG TERKENA DAMPAK BENCANA MERAPIOKTOBER – NOVEMBER 2010

  2. Waktu pemantauan: • Tanggal 25 Oktober s.d. 13 November 2010 . • Pemantauan terus berlanjut sampai sekarang dengan batas waktu yang akan ditentukan kemudian • Pelaksana: • BBTKLPPM Yogyakarta, dan sejak tanggal 11 November 2010 dibantu oleh BBTKLPPM Surabaya • Media lingkungan yang dipantau: • Udara ambien dan udara ruangan PELAKSANAAN pemantauan (1)

  3. Parameter yang dipantau: • Udara ambien: • Kebisingan, SO2, CO, NO2, TSP, PM10, NH3 dan H2S • Udara ruangan: • Suhu, Kelembaban, Pencahayaan, Kebisingan, SO2, NO2, TSP, NH3 dan H2S • Pengambilan sampel udara dilakukan sesaat (1 jam) untuk semua parameter kecuali parameter suhu, kelembaban, pencahayaan dan kebisingan. PELAKSANAAN pemantauan (2)

  4. Lokasi Pemantauan: • Propinsi DIY, terdiri dari kabupaten Sleman, Bantul, Kulon Progo dan Kota Yogyakarta • Propinsi Jateng, terdiri dari Kabupaten Boyolali , Klaten, dan Magelang • Titik pemantauan: • Udara Ambien • Halaman posko pengamatan • Halaman barak pengungsian • Daerah pemukiman penduduk • Jalan raya • Udara ruangan • Barak pengungsian PELAKSANAAN pemantauan (3)

  5. HASIL pemantauan UDARA AMBIEN (1)(Periode 25 Oktober s.d. 13 November 2010) Keterangan Tabel: *Kep gub DIY No.153 Th.2002 ttg BMUA **Kep. Gub. DIY No.176 Th.2003 ttg kebisingan dan Kebauan

  6. Dua dari sembilan titik pengukuran di propinsi DIY tingkat kebisingannya melebihi NAB kebisingan untuk wilayah pemukiman. • Tujuh dari 13 titik pengukuran di Propinsi Jateng melebihi NAB kebisingan untuk wilayah pemukiman • Titik pengukuran tersebut adalah sbb: HASIL pemantauan UDARA AMBIEN(2)(Periode 25 Oktober s.d. 13 November 2010)

  7. HASIL pemantauan UDARA AMBIEN (3)

  8. HASIL pemantauan UDARA AMBIEN (4)

  9. HASIL pemantauan UDARA AMBIEN (5)

  10. HASIL pemantauan UDARA AMBIEN (6)

  11. HASIL pemantauan UDARA AMBIEN (7)

  12. HASIL pemantauan UDARA AMBIEN (8)

  13. HASIL pemantauan UDARA RUANGAN(1) (Periode 25 Oktober s.d. 13 November 2010) Keterangan Tabel: *Kepmenkes RI No.829/Menkes/VII/1999 ttg persyaratan Kesehatan Perumahan

  14. HASIL pemantauan UDARA ruangan(2)

  15. HASIL pemantauan UDARA ruangan(3)

  16. HASIL pemantauan UDARA ruangan(4)

  17. Catatan: Hasil pemantauan ini tidak bisa dikatakan mewakili semua daerah di Propinsi DIY dan Jateng yang terkena dampak letusan Gunung Merapi pembahasan(1)

  18. Kualitas udara ambien: • kadar Parameter SO2, CO, NO2, dan H2S masih dibawah baku mutu  Namun demikian gas SO2 dan CO adalah gas iritant sehingga pada kadar rendah dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada kelompok penduduk yang rentan yaitu penderita gangguan pernafasan. • Hasil pengukuran Kadar TSP menunjukkan hampir selalu melebihi baku mutu, demikian halnya dengan PM10 pada beberapa kali pengukuran yang terakhir di Bulan November menunjukkan kadar yang melebihi BMUA  risiko kesehatan mengarah pada iritasi saluran pernafasan atas dan bagian tubuh yang terbuka seperti mata dan kulit. Ada kemungkinan PM10 yang tinggi menimbulkan gangguan paru (Ctt. pengambilan sampel TSP/PM10 dilakukan sesaat/1jam sedangkan baku mutu mensyaratkan 24 jam) Pembahasan(2)

  19. Kualitas udara ambien: • Tidak ada baku mutu untuk Silika bebas tetapi jika dibandingkan dengan baku mutu udara ruangan untuk kesehatan lingkungan kerja industri* yang menyebutkan bahwa baku mutu Silika bebas adalah 50 mg/m3 (waktu pengukuran 8 jam) maka kandungan silika bebas di Propinsi DIY dan Jawa Tengah s.d. tgl.13 November 2010 masih rendah atau jauh dibawah baku mutu  risiko terjadinya silikosis juga rendah pembahasan(3) Keterangan: *Kepmenkes RI No.1405/Menkes/SK/XII/2002 ttg persyaratan kesehatan lingkungan kerja dan industri

  20. Kualitas udara ruangan: • Konsentrasi gas SO2 masih dibawah baku mutu berdasarkan Kepmenkes RI No.829/Menkes/VII/1999 ttg persyaratan Kesehatan Perumahan untuk semua titik &tanggal pengambilan sampel. • Baku mutu untuk Konsentrasi gas NO2, NH3, H2S dan TSP dalam ruangan tidak diatur dalam Kepmenkes RI No.829/Menkes/VII/1999 tetapi jika dibandingkan dengan Kep Gub DIY No.153 Th.2002 tentang BMUA maka kadarnya masih jauh dibawah baku mutu kecuali TSP. Dari 14 titik pengukuran di Propinsi DIY & Jateng ada empat titik yang kadar TSP-nya melebihi baku mutu yaitu: pembahasan(4)

  21. Kualitas udara ruangan: • Pencahayaan dan kelembaban tidak memenuhi persyaratan kesehatan perumahan Kondisi lingkungan kondusif untuk pertumbuhan mikroorganisme  memicu munculnya penyakit seperti ISPA dan TB • Kurangnya pencahayaan dan tingginya tingkat kebisingan dapat mempengaruhi psikologis pengungsi pembahasan(5)

  22. Kesimpulan • Udara ambien  Bahan pencemar udara yang perlu diwaspadai adalah TSP dan PM10 yang dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan atas yang merupakan predispose faktor dari munculnya ISPA, dan gangguan paru. • Udara ruangan  Kondisi lingkungan ruangan yang kondusif terhadap pertumbuhan mikroorganisme perlu mendapatkan perhatian. • Kurangnya pencahayaan dan tingginya tingkat kebisingan bisa menimbulkan gangguan pada pengungsi secara psikologis Kesimpulan dan rekomendasi(1)

  23. Rekomendasi • Perlu dilakukan perlindungan ekstra terhadap kelompok populasi yang berisiko yaitu penderita gangguan saluran pernafasan untuk mencegah dampak negatif dari tingginya TSP dan gas iritant seperti SO2 dan CO • Perlindungan terhadap pengungsi dari paparan TSP dengan memberikan masker. Jika memungkinkan masker pengungsi diganti setiap hari • Perlu dilakukan tindakan pengendalian untuk mencegah peningkatan jumlah mikroorganisme di dalam barak pengungsian. • Promosi kesehatan mengenai personal hygiene untuk pengungsi perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi • Pembagian Hygiene kit juga diperlukan untuk mendukung pengungsi dalam melakukan personal hygiene Kesimpulan dan rekomendasi(2)

More Related